Part 11

772 18 0
                                    

Saat Marvello masih berusaha menerima kenyataan yang di alaminya, tiba-tiba Valerya melepas pelukannya dan berbalik sambil berkacak pinggang dan memasang wajah garang memandang ketiga pria yang memarahi kakaknya, Marvello.

"Kalian bertiga mendengarnya bukan? Aku minta kalian untuk minta maaf pada Marvello sekarang juga karena bukan dia penyebab aku menangis," ujar Valerya tegas. Valerya merasa bersalah karena membuat Marvello menjadi 'korban' pelampiasan amarah ketiga pria itu.

Marvello melongo tidak percaya melihat adiknya justru membela dirinya. Marvello tersenyum simpul dan cepat-cepat mengatur raut wajahnya kembali datar.

Benedict yang mendengar ucapan Valerya sontak melirik Bella seolah meminta pendapat dan menghela napas menyadari tatapan Bella yang menyuruhnya untuk menuruti permintaan Valerya.

"Maafkan Daddy, Marv. Kamu tahu sendiri kan bahwa Daddy tidak dapat mengontrol emosi Daddy sendiri jika sudah menyangkut Valerya. Sebagai tanda permintaan maaf, Daddy akan membelikan mobil sport yang sudah lama kamu incar karena sudah menyalahkanmu tadi, okay son?"

Marvello bersorak ria dalam hati. Tidak menyangka bahwa Daddy nya akan membelikan mobil sport yang sudah di incarnya sejak lama. Marvello berusaha keras menyembunyikan senyumnya dengan wajah 'poker face' andalannya.

"It's okay Dad, aku juga akan melakukan hal yang sama jika sudah menyangkut Vale," jawab Marvello. "And, I can't wait for my sport car Dad!" Teriak Marvello girang sambil melompat-lompat seperti anak kecil.

"Aku tidak akan meminta maaf pada Marvello, Vale. Karena secara tidak langsung dia lah penyebab kamu  menangis," ucap Maxime datar.

Suasana yang sudah mencair kembali menjadi dingin. Raut wajah bahagia Marvello seolah lenyap di gantikan dengan bibirnya yang melengkung ke bawah, sedih karena Maxime tidak memaafkannya.

"Jadi kamu tidak mau memaafkan Marvy, Maxie?" tanya Valerya.

"Tidak," tegas Maxime.

Valerya menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu aku tidak akan memanggilmu Maxie lagi dan mulai sekarang kakakku hanya lah Marvello Alvaro Maxwell seorang," jawab Valerya mengulas senyum dan memeluk lengan Marvello.

Semua orang tersentak kaget mendengar jawaban Valerya, terutama Maxime yang kalang kabut ketika Valerya berkata seperti itu.

"Kamu bercanda kan, Vale?" Tanya Maxime gelisah.

"Apa aku terlihat bercanda? Kamu bisa memutuskannya sendiri, memaafkan Marvello atau tidak kuanggap kakak lagi mulai detik ini. Semua keputusan ada di tanganmu Maximilan Adexe Maxwell." Ucap Valerya penuh penekanan.

Tubuh Maxime menegang ketika  Valerya menyebut nama lengkapnya.  Valerya tidak main-main dengan ucapannya kalau sudah menyebut nama lengkapnya.

'Shit, she is serious about that'.

"Fine! I'm sorry Marv," ucap Maxime tidak rela.

"Ucapkan dengan tulus Maximilan." dengus Valerya menatap tajam Maxime.

Maxime mengumpat dan mengutuk dalam hati. "I'm sorry Marvello. Please forgive your twin brother," ucap Maxime sambil memeluk Marvello. Marvello menyambut pelukan Maxime dan memaafkan Maxime. Senyum manis terulas di wajah Valerya dan ikut bergabung memeluk kedua kakaknya. "I like it when we are like this. Sorry for making you sad earlier, Maxie. I love you guys so much!" Bisik Valerya yang hanya terdengar oleh mereka bertiga. Maxime dan Marvello tersenyum mendengar ungkapan sayang Valerya.

Benedict merangkul Bella, menyaksikkan bagaimana ketiga anaknya saling menyayangi satu sama lain. Juan dan Ariel pun senang melihat ketiga saudara itu berbaikkan.

Alexandrove yang merasa di lupakan kehadirannya pun berdeham untuk menarik perhatian mereka, terutama Valerya.

"Erhm. Bagaimana denganku? Aku tidak akan memaafkannya. Apa yang akan kamu lakukan?," ucap Alexandrove menyeringai licik menatap Valerya sambil menunjuk ke arah Marvello.

Valerya memutar kedua matanya. 

"That's mean you are not a gentleman." Ucap Valerya sambil mengindikkan bahunya.

"What makes you think I'm not a gentleman?"

"A real gentleman will respect someone's feeling and.."

"Am I not? I respect your feeling."

Valerya melongo.

"W-wait. That's not what I meant. Maksudku, harusnya kamu meminta maaf pada Marvello karena sudah menyalahkannya. Bukan meminta maaf padaku, get it?"

"Yeah, I fully understand what you mean sweetheart. More reasons, untuk tidak meminta maaf karena aku tidak merasa ada yang salah dari ucapanku," ucap Alexandrove santai.

Si kembar saling melirik dan menyetujui dalam hati ketika menyadari mereka memiliki satu pemahaman yang sama.
'It's gonna be a long day.'

Wajah Valerya memerah. Antara marah, kesal dan malu jadi satu. Merasa kalah berdebat, Valerya memilih bersembunyi di belakang Daddy nya.

"Daddyyy, help me!" rengek Valerya bersembunyi di belakang Benedict sambil menarik-narik lengan bajunya.

Tanpa sadar sudut bibir Alexandrove terangkat kecil. Ingin rasanya aku mencubit pipi nya. Kenapa kamu begitu menggemaskan Vale?

Valerya terus merengek seperti anak kecil yang tidak di belikan permen.  Alexandrove tertawa terbahak-bahak mengingat hal serupa pernah terjadi dulu dan sama persis seperti sekarang, Valerya mengadu pada Daddy nya.

Kini giliran Juan dan Ariel yang melongo. Tidak percaya putra mereka bisa tertawa lepas seperti itu lagi, rasanya sudah lama sekali Alexandrove tidak tersenyum apalagi tertawa sejak mereka pindah ke Jerman.

Rona merah menyebar cepat dan menghiasi wajah Valerya yang sadar bahwa dirinya sedang di tertawakan oleh Alexandrove. Alexandrove tertawa geli melihat wajah gadis pujaannya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Tak ada satu orang pun yang bersuara, yang terdengar hanyalah suara tawa Alexandrove. Benedict mengernyit bingung melihat putra sahabatnya tertawa tanpa henti  seperti orang gila dan memutuskan untuk menegur Alexandrove sebelum anak itu betul-betul menjadi gila di rumahnya. Benedict bergidik ngeri akan pemikirannya sendiri tentang putra sahabatnya. Sebelum Benedict bisa menegur Alexandrove, ia merasa bagian punggungnya basah. Merasa ada yang tidak beres, Benedict segera berbalik dan mendapati wajah Valerya yang sudah bercucuran airmata.

Awalnya, Valerya berusaha menahan airmata nya keluar dengan mengigit bibirnya, namun justru hal itu menjadi pemicu tangisannya. Airmata nya mengalir begitu saja. Tanpa sadar Valerya menenggelamkan wajahnya di punggung Benedict dan membuatnya basah karena airmata nya.

Good job Vale.. now everyone know that you are crying

Tangan Benedict terkepal melihat putri kesayangannya menangis. Sebagai ayah, dirinya merasa gagal melindungi Valerya. Benedict sontak menatap tajam ke biang masalah, Alexandrove. Sementara Alexandrove yang di tatap, merasa sakit melihat air mata mengalir di wajah Valerya. Apalagi ketika Valerya menangis karena dirinya.

'Uh-oh, you are in trouble son,' batin Juan sambil memejamkan mata. Juan jelas tahu konsenkuensi apa yang akan di terima oleh Alexandrove. Sahabatnya, Benedict akan membalas 10 kali lipat pada orang yang berani menyakiti putrinya, Valerya.

TO BE CONTINUED
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa klik 🌟 dan comment yaa!

Also, don't forget to share MINE to your friend :)

Happy reading!

Thanks for reading Mine!

MINE (VALERYA MAXWELL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang