LIMA - ENGAGEMENT -

2.2K 185 10
                                    

Tubuhnya kaku, seolah terpaku ke tanah. Lidahnya kelu, seakan tidak dapat mengeluarkan sedikitpun suara. Matanya hanya terfokus pada satu titik. Tempat di mana seorang laki-laki yang amat ia rindukan berdiri.

"Sakura?"

Sakura hanya bisa mengedipkan mata ketika merasakan tubuhnya terdorong ke belakang sedikit akibat sebuah pelukan yang ia dapat secara tiba-tiba. Sakura merasakan hangat menjalari sekujur tubuhnya yang semula terasa dingin. Sebersit keinginan untuk membalas pelukan erat dari orang yang sedang memeluknya in, namun diurungkannya niat itu ketika secara mendadak otaknya memutar percakapan dengan seseorang.

"Dengar satu hal, Haruno Sakura... Tak akan ku biarkan lagi kau mendekatinya."

"Aku rindu, sangat rindu padamu." Sebuah bisikan lirih didengarnya. Mengalihkan pikirannya yang semula berlabuh entah ke mana.

Sakura tidak bergerak, tubuhnya kaku dan lemah secara bersamaan. Bahkan tas jinjing yang ia bawa merosot ke tanah dari jari-jari tangannya.

"Maafkan aku karena baru kembali, Sakura."

Ketika pelukan itu terlepas, hanya satu yang ditanyakan Sakura kepada sosok laki-laki bersurai cokelat panjang dengan mata amethyst yang menawannya.. "Ada urusan apa ke sini, Hyuga Neji?"

Hyuga Neji, laki-laki yang menjadi salah satu alasan dibalik masalahnya, menjawab. "Aku... Aku mengunjungi makam ayahku."

Setelah itu terjadi keheningan panjang. Sakura sama sekali tidak tahu apa yang harus ia katakan atau lakukan. Walau begitu besar rindu menggebu di hatinya pada sosok di depannya, namun ditahannya mati-matian demi mencegah timbulnya masalah lebih banyak lagi dalam hidupnya.

"Sakura, kau... Bagaimana kabarmu?" Ada nada canggung dalam suara Neji. Matanya fokus menatap Sakura, namun gerakan tubuhnya menunjukkan gesture malu-malu.

Sakura mengalihkan tatapannya dari jerat manik lavander milik Hyuga Neji. Ia berdehem singkat untuk mengusir rasa gugup yang tiba-tiba merayap. "Ehm... Yah, saya baik."

Mendengar jawaban wanita di hadapannya, kedua mata indah Neji menyendu. Menyadari bahwa ada jarak tercipta setelah ia pergi sekian lama. Padahal hanya empat tahun ditinggalkannya Sakura demi keselamatan wanita itu, namun sudah tercipta garis melintang yang menghalangi dirinya mendekat.

"Syukurlah," lirih Neji. "Kau sedang apa di sini?"

"Mengunjungi makam ibu saya." Jawab Sakura. Merasa berat bertingkah seolah dirinya menjaga jarak pada lelaki di hadapannya ini. Namun tak ada yang bisa ia lakukan selain yang saat ini tengah ia coba lakukan. Ini cara terbaik.

"Apa?!" Raut terkejut jelas tercetak di wajah Hyuga Neji. "Bibi Mebuki meninggal dunia? Sejak kapan? Kenapa aku tidak tahu tentang-"

"Sudah lama. Tidak jauh di hari di mana kau menghilang." Sakura tersenyum, memotong pertanyaan Neji dengan menjawabnya cepat.

"Benarkah?" Lirih Neji. Tatapannya meredup. "Turut berduka cita. Maaf aku tidak ada di saat-saat terberatmu."

Sakura menghela napas pelan, ia tersenyum dan menjawab. "Tidak masalah. Saya sudah lebih baik."

Sungguh Neji sudah tidak tahan. Kecanggungan yang tercipta benar-benar membuatnya tidak nyaman. Dan ia harus menanyakan ini segera. "Sakura, kenapa bahasamu begitu formal padaku?" Tanyanya pelan, di satu sisi takut menyinggung. "Aku hanya pergi selama empat tahun, dan kau berubah begitu cepat."

Ada jeda cukup lama. Neji menunggu dengan was-was, menantikan jawaban yang ia takut membuatnya merasa bersalah. Tidak perlu menanti jawaban, dari awal meninggalkan Sakura pun Neji sudah merasa bersalah.

WRONG LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang