Part 7

1K 25 0
                                    

Semua orang terdiam. Tidak ada satu orang pun yang berani bersuara ketika mendengar nada tajam dari pertanyaan Maxime.

Keringat dingin membasahi pelipis Marvello. Tegang. Itu yang di rasakan oleh Marvello. Pertanyaan simple yang terdengar bagaikan lagu kematian baginya.

Maxime is the grim reaper that gonna reap his soul.

Memikirkan hukuman apa yang akan di berikan oleh Maxime saja sudah membuat dirinya merinding, apalagi jika ia mengakui bahwa dirinya lah yang membuat Valerya menangis.

Confirm, hidup lu kelar Vel!

Marvello meringis. Tiba-tiba kilasan masa lalu muncul di otaknya. Marvello ingat kalau dulu kejadian seperti ini pernah terjadi.

Kejadian itu terjadi saat mereka masih SMA. Saat itu, Bianca yang merupakan teman sebangku Valerya selalu membully Valerya. Bianca iri pada Valerya karena pria yang di sukainya ternyata menyukai Valerya. Awalnya Valerya tidak peduli dan tidak menanggapi bully-an itu hingga Bianca merusak jam tangan milik Valerya. Gadis itu tersenyum kemenangan melihat Valerya yang menangis mendapati jam tangan miliknya rusak.

Bukan harga yang di permasalahkan oleh Valerya melainkan kenangan yang ada di jam itu. Maxime yang sudah mulai bekerja membantu perusahaan, menggunakan gaji yang di tabungnya untuk membelikan Valerya jam itu. Maxime tahu bahwa Valerya sudah lama mengincar jam tangan limited edition itu dan memberikannya sebagai hadiah ulang tahun Valerya.

Berita tentang Valerya yang menangis tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Kabar itu terdengar oleh kedua kakak kembarnya. Maxime yang mendengar kabar itu sontak mengepalkan tangannya dan pergi menuju kelas Valerya. Saat Maxime tiba di kelas Valerya, suasana yang semula ricuh mendadak hening. Maxime berjalan menghampiri dan menenangkan Valerya, lalu menyuruh Marvello untuk membawa Valerya pulang.

Besoknya, Bianca tidak terlihat di sekolah dan di kabarkan telah pindah sekolah. Semua siswa saling bertanya-tanya apa yang terjadi kemarin, mereka tidak tahu apa yang terjadi karena Maxime mengusir mereka semua keluar dari kelas setelah menyuruh Marvello pulang bersama Valerya.

Marvello yang penasaran menanyakan apa yang dilakukan Maxime terhadap gadis itu,Maxime hanya menyeringai sebagai jawaban atas pertanyaan Marvello.

Hanya Tuhan dan Maxime, serta Bianca yang ntah dimana keberadaanya saat ini yang tahu apa yang di lakukan Maxime saat itu.

Well done, Marvello Alvaro Maxwell! Sebentar lagi lu bakal tahu apa yang sudah dan akan di lakukan oleh kakak kembar lu itu!

"Maxime! Sebenarnya Valerya menangis karena-"

"Maxie! Aku menangis karena Daddy tidak memenuhi janjinya untuk menjemputku. Ia malah menyuruh Marvel untuk menggantikan dirinya. Padahal aku sudah menantikan kedatangannya." potong Valerya. Valerya menunjukkan wajah sendunya agar Maxie percaya padanya.

"There..there.. don't be sad my sweet bunny. Daddy sibuk menyiapkan berbagai hal untuk menyambut kedatanganmu kembali ke rumah. Daddy juga baru memberitahuku bahwa Marvel lah yang akan menjemputmu. Setelah meeting aku lansung pergi menuju bandara untuk menjemputmu. Untunglah kamu masih di sini." ucap Maxime lembut.

"Tapi..Kenapa MARVELLO tidak menenangkanmu dan malah membiarkanmu jadi tontonan umum,huh?!" Sambung Maxime. Penuh penekanan.

Maxime menatap Marvello dengan tatapan penuh tuduhan. Lalu, mengalihkan tatapan nya pada kerumunan orang-orang. Orang-orang yang sadar, segera membubarkan diri, seolah tidak terjadi apa-apa.

Marvello menciut di tatap seperti itu oleh Maxime. Peredaran darahnya seolah berhenti. Tubuhnya membeku. Sendi-sendi tubuhnya seolah menolak untuk bergerak.

MINE (VALERYA MAXWELL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang