Part 9

3.1K 460 83
                                    

Paula dan para sahabatnya berhasil kabur dari kejaran zombie. Kini mereka bersembunyi di sebuah toko es krim yang berada di salah satu gedung pusat perbelanjaan. Anehnya, di sini juga tidak ditemukan tanda-tanda adanya zombie.

"Zombienya hilang lagi ya, Kak?" bisik Rasya pada Hans.

"Mana gue tahu," jawab Hans ikutan berbisik.

"Kalau zombienya nggak ada, ngapain kita sembunyi di sini?" tanya Eric.

"Iya juga sih, ngapain kita sembunyi?" balas Paula.

"Eh, di depan ada zombie," ujar Rasya sambil menunjuk ke arah yang dimaksudnya.

"Mana?" tanya Indri yang tidak melihat keberadaan zombie yang dimaksud adiknya.

"Itu lho, yang di dekat lift."

Indri akhirnya menemukan keberadaan mayat hidup yang dimaksud Rasya. Benar saja, di dekat lift ada dua zombie yang sedang berdiri di sana. Mereka berjalan sempoyongan ke berbagai arah.

Tiba-tiba, salah satu zombie berjalan ke arah zombie satunya lagi. Zombie tersebut menggigit zombie di depannya dengan brutal. Ia memakan zombie tersebut hingga habis tak bersisa. Hal itu membuat Paula dan yang lainnya bingung sekaligus terkejut. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilihat.

"Gua ngga salah lihat, 'kan?" tanya Rewin, matanya sampai tak berkedip.

Sebagai jawaban, yang lainnya menatapnya dan menggeleng secara bersamaan.

"Lo nggak salah, gue juga lihat pakai mata kepala gue sendiri. Mereka sesama zombie, lho," balas Paula, "Ini seriusan, 'kan? Bukannya di film zombie itu nggak makan satu sama lain? Tapi ... sekarang gue lihat mereka makan spesies yang sama?" tanyanya yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Mungkin ini alasannya zombie tinggal dikit," celetuk Indri tiba-tiba.

"Bisa jadi," sahut Hans.

"Kalau gitu, kita tunggu aja mereka makan satu sama lain. Waktu tinggal satu zombie, kita bunuh, deh," usul Rasya, "Gimana?" tanyanya menanyakan pendapat yang lain.

"Hm, ide bagus." Rewin menyetujui usulan Rasya.

"Tapi kita harus sembunyi di mana?" tanya Paula.

"Kita kan lagi sembunyi," jawab Zaki.

Tidak salah sih, mereka kan memang sedang bersembunyi.

"Maksud gue tuh, tempat yang bener-bener aman," terang Paula masih sambil berbisik.

"Kita ke ... bank aja," saran Zaki.

"Bank?" tanya semuanya.

"Iya. Di bank kan ada brangkas besar, tuh. Kita masuk ke situ aja," jelas Zaki antusias.

"Jangan, nggak ada oksigen di situ," tolak Rewin, "Lu mau kita semua mati gara-gara bengek?" tanyanya.

"Oh ... gitu, ya?" tanya Zaki mencoba berpikir kembali, "Em ... kalau di aula sekolah aja gimana?" sarannya lagi.

"Nggak bisa, pintunya bisa didobrak kapan aja sama zombie-zombie itu," tolak Hans.

"Em ... rumah warga?" saran Zaki lagi dan lagi.

"Nggak bisa, tetap nggak aman. Alasannya sama kayak aula sekolah," tolak Rasya.

"Kalau gitu tetap di sini aja. Ribet amat," ketus Zaki kesal. Tidak ada satu pun idenya yang diterima.

"Gimana kalau kita ke sekolah aja. Kita ke ruang musik aja," usul Rewin.

"Boleh juga," ujar Eric.

Zombie? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang