Ketika Faiz sudah bersiap untuk mengerjakan tugas Nami, tiba-tiba ia mengingat suatu hal. Untuk apa ia mengerjakan tugas Nami? Iya, untuk apa? Keadaan saja sudah seperti ini. Kepada siapa tugas tersebut harus dikumpulkan? Kepada bapak guru yang sudah berubah menjadi zombie?
Nami melihat Faiz yang tidak jadi mengerjakan tugasnya.
"Kenapa nggak jadi dikerjain?" tanya Nami.
"Mau dikumpulin ke siapa?" tanya Faiz sambil tersenyum kemenangan.
"Ke Pak Herman lah," jawab Nami santai.
"Yakin Pak Herman belum berubah jadi zombie?" tanya Faiz mengangkat sebelah alisnya.
Nami mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Kenapa ia bisa lupa dengan keadaan saat ini? Bodoh. Eh, tidak jadi. Ia tidak bodoh, hanya lupa.
"Ya udah, kalau gitu lo pijetin kaki gue aja. Sini-sini," ujar Nami menyuruh Faiz mendekat.
Faiz yang tadinya tersenyum pun harus memasang raut wajah datarnya kembali.
Sial banget kayaknya gue hari ini.
Ketika Faiz sedang memijit kaki Nami, Zaki sibuk mondar-mandir di depan. Hardi yang duduk di dekat Faiz pun juga menatap Zaki dengan datar.
"Ini udah lebih dari 10 menit," gumam Zaki, "Kenapa mereka nggak dateng-dateng?" tanyanya pada Hans.
"..."
Zaki semakin gelisah karena tidak mendapatkan jawaban dari Hans. Ia semakin mempercepat langkah kakinya.
Beberapa menit kemudian, ia berhenti. Kepalanya terasa pusing. Mungkin gara-gara sejak tadi ia hanya mondar-mandir saja.
"Mungkin mereka lagi istirahat," ujar Hardi menenangkan.
"Nggak mungkin, ini udah lebih dari 50 menit. Mana mungkin istirahat lama banget," balas Zaki semakin gelisah.
"Apa jangan-jangan mereka dima--"
Belum sempat Faiz menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba tangan Nami membekap mulutnya.
"Jangan-jangan?" Bukan Zaki yang bertanya, melainkan Hans.
"Jangan-jangan mereka lagi makan," ujar Nami.
"Oh," ujar Hans mengangguk.
Nami menatap Faiz dengan sorot matanya yang tajam. Bisa-bisanya Faiz ingin berkata begitu. Apa temannya yang satu ini tidak mempedulikan perasaan Hans dan Zaki? Ingin rasanya ia melempar Faiz ke sungai amazon saat ini.
Faiz memegang tangan Nami. Ia menarik tangan Nami agar lepas dari mulutnya. Ia hampir saja kehilangan nyawanya. Tangan Nami membekap mulutnya terlalu erat. Hidungnya juga sampai tertutup.
"Eh, lo nggak apa-apa?" tanya Nami cemas karena melihat wajah Faiz memucat.
"Nggak apa-apa, cuma hampir mati aja. Untung nggak jadi," jawab Faiz. Ia memegang dadanya. Menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Untung saja tadi ia segera melepaskan tangan Nami dari mulutnya. Jika tidak, mungkin sekarang ia sudah menjadi mayat.
"Lo kok tutup mulut gue kenceng banget, sih?," tanya Faiz kesal, "Hampir mati gue," ujarnya.
"Salah lo," ujar Nami santai.
"Kok jadi salah gue?" tanya Faiz tidak terima.
Akhirnya Faiz dan Nami berbincang-bincang. Mereka memang berbincang-bincang, tapi dengan nada tinggi. Alias bertengkar.
Dor! Dor! Dor!
Terdengar suara tembakan dari arah luar stadion. Hal tersebut membuat Hans, Zaki, beserta yang lainnya terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie? [END]
Random[DILARANG PLAGIAT] Karena sebuah makanan yang sedang viral, orang-orang menjadi zombie? # 1 - kelompok (Jum'at, 18 Oktober 2019) # 1 - bertahanhidup (Kamis, 23 Januari 2020) # 1 - virus (Kamis, 27 Mei 2021) # 1 - perkelahian (Senin, 21 Juni 2021) #...