17. | i've trained myself to be less stupid

36.5K 5.8K 668
                                    


hi, humans!
be careful. this part is so nganu.
i am warning you.
---










"Mom, I have to work."

"Ya ya. Mommy tahu, work itu nama tengahmu. I know my son so well. But you have to listen to me, just once, Baby, please pulang. We celebrate my birthday. We miss you."

Mom?

Mommy?

Apakah itu perempuan luar biasa yang sudah melahirkan cowok luar biasa Berkuasa macam mas Dhana? Hah, dia adalah permaisuri uang kalau begitu?

Aku memang belum pernah melihat ibunya mas Dhana. Bapaknya pun hanya sekali, dan itu juga nggak dari dekat banget. Mungkin, kalau berpapasan di jalanan, aku juga nggak mengenalinya.

Innalilahi.
La sudah terinveksi virus songongnya Bee.

Memangnya siapa kamu sampai berani melupakan wajah Kakek Uang?!

Aku menatap kopi yang masih mengepul di tangan. Jadi, tadi saat aku baru saja tiba, seperti biasa, bos besar langsung meminta kopi dan mengantarkannya ke ruangan. Pintunya nggak tertutup sempurna, jadi kupikir aku mau masuk aja.

Tapi sopan enggak ya.

Ini kenapa tadi uda bilang kalau mas Dhana masih ada tamu, tapi dengan tololnya aku cuma mengangguk. Karena memang biasanya mas Dhana nggak pernah memintaku mundur jika ada tamu. Dia selalu membiarkanku masuk, mengantar kopi, atau bahkan duduk ikut diskusi kalau tamunya berurusan dengan series.

"Bee sudah lama nggak jadi masalah untuk kita, Sayang. Kami sudah menerimanya. We do lover her. We know she is everything for you. Sama kayak Klara."

"Don't mention her name, again."

Klara.

Tiba-tiba, aku membayangkan bagaimana ketika mas Dhana dan Klara menjalin kasih. Cowok itu terlihat begitu mencintainya. Ya Tuhan, Klara harusnya sangat bersyukur, bukan pergi begitu saja. Lihatlah aku, berusaha bertahan mati-matian, menjadi bodoh dengan abai semua omongan orang, nyatanya, jangankan mencintaiku dalam-dalam, bahkan Hago saja tak bisa menghargaiku sebagai perempuan.

"Papa mungkin melakukan kesalahan, Dhana. Tapi tolong dipahami, dia melakukan itu sebagai seorang ayah yang menginginkan kebahagiaan anaknya. You've known that there's a difference perspective between you and your father. He thought Klara was not good for you."

"Mom."

"I haven't finished, Baby."

Jadi benar kata mbak Syahnaz, kalau mas Dhana langsung lunak di depan mamanya dan juga Bee? Tak ada intonasi tinggi.

La, bukankah ini terlalu banyak?
Kamu mendengar privasinya dengan rakus.

"Pulang ya. Buat Mommy. Mommy pengin banget tiup lilin di depan kamu. Please ...."

"I have another business, Mommy. But I promise, I'll give you the best gift. Atau Mommy mau dinner berdua sama Dhana?"

"Is it important?"

"Apa?"

"Your business. Lebih penting dari Mommy ternyata? Atau...."

"Mbala ngapain?"

"YA ALLAH JANTUNGKU!"

Aku memejamkan mata. Kuabaikan rasa panas dari kopi di tangan. Ini nggak akan ada artinya dari kemarahan mas Dhana setelah aku membuka mata nanti. Mbayen jahat banget, memanggil namaku sembari memegang bahu, di saat aku sedang kembang-kempis, bingung memutuskan masuk ruangan atau pergi.

 [ NOVEL ] setelah dapat kerja, lalu apa? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang