Part 8

3.2K 490 51
                                    

Mereka memasuki sebuah toko yang cukup besar. Berbagai macam barang tersusun rapi di tempatnya. Tanpa bekas noda darah atau pun debu yang menempel. Sepertinya perlengkapan yang dibutuhkan tersedia.

Paula dan Indri mengelilingi kawasan tersebut, sebelum akhirnya mengambil beberapa baju dan celana. Tak lupa juga mengambil sepasang sepatu untuk keduanya kenakan. Jangan lupakan tas ranselnya.

Sementara itu, Zaki, Hans, Rasya dan Eric juga mengambil benda yang sama, tapi ditambah dengan topi sebagai pelengkapnya.

Dengan keadaan seperti ini, ditakutkan semua orang akan jatuh sakit jika terlalu lama menggunakan pakaian yang basah. Oleh karena itu, Hans menyuruh yang lainnya untuk segera berganti pakaian.

"Untung handphone gua anti air," ujar Rewin bersyukur.

"Untung semua makanannya di plastik," lanjut Rasya. Sepertinya dia hanya memikirkan makanan saja.

"Tapi aneh nggak, sih?" tanya Zaki disela-sela lamunannya.

"Apanya?" balas Rewin.

"Nggak ada zombie yang muncul dari tadi, kecuali di jembatan. Jalanan kota juga kosong," jelas Zaki.

Hans mengangguk perlahan. Apa yang dikatakan Zaki cukup menarik perhatiannya. "Gue baru sadar," gumamnya.

Di tengah-tengah pembicaraan yang serius, Paula dan Indri datang. Kemudian suasana berubah menjadi hening.

"Kok pakaian kita samaan?" tanya Paula sambil membekap mulut dengan tangannya.

"Kebetulan yang aneh," sahut Eric.

Zaki menyerahkan dua topi yang sama dengan dirinya dan lainnya kenakan. "Nih, biar tambah sama."

Paula dan Indri menerimanya. Mereka lalu mengenakannya.

"Mau namain kelompok kita apa?" tanya Eric.

"Parihazainric," jawab Hans.

"Kepanjangan dari?" tanya Rasya.

"Paula, Indri, Hans, Zaki, Rewin, Eric," jawab Hans mantap.

"... kok nama gue nggak ada?" gumam Rasya.

"Yuk!" ajak Rewin.

"Ke mana?" tanya Zaki.

"Nyari makan," jawab Rewin enteng.

"Bentar dulu," tahan Hans dengan mencekal tangan kanan Rewin, "Kita harus ada senjata," sambungnya.

"Em ... gue lihat ada senjata api di kasir tadi. Terus gue ambil, deh. Nggak banyak, sih. Cuma ada dua," ungkap Paula sambil menyerahkannya pada Hans.

Hans menatap kedua pistol digenggamannya, lalu beralih pada Paula dan Indri. "Kenapa nggak kalian pakai aja?" tanyanya bingung.

"Gue nggak tahu caranya," jawab Paula polos.

"Gue juga," sahut Indri.

"Tinggal tarik pelatuknya aja," jelas Hans enteng.

"Gampang banget lo bilangnya," ujar Paula.

"Lah, emang gampang." Hans mencoba mempraktikkannya. Ia menembak satu boneka dan berhasil tepat sasaran.

Dor!

"Gampang, 'kan?" tanya Hans.

Paula terdiam. "Lo pakai aja, deh. Gue males."

"Gue juga," sahut Indri.

"Ada yang mau pakai selain gue nggak?" tawar Hans.

"Gue!" teriak Zaki sambil mengangkat tangan kanannya. Wajahnya terlihat antusias.

Zombie? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang