Pembalasan

2.2K 243 84
                                    

"KYAAA..."

"Ehh.. Lo apaan sih! Bisa diam gak!" bentak aldi sambil membungkam mulut (namakamu) dengan tangannya, lalu segera melepaskannya. (namakamu) hanya melongo dan menatap mereka yang kini menatapnya kesal.

"sshh.. Kepala gue pusing banget sih ah! Lo semua ngapain ada dikamar gue?! Keluar sana!" usir (namakamu) dengan tatapan kesalnya sambil memegang kepalanya.

Iqbaal menaikkan sebelah alisnya.

Aldi menatapnya nyalang.

Kiki menulis resep obat (namakamu).

"lo!!" ucap aldi tertahan dengan wajahnya yang merah padam karena menahan kesal dan juga jari telunjuknya yang menuding wajah (namakamu). (namakamu) mengernyitkan dahinya dan menatap aldi polos, sehingga aldi ingin sekali mencakar wajah itu.

"Arghh!! Lo ngapain sih bawa anak jalanan ini kerumah lo?! Udah muka kayak mayat hidup gitu! Gak ada sopan! Kecil! Dekil! Hidup lagi!" umpat aldi kesal sambil sesekali melirik (namakamu) jijik.

(namakamu) menatap aldi dengan matanya yang berkaca-kaca dan menatap iqbaal imut, seperti meminta perlindungan dari pria itu karena aldi telah menghinanya.
Iqbaal hanya menatap (namakamu) datar dan menoleh kearah lain, seakan-akan ia tidak mendengar apapun.

"Mending usir aja tuh bocah keselokan!!" perintah aldi sambil menarik (namakamu). Dan dengan kasar (namakamu) menepisnya.

"lo apa-apaan sih! Seharusnya lo yang pergi dari sini!! Ini rumah gue!!" teriak (namakamu) walau sebenarnya suaranya mirip kokokan ayam, tidak jelas karena baru bangun dari pingsan syantiknya.

Sampai saat ini ia belum sadar jika ia berada dirumah iqbaal, ia fikir ia berada di apartemen miliknya, (namakamu) baru saja sadar dari pingsannya, jadi wajar saja jika dia menghayal jika ini adalah apartemen miliknya.
Aldi meliriknya sinis, lalu menarik tangan (namakamu) kasar.

"Sadar woy!! Ini rumah iqbaal! Lihat!" ucap aldi sambil memutar tubuh (namakamu) kearah ruangan yang sedang mereka tempati.

Kiki hanya menatap mereka bingung, sedangkan iqbaal, ia sedaritadi menahan kesalnya akibat perdebatan tak berguna ini.

(namakamu) yang sudah sadar sepenuhnya, melongo tak percaya, ahhh, ingin rasanya ia mati saja detik ini juga. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua ini selalu membuatnya malu dihadapan iqbaal.

(namakamu) menatap aldi polos yang sedang menatapnya nyalang. (namakamu) menunjuk lantai dan menatap aldi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"i-ini.. rumah i-iqbaal?" tanya (namakamu) dengan suara bergetarnya, ia malu, sangat sangat malu!
Aldi hanya menjawabnya dengan deheman dan menatap kearah lain dengan wajah yang kembali datar.

"HUAAAA!!!" Teriak (namakamu) sambil menangis dan menutup wajahnya dengan tangannya. Aldi yang terkejut segera melepas cengkramannya pada lengan (namakamu) dan menutup kupingnya erat. Kiki menggelengkan kepalanya dan mengelus dadanya karena terkejut. Iqbaal, ia selalu saja cuek terhadap sekitarnya, ia mencoba untuk mengontrol emosinya, ia tidak tau mengapa ia merasa kesal dengan jarak (namakamu) dan aldi yang terlalu dekat menurutnya, jika nanti kesabarannya habis, maka tamatlah riwayat orang yang disekitarnya.

"lo ke-kenapa... Gak bi-bilang sama... G-gue dari tadi o-oon" isak (namakamu) dan memegang kedua bahu aldi. Aldi menaikkan sebelah alisnya dan menatap (namakamu) jijik.

"Bodo amatlah! Gue gak denger!" ucap aldi datar, dan menatap kearah iqbaal yang sepertinya menahan emosinya.

"hiks... Kok gu-gue slalu ma-malu-malu in sih.. Hiks" ucap (namakamu) dan menundukkan wajahnya dengan kepalanya yang menyentuh dada bidang aldi dan tangannya yang masih memegang bahu aldi. Aldi hanya berdecak kesal dan memutar kedua bola matanya.

My Boss is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang