Falling in Love

3 0 0
                                    

Arga menghampiri Antis yang berdiri kaku sendirian di tepi jurang bukit.

"Ehm... "

Ia mencoba sedikit berdehem agar tak mengagetkan Antis.

Antis yang tersadar menoleh perlahan ke asal suara.

"Arga...?"

Arga mendekat dengan perlahan.

"Iya, Antis, apa kau sudah mengingatku?"

Arga berharap ada kabar baik yang akan ia dengar, terutama mengenai ibunya.

"Tidak.. Maaf aku... Benar-benar lupa tentang kamu."
Antis tertunduk lesuh, seakan kecewa dengan ingatannya yang benar-benar gelap mengenai Arga.

"Tak apa, maaf aku mengganggumu."
Arga salah tingkah dan hendak pergi.

"Aku mungkin jatuh, atau sesuatu menimpa kepalaku waktu kecil. Entahlah... Maaf."
Antis tersenyum kecut.

"Tapi.., benar, kamu Kinanti Agni Handoko, anaknya pak Handoko kan?"
Arga memastikan ia tak salah.

"Iya. Aku Antis, ayahku, pak Handoko."
Antis merasa aneh dengan ingatannya yang tak beres.

"Baguslah kalo begitu. Aku tak salah orang. Aku hanya ingin tahu mengenai ibuku. Mungkinkah kau mengingatnya? Ibuku, menghilang setelah ke rumahmu. Ayahku tidak memberi tahu tentang ibu karena ia juga tak tahu."

"Maaf, jangankan orang lain, wajah ayah dan ibuku saja, aku sudah lupa."

"Apakah dengan melihat fotonya, kamu bisa mengingatnya?"

Antis baru menyadari, foto ayah dan ibunya jarang ia lihat. Ia lebih banyak bertemu mereka dalam mimpi saja. Itu karena foto-foto mereka tertinggal di rumah lama mereka.

"Iya... Bisakah kamu memberikan foto mereka?  Ayahku, ibuku, dan ibumu?"
Antus berharap Arga memberikannya.

"Iya, ada. Aku masih menyimpan beberapa lembar foto liburan mereka."

"Baguslah."
Antis menggumam sambil tersenyum.

Sementara tanpa mereka sadari Rayan dan juga Chery memperhatikan mereka dari masing-masing tenda mereka.

Rayan yang hampir setengah jam duduk sambil mengintip di jendela tenda membuat Johan penasaran dan bangun duduk menatap ke arah Rayan mengintip.

Ia tersenyum karena ia yakin sahabatnya itu akan sakit kepala kembali melihat Antis bersama seorang laki-laki pagi-pagi begini.

Arga tersenyum, sambil memegang kedua bahu Antis. Antus merasa risih dan takut kalau-kalau tunangan Arga salah paham padanya. Dengan ekspresi tertekan dan ingin melepas cengkraman Arga, membuat Rayan tak sadar keluar dan menghampiri mereka sambil berlari.

Arga dan Antis sontak kaget melihat Rayan hempir menabrak mereka. Sial! kaki Rayan tersangkut di ranting dan ia terjungkal ke tepi jurang. Tangannya menggapai batang pohon kecil yang ada di bibir jurang dan kakinya tergantung bergerak hendak menggapai ke atas.

"Tolong!!  Tolongin gue!!!"
Wajah Rayan pucat. Rasa takut, malu, dan marah menjadi satu. Johan dengan sigap menghampiri tubug Rayan yang tinggal tangannya saja yang bisa ia gapai.

Antis dan Arga ikut menengok ke jurang dan dengab Sigap Arga membantu menarik tubuh Rayan yang jangkung.

Antis menahan tawa sambil berdiri menutup tangannya. Chery yang menyaksikan kejadian tersebut menghampiri mereka dan dengan takut menatap adengan tarik menarik itu.

Tak sampai sepuluh menit Jihan dan Arga sudah berhasil membawa Rayan ke bibir jurang.

Nafas Rayan tersengal-sengal dengan meringis keskitan karena luka di sekujur badannya.

ANTISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang