Hoseok memutar kemudi dengan tiba-tiba, seolah keluar dari jalur dan tidak mengekori mobil Namjoon lagi. Hal itu membuat Yoongi merasa panik dan menatap Hoseok dengan terkejut. Namun entah kenapa ia hanya diam tetapi tetap menatap Hoseok. "Kau tahu kan Yoon aku tak pernah berniat melukaimu, bahkan saat ini. Tenanglah."
"Tapi kau pernah menyakitiku Hoseok, hingga saat ini." Yoongi bahkan tak sadar ia menjawab kalimat Hoseok secepat kilat tanpa ragu.
Hoseok sempat menoleh pada Yoongi lalu kembali fokus pada kemudi "Kalau begitu, biarkan aku memperbaikinya." Hoseok menekan kuat pijakan gasnya dan melaju dengan kencang. Yoongi seolah acuh, ia diam menatap ke jendela. Berlagak bahwa ia baik-baik saja, meski dadanya berdetak dengan kencang. Hari bahkan sudah mulai menggelap, kemana Jung Hoseok hendak membawanya pergi? Tanpa Hoseok tau Yoongi terus meremas sabuk pengamannya, berdua dengan Hoseok, tanpa siapapun setelah bertahun-tahun sama sekali tak ada dalam bayangannya.
"Turun Yoon, kita bicara di luar, pemandangan di luar bagus." tak mau berdebat, Yoongi ikut keluar. Ia menatap sekitar, mereka tengah berada di bukit. Yoongi tak pernah ke sini, namun ia rasa pemandangan disini tak terlalu buruk, sejenak membuat hatinya melembut.
"Kau dan Namjoon.. Kalian memiliki hubungan melebihi sahabat kan, Yoon?" tanya Hoseok tanpa ragu dan Yoongi seolah hanya fokus pada siluet pemandangan di depannya, tak mengindahkan sama sekali pertanyaan Hoseok. Hoseok yang awalnya menatap Yoongi kini mengalihkan pandangan mengikuti Yoongi. "Aku melihatnya secara langsung saat kalian berpelukan di jalan. Entah apa yang terjadi, hanya itu yang kulihat. Bukan alasan yang kuat bukan? Sebenarnya sebelum itu aku merasakan hal lain dari dirimu, aku mengenalmu sudah sangat lama bahkan saat kita masih remaja, kau tak bisa bohong akan pandanganmu Yoon. Kau menatap Namjoon, persis seperti Min Yoongi ketika remaja yang menatap kekasihnya dulu." Hoseok tersenyum menatap bagaimana bumi menelan matahari.
"Pandangan lembut itu masih tak berubah, persis ketika dulu aku melihat bola matamu."
"Bisa kau diam Hoseok?"
"Aku tak menyalahkanmu atau menekanmu. Hanya saja itu terlihat jelas di mataku. Di tambah bagaimana kau sangat bergantung pada Namjoon siang tadi. Aku penasaran, apakah Seokjin merasakan ini semua atau dia hanya-"
"Hoseok, maksudmu apa? Kau tak berhak mengatakan apapun tentang diriku dan hubunganku dengan Namjoon. Sama sekali bukan urusanmu. Kau tak sadar jika dirimu juga tak lebih dari seorang bajingan? Aku sangat muak denganmu." Yoongi segera turun dari kap mobil dan berjalan menjauh, Hoseok lalu ikut turun dan mencekal tangan Yoongi.
"Yoon."
"Bangsat." Yoongi berbalik, matanya menyalak marah pada Hoseok "Aku dan Kau sudah tak mengenal lagi jadi jangan seolah kau mengerti diriku. Jangan seolah kau bisa menghamiku. Kau tahu bagaimana aku harus melewati ini semua dan kau datang seolah menjadi hakim disini? Aku tak butuh omongan racunmu Hoseok. Cukup kau menyakitiku waktu itu, jangan lagi, jangan menyakitiku dengan cara berbeda. Aku masih Min Yoongi yang pernah kau sakiti, ku mohon Hoseok."
Hoseok tak dapat berkata-kata, justru membawa Yoongi ke dalam dekapannya, dan meneteskan air mata. Ia mendekap Yoongi erat, begitu erat hingga tak ada celah untuk Yoongi bernafas. Ia merasakan bagaiamana Yoongi masih sama kecilnya seperti dulu saat ia memeluknya. "Yoon maaf."
Hoseok melepas pelukannya dan menatap Yoongi yang menatapnya dengan jengah "Sudah? Aku pergi dan ku harap kau tak lagi datang padaku Namjoon atau Seokjin."
"Yoon, biarkan aku berbicara, biarkan aku menjadi Hoseok saat remaja. Ku mohon."
Yoongi hanya diam. Jadi Hoseok kembali melanjutkan kalimatnya. "Aku merindukanmu."
Mendengar kalimat itu Yoongi mengangkat wajahnya. "Selama tiga tahun ini aku merindukanmu." lanjut Hoseok. "Apa yang kau lihat dulu memang sepenuhnya kesalahanku. Aku begitu gelap mata saat itu. Aku sangat serakah. Saat aku memiliku, seolah aku ingin mendapat berlian lain. Aku memang mengencani Yaena saat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
°SECRET°
Fanfictionterkadang kita tak pernah tahu. apakah kita benar memberikan hati dan kepercayaan kita pada orang yang tepat sekalipun hati kita sudah memberikan hampir seluruh rasa kasih dan kepercayaan pada orang lain - bad summary. Namjin and Namgi and Sope