2. | which one would you like to choose: ego or pride?

49K 5.7K 467
                                    

aku ini pacar atau sirop marjan sih yang dinikmati pas momen tertentu aja?
---si pacar yang pengin diantar-jemput.





"Mbapia! Bukain pintu dong! Please, gue butuh bantuan lo. Urgent, cuy!"

Ya Tuhan.

"Sekali ini aja, please. Gue tau lo di dalam karena kemarin gue liat lo pulang. Tolonginlah."

Ya Allah.

"Gue janji ini terakhir kali, doain aja gue nggak kepentok lagi. Bapia!"

Wahai Dzat Yang Mulia.

"Sesungguhnya, Allah akan menimpakan azab yang pedih kepada hambanya yang tak mau membantu sesama saudara."

He???????

Bisa-bisanya dia ngomongin soal azab sekarang?

"Allah tidak menyuk---hai." Cengirannya, ketika pada akhirnya aku membuka pintu kosan. "Bangun tidur ya? Cantik banget."

"Berapa?"

Senyumnya makin melebar. "Kayak gini gue nggak akan marah deh kalau Mama milih kasih Mbapia jus mangga samping rumah ketimbang buat aku sebagai anaknya." Lima jemari kananya memekar. "Lima ratus ribu aja."

"Banyak bener! Lo kudu mulai ngirit macam Sandra Dewi tuh yang jarang belanja!"

"Itu dikit lho. Temenku malah beli foundation doang ampir dua jutak!"

Kuputar bola mata berharap sampai menggelinding dan membuatnya takut. Tapi, apadaya, imajinasiku nggak sebaik itu mau menolong di saat genting begini.

Memangnya kamu siapa sih, La? Spongebob yang  bisa hidup di darat dan laut?
Ngimpi!

"Yaudah deh turun dikit. 490 ribu! Ntar ceban gue minta Mama. Ya ya ya?"

"Turun lagi lah."

"Yodah, 485 deh, mentok tuh. Harga pas."

"Idih. Segitu banget?"

"Ya Allah, Mbak. Gue tahu kok, gajian lo masih utuh karena lo menang taruhan mulu kan."

"Ngesup kepala orang enak nih pagi-pagi." Aku menyeringai puas di waktu dia ngerespon keinginanku itu dengan tatapan horor. "Nggak turun lagi, Nez?"

"Ah udah mentok. Please duong!"

"Kenapa nggak lima ratus ribu aja sih, ribet banget harus dikurangin mabelas segala."

"Gue tadi juga dari awal bilang gitu, Bangsat!"

Mengibaskan rambut, aku meninggalkannya yang masih melotot buat berbalik, ngambil dompet dari dalam tas. Ini anak sebiji, herannya kebutuhannya banyak bener. Ngelebihi aku yang sudah hidup sendiri, kerja sendiri, tidur sendiri pula.

Jadi pengin duet sama Saipul Jamil.

"Nih."

"Ish memanglah Bapia Jogja satu ini tuh yang paling baek." Cengirannya bikin mau nyedot ubun-ubunnya. "Makasih banyak, Lapia Baik Banget Adwinka."

"Kok bisa tahu nama gue? Bagus deh, daripada ganti-ganti nama orang sembarangan."

"Elo lupa ya, Mbak, kalau Mama selalu mintain potokopi KTP dari semua anak kosnya."

Ohiya.

Ih sebel. Mamaku tuh dulu ngasih nama kayak yang penting biar aku ada nama aja gitu. Tanpa pikir ke depannya. Cuma karena dia yang cinta mati sama Bapia, namaku jadi begitu.

"Inget ya, Nez, nanti bilang ke Mama lo kalau kosan bulan ini, gue tinggal tambahin satu jutak la---"

"Seperti ituh? Laluh? Siap bosque!" sahutnya cepat, lalu berbalik menuruni tangga kosan dan ngacir begitu aja.

 [ NOVEL ] setelah dapat kerja, lalu apa? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang