PART 8

58K 1.8K 57
                                    

Agatha membulatkan matanya ketika melihat siapa yang sudah mengetuk pintunya sejak tadi. Apa ia salah lihat? Atau ini hanya halusinasinya saja? Bagaimana bisa mamanya Kenan berada disini? Berdiri dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Agatha mengucek matanya untuk memastikan penglihatannya. Namun tetap saja, ia masih melihat Saras berdiri di hadapannya.

"Sayang, kenapa kamu seperti itu? Mata kamu sakit atau gimana?" tanya Saras dengan khawatir.

"Eh? Nggak pa-pa kok, mata Agatha baik-baik aja. Ini beneran Tante Saras?" ujar Agatha.

"Mama, bukan tante. Iyalah, ini mama. Memangnya kamu pikir siapa?" balas Saras.

"Kamu nggak nawarin mama masuk nih?" lanjut Saras.

"Maaf, ma. Ayo masuk! Maaf ya, kontrakan Agatha sempit." Kata Agatha.

"Nggak pa-pa sayang, mama ngerti kok." Ucap Saras lalu duduk di kursi kayu.

Dalam hati Saras sangat sedih melihat ini semua. Ia tidak sanggup jika harus membayangkan bagaimana kehidupan Agatha selama ini. Seorang anak yatim piatu yang harus berjuang hidup seorang diri. Agatha pasti sangat bekerja keras sejak kematian kedua orangtuanya. Rasa sedih Saras semakin bertambah ketika dia melihat kontrakan ini.

Bukannya sombong, bahkan Saras sangat yakin jika kamar utama di rumahnya lebih besar daripada kontrakan ini. Sebelum masuk tadi, Saras juga sempat melihat jika ada beberapa bagian tembok yang sudah ada lumutnya dan catnya juga sudah memudar. Dari sana saja sudah terlihat jika kontrakan ini sudah tidak layak huni.

"Ma? Mama kenapa melamun?" tanya Agatha.

Saras langsung tersadar dan tersenyum. "Nggak pa-pa kok."

"Beneran?" tanya Agatha sekali lagi yang langsung dibalas anggukan oleh Saras.

"Aku sampai lupa, mama mau aku buatin minum? Tapi cuma ada air putih sama teh," sambung Agatha.

"Kamu nggak perlu repot-repot, sayang. Mama kesini mau jemput kamu," ucap Saras.

"Jemput Agatha?"

Saras mengangguk. "Kamu mau kan temenin mama shopping?"

"Shopping? Tapi bukannya kemarin mama minta Kenan buat nememin?" kata Agatha dengan hati-hati.

"Iya, tapi mama udah berubah pikiran."

"Kenapa?"

"Kenan kalau diajak shopping suka ngeluh. Mama jadi heran sendiri, padahal kan orang seharusnya senang diajak shopping, ini malah ngeluh aja. Kamu mau ya temenin mama?" jelas Saras.

Bagaimana ini? Agatha harus menolak atau menerimanya? Di dompet Agatha hanya tersisa uang dua ratus ribu rupiah, itupun masih sangat kurang untuk membayar kontrakannya bulan ini. Ia hanya takut saja jika nanti calon mertuanya ini malah mengajaknya untuk berbelanja juga, kan sayang sisa uang Agatha jika harus dipakai untuk belanja.

Tapi jika Agatha menolak ajakan ini, ia malah tak enak hati. Sejauh ini Saras sangat baik hati dan juga menerima Agatha apa adanya, bahkan setelah tau semuanya. Ya, kemarin Agatha sudah menceritakan semuanya kepada Saras. Pengecualian untuk bagian dimana ayahnya memiliki utang dan berakhir dengan pernikahan kontrak yang ditawarkan oleh Kenan.

Saras juga sudah jauh-jauh datang kesini hanya untuk menjemput Agatha. Pasti nanti akan menyinggung perasaan Saras jika Agatha menolak ajakannya. Mungkin Saras tidak akan menunjukan langsung kekecewaannya pada Agatha yang menolak, tapi tetap saja Agatha tidak enak hati nantinya.

"Sayang, jadi gimana? Kamu mau kan nemenin mama shopping?" tanya Saras dengan kilatan mata penuh harapan.

Dengan sedikit ragu, Agatha menganggukan kepalanya. Hal tersebut membuat Saras tersenyum lebar dan langsung memeluk Agatha.

Marriage Contract ✔ [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang