Min ah memperhatikan dengan seksama kartu yang berwarna gold yang ada di tangannya itu.
Tiba-tiba seseorang merenggut benda tersebut.
"Papa? Bikin kaget ajha."
Salim membaca dengan seksama huruf-huruf yang tertera di lembar emas itu.
"Ini punya kamu?"
Salim menatap Min ah dengan penuh selidik.
"Bukan pa. Gak tau itu milik siapa. Min ah ajha baru liat."
"Mana mungkin kartu ini bisa ada di kamarmu kalau gak ada yang bawa? Memangnya kartu nama ini ajaib? Bisa jalan sendiri?"
"Um... Tapi ini kan kamar Min ah pa??!! Dan syapa lagi coba yang.."
Tiba-tiba kartu yang dipegang salim direnggut kasar oleh Antis yang gak tau sejak kapan nyosor ke kamarnya Min ah.
"Ini punya saya."
Min ah dan Salim terdiam. Mereka akhirnya tau siapa yang memiliki kartu tersebut sekaligus membawanya ke kamar Min ah.
"Kamu kenal dengan pak Brahman di mana?"
Salim menatap Antis penuh harap. Harapkan jawaban maksudnya.
"Um... Itu antis dapat di swalayan waktu gak sengaja nolong kakek itu yang hampir tertabrak. Waktu itu Antis dan Della sedang belanja."
Antis menjelaskan sembil mencari alasan.
"Kamu gak main sama kakek kakek kan?"
Min ah menatap Antis datar.
"Aku kan udah bilang aku gak sengaja dapat. Dan ini akan saya balikin."
Antis mengisinya langsung ke dalam saku bajunya dan langsung keluar dari kamar Min ah.
"Papa kenal pak brahman?"
"Dia mantan wali kota sekaligus pengusaha terkenal.
Pak Brahman juga pernah jadi partner bisnis pamanmu.""Hah? "
Min ah menarik nafas seperti terkejut mendengar keterangan Salim.
"Jangan-jangan pak Brahman itu tahu tentang seluk beluk kematian om Handoko pa?"
"Mudah-mudahan ia tahu. Kita tinggal tunggu perkembangannya."
👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉
Mairah berjalan cepat memasuki pintu gerbang sekolah. Pagi ini ia tak ingin kehilangan kesempatan untuk menemukan Antis, si tonboy biang kerok yang menghambat hubungannya dengan Rayan, pikirnya.
Beberapa anak terlihat berdiri di teras kelas Rayan dan Antis sambil ngobrol. Dengan kasar ia menerobos ke dalam kelas tanpa perduli telah menabrak bahu beberapa orang.
Perasaannya makin panas saat sosok yang ia cari tidak terlihat. Ia juga tidak melihat wajah tampan Rayan di ruangan itu.
"Jangan bilang mereka berdua pergi bersama."
Gerutu hati Mairah dengan tampang konyol.Ia segera keluar dan menyapu pandangannya ke lapangan basket. Di sana lengang karena atlit memang sedang libur latihan. Bersamaan deangan akhir pekan semua siswa akan camping.
Mairah lalu mengalihkan pandangannya ke taman sekolah.
Di sana ada beberapa gazebo yang diduduki oleh beberapa siswa. Lalu tatapannya menangkap sosok cantik berpenampilan cuek.
Ya itu dia, Antis.
Mairah kembali mempercepat langkahnya.
Dari arah kelas XI Terlihat Claudia bersama 'dayangnya ' tersenyum dan memperhatikan Mairah yang berjalan seakan meninggalkan jejak asap di belakang tubuhnya serta api yang menyala di rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTIS
Teen FictionKisah Antis si gadis tomboy yang kehilangan orang tuanya sejak kecil dan harus tinggal dengan paman dan sepupunya yang rese. Antis yang tadinya terbiasa dengan kehidupan mewah tiba-tiba harus melarat karena karyawan kepercayaan ayahnya merebut peru...