15. Mandikan Aku!

13 3 2
                                    

Happy Reading..

"aaah.. Akhir nya..."suara pelan sangat menakutkan yang terkesan seperti terpaan angin.

Aku hanya terdiam, tubuhku sudah bergetar. Keluh rasanya untuk berteriak tulang bawahku bagai hilang entah kemana, saat dia melepaskan ku hanya lutut yg dapat kurasa menjadi tumpuan tubuhku, aku tertunduk memiki segala hal tapi tak dapat terlintas di pikiran ku.

Tiba-tiba mendongak cepat tanpa perintah otakku, mataku menatap mata merah wanita itu. Tubuh itu tinggi putih pucat kebiruan.

Aaah... Aaah...

Suaranya bagai angin yang menerpa wajahku, dingin. Kepalanya bengkok patah kekanan lalu kekiri seperti tak memiliki tulang leher, mulut nya terbuka lebar didalam nya gelap nan luas.

"si.. Siapa kamu?"lirihku dengan suara kecil.

"aaah... Aku... Akuu... AKU YANG DIDALAM KERISSZ IBUMUUU... ! " teriak nya merusak telinga ku dan membuat semua benda disekitar ku terlempar tak tentu arah, Lalu dia mencengkram leherku tanpa menyentuh kulit, Aku terangkat melayang.

"aaakh.. Aakh.. Aapa maumu.. " rintihku tubuhku sangat lemas dan ini sakit.

"MANDIKAN AKUU...!"

"a.. A.. Aku tak bi..bisa"

"AAAAKKH...!!" teriaknya satu kepal dengan wajah ku, lalu menghempasku ke dinding.

"maa..."rintih ku.

Semua benda melayang dan bernasip sama denganku. Penglihatanku buram, terbayang ada seorang berdiri didepan ku, mencoba melindungi ku.

"PERGIII...!"

"jangan kau sakiti gadis ini, dia tak tau apapun. Ku mohon.. Jangan sakiti dia.." permohonan itu berasal dari seorang pemuda tampan yang sudah berjanji pada Ratna. Salman merentangkan tangan, mencoba melindungi Ratna semampunya.

"aaahkk....! Aku harus dimandikan atau aku akan menjadi buruk seperti MU!" jelas wanita itu.

AAAKKH.....!

"AKU AKAN TERUS MENGUSIK GADIS ITUUUU...! AAKKH..! "

Salman menatap diam kepergian wanita itu bersama suara jeleknya. Jujur sebenarnya wanita itu tak kan seburuk itu, dulu aku sering melihat omah istri kakek Ratna memandikan keris dan di mataku wujudnya wanita cantik dengan rambut panjang.

Salman langsung berbalik melihat kondisi Ratna tak sadarkan diri, ia pun mengangkatnya menuju kamar.

___•___

#prov ratna

Sekujur badanku sangat sakit dan lemas, tapi aku merasa melayang dibawa entah kemana, mataku tak bisa terbuka untuk melihat siapa yang membawaku. Tenang dan sejuk ku rasakan. Tak lama aku mendarat di sesuatu yang lembut bagaikan awan.

Belaian dikepala sangat membuatku nyaman. Aku membuka mataku pelan, sinar terang berubah menjadi langit-langit bercat putih, ku menoleh melihat pemilik tangan lembut dikepala. Pemiliknya seorang wanita paruh baya, senyuman nya sangat ku rindukan setiap mengingatnya. Ya... Sekarang dia tersenyum untukku membawa kedamaian dihati. Mataku berkaca-kaca melihat nya. Jelas aku terharu, mengingat detik-detik terakhir ku bersamanya sangat memilukan, dia menahan sakit yang tak bisa ku bayangkan. Tapi dia tetap tersenyum membawaku tetap optimis bahwa ia baik-baik saja. Teringat saat ku memasak air untuk memandikannya saat ku membelai lembut tubuhnya membuatku teramat rindu untuk merawatnya kembali.

Aku terbawa suasana saat ku berusia 5 tahun. Aku terduduk lebih tinggi darinya agar dapat menyisir rambutnya. "Omah, latna mau jadi doktel bisa ngelawat dan bantu banyak olang" ungkapan anak kecil cadel itu membuat senyum terukir dibibir omahnya. "iya.. Omah doain adek jadi dokter yang hebat bisa bantu banyak orang... Hehe" berdoa untuk cucunya itu. Tawa khasnya masih terngiang hingga ku tak dapat mendengarnya secara live.

Aku kembali pada suasana awalku, ditengah ruangan yang serba bercat putih. Aku mengganti posisi duduk menghadapnya, dengan cepat aku memeluknya erat seakan tak ingin kehilangannya kembali. Aku terisak dalam pelukannya. Omah mengusap lembut punggung ku yang bergetar. Kerinduan ku terasa terbalaskan dalam pelukan ini.

"Huuuaa.. Omaaahh... Ra..Ratna rin.. Rindu omaaah... Huaa"

"cuup.. Cup.. Jampe..jampe, sekarang omah disini mau jenguk cucu cantik omah. Cucu omah dah berbesar sekarang. Maafin omah nggak bisa datang langsung di perpisahan adek, tapi omah tetap nepatin untuk datang walaupun hanya sebentar, adek lihat omah kan."

"iya.. Ratna lihat omah duduk paling depan dekat kepala sekolah. Pas Ratna paduan suara."

"Omah lihat adek puisi bagus sekali.. Hebat adek mah..." ia melonggarkan pelukan ku, memegang pundakku.

"ingat... omah akan selalu bedara di sini, dihati adek. Tapi adek harus selalu ingat untuk mendoakan omah.. Ya.. " aku mengangguk mantap seraya mengulas senyum. Omah membawaku kedalam dekapannya.

"dek.. Wanita yang ada dirumah itu adalah penjaga. Dia tinggal didalam keris yang dulu omah yang nyimpan dan sekarang keris itu sama teteh (mamah Ratna), teteh kurang manjaga keris itu dengan baik. Adek.. Tolong ingatkan mamah untuk mengurus keris itu, memandikannya, merawat dan menyimpannya dengan baik. Dia tak akan mencelakai adek."

"tapi omah dia banting Ratna ke dinding, sakit ma.. Badan Ratna sakit..dia cekik leher Ratna. Jahat dia omah.. " aduan Ratna.

"dia cuma mau memperingatkan, cuma salah caranya. Besok-besok kalau adek diganggu dia, diamin aja. Walaupun adek lihat dia secara jelas. Ya.. " aku mengangguk "dia cuma cari perhatian, karna cuma adek dan mang Asep yang bisa melihatnya." lanjut omah. Ia membawaku berbaring kembali. Tapi berbeda dengan sebelumnya sekarang pahanya menjadi bantal untuk kepalaku, ia mengusap lembut rambutku. "Ratna nggak mau tidur, nanti omah pergi ninggalin Ratna lagi. " omah terkekeh mendengar penuturanku. Tak lama bagai mantra tidur mengelubungi tubuhku. Membawaku dalam kantuk yang tak tertahankan. Samar-samar wajah cantik itu memburam berganti menjadi gelap.

<(-︿-)>

Hallo gaes...
Maaf ya, jadinya up sesuai jadwal. Ini karna school for home, membuat tugas yang menyibukan ku.
.
.
.

Mila makasih dan sayang banget yang selalu setia di cerita ini.

Don't Forget to vote and coment ya.. Gaes...!

Terimakasih ♡
By_mila

Ratna's lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang