PART 18

58.1K 1.9K 61
                                    

Kenan menoleh ke sebelahnya dan ia melihat Agatha yang masih tertidur dengan nyenyaknya. Biasanya perempuan itu akan lebih dulu bangun, tapi sekarang malah sebaliknya. Apa mungkin ini adalah efek dari kegiatan tadi ya? Mereka melakukan pergulatan panas dari pukul tiga sampai enam pagi tadi. Ya, pasti perempuan itu cukup kelelahan.

Kenan memutuskan untuk membersihkan badannya. Sekarang ia akan kembali ke kantor, apalagi hari ini ada rapat penting yang harus ia hadiri langsung. Selama beberapa saat, Kenan sudah menyelesaikan acara mandinya. Setelah itu ia sudah lengkap menggunakan setelan pakaian kantornya. Kenan mengambil ponsel dan kunci mobilnya di atas nakas.

Sejenak, Kenan mengamati wajah damai Agatha. Menyadari bahwa tidur perempuan itu sangat nyenyak, Kenan memutuskan untuk tidak membangunkan. Jam sudah menunjukan pukul setengah delapan ketika Kenan menginjakan kaki di ruang makan. Laki-laki itu melihat mamanya sedang sibuk dengan kegiatan sarapannya.

"Ma," panggil Kenan.

"Eh, kamu udah bangun. Gimana tidurnya? Nyenyak? Pasti dong, buktinya baru bangun jam segini." Kata Saras.

Kenan tidak menghiraukan ucapan mamanya, ia lebih memilih untuk duduk dan memakan sandwich buatan mama tercintanya.

"Oh ya, Agatha mana? Belum bangun atau masih mandi?" tanya Saras.

"Belum bangun," jawab Kenan dengan singkat.

"Ken, mama memang pengen banget dapat cucu dari kamu. Tapi bukan berarti kamu ajak Agatha main terus-terusan, nanti yang ada dianya sakit." Ujar Saras dengan bijak.

"Kenapa mama bisa ngomong gitu? Aku ngga---"

"Nggak apa? Kamu mau bilang kalau kamu nggak ngajak Agatha main tiap malam? Kenan, kamu pikir mama nggak tau apa? Bukan cuma tiap malam, bahkan kalau ada kesempatan kamu pasti bakal ngelakuin itu. Sebelum nikah aja kamu hampir setiap malam tidur sama perempuan, apalagi sekarang. Tentunya kamu nggak akan biarin Agatha nganggur kan?" jelas Saras panjang lebar.

Kenan meneguk jusnya, "aku harus berangkat sekarang. Soalnya satu jam lagi ada rapat penting."

"Ini anak, diceramahi malah mau ngehindar." Kesal Saras.

"Aku nggak menghindar ma, tapi memang benar ada rapat penting. Aku pergi dulu," ucap Kenan lalu mengecup pipi Saras secara bergantian.

Saras geleng-geleng kepala melihat sikap Kenan. Anak itu memang sangat susah diberikan ceramah. Perempuan paruh baya itu memanggil pelayan untuk membereskan sarapannya. Tanpa kata lagi, Saras segera pergi ke kamar anaknya. Sejak anaknya menikah, Saras sudah terbiasa makan bersama dengan Agatha. Jadi makan tanpa Agatha sekarang, terasa sangat aneh baginya.

Walaupun ini di rumahnya dan kamar itu adalah milik putranya, tapi Saras tetap mengetuk pintu terlebih dulu. Cukup lama ia melakukan itu, tapi sama sekali tidak ada respon dari dalam sana. Saras menghembuskan nafasnya dengan lega begitu mengetahui bahwa ternyata pintunya tidak dikunci. Saras maju beberapa langkah dan melihat Agatha yang masih tertidur. Tidak seperti biasanya perempuan itu tertidur seperti ini. Masa sama sekali tidak terganggu dengan suara ketukan pintu tadi?

Akhirnya Saras memilih untuk pergi dari sana. Mungkin saja Agatha sangat nyenyak dalam tidurnya itu dan Saras sama sekali tidak ada niat untuk menganggunya. Sebenarnya Saras juga ada niat tertentu kesini, ia ingin mengajak Agatha untuk arisan. Pada saat itu, ia juga akan mengenalkan Agatha pada teman-teman arisannya. Tapi ya sudahlah, ia akan kembali lagi setelah Agatha bangun. Lagipula arisannya kan nanti sore.

***

Kenan menghentikan kegiatannya memeriksa beberapa berkas. Saat ini ia sama sekali tidak bisa fokus bekerja, bahkan tadi ia terpaksa membatalkan rapat pentingnya. Pikirannya dipenuhi oleh Agatha, perempuan yang menjadi istrinya saat ini. Entahlah, Kenan tidak tau kenapa ia bisa seperti ini. Kenan sudah mencoba untuk mengalihkan pikirannya, tapi tidak bisa.

Marriage Contract ✔ [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang