±05. Taraweh

705 78 16
                                    

Malam ini merupakan malam yang sangat dinanti-nantikan oleh Haechan dan kawan-kawannya. Entah kenapa setiap malam menjelang puasa Ramadhan, mereka sangat antusias menyambutnya. Bahkan Yuta, Jaehyun, Lucas dan Johnny yang notabenenya anak senga, turut semangat menyambut bulan suci Ramadhan.

Biasanya Haechan pun semangat menyambutnya, namun kali ini ada yang berbeda dari anak itu. Setelah melaksanakan shalat sunnah taraweh, Haechan bersama doi-nya sedang berkeliling kampung, memperhatikan anak-anak bocah yang sedang asik bercanda gurau dan tak sering berseru 'saur-saur' yang di mana tak elak membuat kedua anak Adam itu tersenyum.

"Dengar-dengar, kamu kuliah di SM juga, ya?" tanya Haechan. Kedua netranya tiada henti memandang penuh kagum ciptaan Tuhan di sampingnya yang berjalan beriringan dengannya. Mana itu cewek masih pake mukena, cakep bener dah! Kalau Haechan gak tau malu, pasti air liurnya udah ngalir dari tadi. Karena menurutnya wanita berkerudung (yang menutup aurat) lebih indah daripada yang umbar aurat.

Sang lawan bicara mengangguk. Menoleh sekilas ke arahnya. "Iya," dan setelahnya hening di antara keduanya. Sang wanita sibuk memperhatikan jalanan yang mulai lenggang sedangkan Haechan sibuk dengan angan-angannya-seandai saja wanita di sampingnya ini menjadi kekasihnya.

"Uhm.. kita mau kemana, ya? Di gang sebelah sana kostan Mas Taeil soalnya," ucap sang wanita, membuat alih mata Haechan tergantikan menatap gang yang tak terlalu jauh dari jangkauannya.

Haechan berdeham, berusaha menghilangkan ke canggungkan akibat detak jantungnya yang tak stabil. Pokoknya Haechan sudah membulatkan tekat harus mendapatkan wanita di sampingnya, bagaimanapun caranya! Karena dirinya tidak mau lagi sakit hati untuk kesekian kalinya. Cukup Nancy saja yang menolaknya, jangan wanita di sampingnya pula.

Gue bakal buktiin ke Nancy dan anak tengik itu yang udah ngerebut doi gue. Liatin aja lo, Soobin.

"Uhmm.. kemana, ya? OH, IYA!" sang wanita tersentak saat tiba-tiba saja Haechan berpekik, sedangkan sang pelaku hanya tertawa canggung menahan malu. "Hehe, maaf ngagetin. Kita makan ke kang Agus aja mau, gak? Kamu udah makan, belom?"

Sang wanita menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Oke deh. Kebetulan aku belum makan," dan, ya, aksi modus Haechan pun sepertinya akan berjalan lancar sesuai rencananya.

••••

"SAORRR.. SAORRR.."

"SAOORRR.. SAORRR.."

"BUKAA.. BUK-Awh!" Lucas meringis saat kepalanya terkena hantaman sendal jepit merk sellow. Menatap tak suka pelaku yang baru saja melempar sedal jepit tersebut.

"Cukup kedua bocah gila itu aja yang bikin pala gua pusing, jangan elu juga, monyet!"

Lucas mendelik. Apa-apaan orang di depannya yang baru saja memanggilnya monyet ini? Apa dia tidak punya kaca kali, ya, sampai-sampai pria tampan nan mapan seperti Lucas ini dipanggil Monyet?!

"Maksud lu gua sama Koh Winwin, Bang?!" bukan Lucas yang berkata, melainkan Jungwoo.

Yuta menatap jengah tiga orang di depannya. Kepalanya berdenyut sakit saat mendengar bacotan mereka.

"Gua lagi ngitung duit, bisa gak si lu pada gak berisik? Malu noh sama anaknya Pak Jaehwan. Heran gua, punya temen gini banget," ujar Yuta. Sebelah tangannya memijat salah satu pelipisnya.

"Lah, bukannya elu seneng, ya, ngitungin duit? Kan biasanya tuh duit elu tilep buat makan di warung mbak Prilly."

Untuk sekian kalinya Yuta menghela napas jengah. Mata elangnya menatap tajam Lucas. Lucas yang mendapatkan tatapan membunuh pun hanya dapat nyengir tidak jelas sembari langkah mundur ia berikan. Sebelah tangannya menarik baju Winwin yang berada di sampingnya, berniat mengajak pemuda itu berlari menghindari maut yang sebentar lagi menghampiri.

ᴷᵃᵐᵖᵘⁿᵍ ᴹᵉʳᵃʰ ᴶᵃᵐᵇᵘ || ᵒᵗ²¹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang