Part 4

4.9K 636 114
                                    

Rewin, Indri, serta Nisa sedang mengamati para zombie yang berada tepat di bawah mereka. Untung saja ketiganya dapat selamat. Jika terdesak, semua hal dapat dilakukan. Contohnya dua gadis yang bersama Rewin sekarang. Indri dan Nisa memang tidak bisa memanjat pohon, tapi tidak pada saat itu. Mereka berdua lebih cepat tiba di atas daripada Rewin yang masih memanjat.

Nisa mengecek jumlah para zombie itu. Jika hitungannya tidak salah, jumlahnya ada sekitar 20.

"Zombienya banyak banget," ujar Nisa, "Gimana caranya kita buat turun?" tanyanya yang bergidik ngeri.

"Ngapain turun?" tanya Indri.

"Kita nggak mungkin di sini terus. Seenggaknya kita harus nyari makanan. Kita belum makan dari kemarin," jelas Nisa.

"Kita salah naik pohon, nih. Pohon ini nggak ada buahnya," ujar Rewin, "Pindah ke pohon sebelah sana aja, yuk!" ajaknya.

"Gimana caranya?" tanya Indri.

"Kita loncat," jawab Rewin enteng.

Nisa menggeleng, menolak ajakan Rewin. "Gue nggak mau."

Rewin mengangkat sebelah alisnya. "Lu mau mati kelaperan?" tanya Rewin, "Kan lu yang bilang tadi, seenggaknya kita harus nyari makanan. Itu udah di depan mata malah nggak mau."

"Lo aja yang ke sana. Terus nanti buah mangganya lo lempar ke sini," usul Nisa.

"Enak aja. Nggak bisa gitu, dong," tolak Rewin, "Susah itu harus sama-sama," ujarnya.

Karena Nisa masih kekeh menolak, akhirnya Rewin dan Indri meninggalkannya. Mereka berpindah pohon dengan cara melompat. Untungnya tidak ada yang terjatuh. Keduanya berhasil berpijak pada salah satu batang pohon yang cukup kokoh.

Setelah berhasil memetik beberapa buah mangga, Indri malah dilanda kebingungan.

Gimana cara makannya? Ngupas kulitnya pakai apa, ya?

Jika saja ini adalah apel, pasti ia akan langsung menggigitnya. Namun, ini adalah mangga. Ketika ia menggigitnya langsung, mulutnya pasti akan terasa pahit. Getahnya pun banyak yang menempel.

"Ini gimana makannya?" tanya Indri pada Rewin yang masih sibuk memetik.

"Digigit," jawab Rewin enteng.

"Masalahnya, ini kan ada getah-getahnya. Terus kan kulit mangga itu pahit. Buahnya juga belum dicuci," terang Indri, "Kulitnya juga dikupas pakai apaan? Lo pikir ini apel bisa langsung digigit terus ditelen?" Rewin dapat membuat Indri berbicara cukup panjang, hebat!

"Lu serem kalau marah," ujar Rewin bergidik ngeri.

"Terus ini gimana?" tanya Indri lagi dengan raut wajah datar.

"Gua juga nggak tahu kalau gitu."

Tiba-tiba Nisa menyahut. "Karma, tuh. Ninggalin gue, sih."

"Berisik. Kalau kita nggak bisa makan, lu juga sama," balas Rewin.

"Eh, bener juga. Kalau gitu gue juga ikutan mikir," gumam Nisa.

Akhirnya, mereka bertiga berpikir bagaimana cara memakan buah mangga yang telah dipetik. Namun, tiba-tiba Indri mengingat hal yang lain. Lebih penting dari bagaimana cara untuk mengupas buah mangga. Ransel mereka, di dalamnya ada beberapa makanan dan minuman yang mereka beli kemarin.

"Tas ransel kita," ujar Indri lalu langsung membuka tas ranselnya. Ia mengeluarkan beberapa makanan dan satu botol minuman.

"Gua sampai lupa kalau bawa ransel saking paniknya," ungkap Rewin, lalu mulai memakan makanan yang dibelinya kemarin secara perlahan.

Zombie? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang