*****

6 0 0
                                    

Rayan terjatuh ke air dan tubuhnya tak bergerak. Satu menit, dua menit, lima menit, Dia masih mengapung tanpa ada pergerakan.

Orang-orang yang tadinya tertawa semuanya bungkam dan panik. Tak terkecuali Antis, semua orang menatapnya seakan meminta pertanggungjawabannya karena telah membuat Rayan tak sadarkan diri.

Johan masuk ke dalam air dan menyeret tubuh Rayan ke atas batu besar. Ia mulai menepuk pipi Rayan, dan memanggil namanya.
Ia lalu menempelkan telinganya di dada kiri Rayan dan masih mendengar detak jantungnya.

Perlahan ia memompa dada Rayan. Tapi nihil. Rayan sama sekali tak bereaksi.

"Ada yang bisa kasih nafas bautan?"

Johan menatap Antis dengan ekspresi mengenaskan. Semua pun orang ikut menatapnya.

"A.. Aku?"
Antis menunjuk dadanya sendiri.

Semua seakan memberi tatapan mengiyakan.

Antis mulai mendekati tubuh Rayan, dan jongkok di sebelahnya. Ia menatap Rayan yang seakan tertidur.

Antis mendekatkan kepalanya ke arah wajah Rayan. Dengan dada berdebar ia menelan ludah karena grogi.

Hampir saja hidungnya menyentuh hidung Rayan, tiba-tiba mata Rayan terbuka.

Antis menarik wajahnya dan menjauhi tubuh Rayan secara refleks karena kaget akibatnya ia terjungkal ke belakang.

Bibir Rayan tertarik ke kanan dan kiri dengan suara terbahak yang diikuti semua orang.

AHAHAHAHA

"Astaga, aku dikibulin??"

Antis bangkit dan memukul dada Rayan dengan pipinya yang memerah. Semua orang tertawa dengan kekonyolan Rayan.

Antis berlari menyembunyikan rasa malunya yang tidak bisa ia bendung. Bajunya yang basah membuat setiap langkahnya meninggalkan jejak basah di bebatuan.

Ia menyusuri jalan kembali ke camp. Kedua sahabatnya mengikut dari belakang.

Dari kejauhan terdengar suara riuh dan seseorang sedang memarahi Rayan yang tampak menunduk. Ya, Yudha menegur adik sepupunya itu agar tidak berbuat konyol lagi.

Antis dan kedua temannya sudah sampai di tenda mereka. Ia segera packing dan menentang tasnya bersiap pulang.

"Llo serius mau balik sebelum rombongan berkumpul?"

Della menenangkan Antis yang mukanya masih merah padam.

"Ngapain gue nunggu mereka? Supaya mereka puas nertawain gue gitu?"

Antis masih sibuk dengan packing tasnya. Ia kemudian terdiam dan menatap Min ah dan Della. Ia memicingkan matanya.

"Kalian juga ikut nertawain gue tadi kan?"

Min ah dan Della pucat seketika. Tiba-tiba mulut mereka terkatup rapat dengan pipi yang hampir meledak karena menahan tawa.

"Gue sebbel sama kalian. Mending gua pulang sendiri ajha."

Dengan mantap Antis menyusuri jalan pulang. Della dan Min ah langsung sibuk packing barang mereka secara sembarangan, yang penting tak ada satu pun barang yang tertinggal.

Dengan tergesa mereka menyusul Antis yang sudah jauh dari camp. Ia sudah menuruni bukit yang menuju jalan untuk sampai ke pemukiman warga.

👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉👉

Rombongan SMA Pratama sudah selesai paking. Setelah semua berkumpul dan berdo'a dengan intruksi guru segera mereka membersihkan tempat camping mereka dari kemasan makanan ringan yang berserakan di area camping.

ANTISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang