10

1.6K 177 33
                                    

Dadanya sesak terasa seperti ada yang menyumbat. Terasa sakit, ia susah bernafas. Dadanya terasa berat, membuat kepalanya pusing. Jika Yoongi bisa, ia ingin melepas sejenak jantungnya, setidaknya ia butuh beberapa menit untuk memejamkan mata dengan tenang. Bukan seperti ini, ia bahkan kesulitan mengambil nafas, sekalipun ia sudah mencengkram kuat dadanya.

Yoongi masih kesulitan bernafas.

"Kau tak akan meninggalkanku kan?"

Entah kenapa Yoongi teringat perbincangan itu dengan Namjoon kala malam, ia menanyakan itu pada Namjoon. Ia meruntuhkan seluruh egonya. Namun Namjoon tak menjawabnya. Hanya mengecup sekilas bibirnya dengan lembut.

Jika dulu Yoongi sempat menanyakannya pada Hoseok, apa yang akan Hoseok jawab? Namun apapun yang Hoseok akan jawab, pria itu jelas meninggalkannya. Lantas, apa berbeda dengan Kim Namjoon?

Yoongi tertawa sesak.

Dulu ia tak pernah menanyakan hal secheesy itu pada Hoseok. Tidak. Tidak karena ia begitu yakin Hosoek tak akan meninggalkannya. Ia begitu yakin bahwa Hoseok hanya untuk dirinya. Ia begitu yakin bahwa Hoseok hanya akan menggenggam tangannya. Ia begitu yakin Hoseok hanya akan mengatakan cinta untuknya.

Tapi tidak untuk Namjoon.

Dari awal Yoongi tahu, Namjoon tak hanya untuk dirinya. Namjoon tak hanya menggenggam tangannya. Dan kata cinta tak pernah ada untuk Yoongi, Namjoon selalu berkata bahwa lelaki itu menyayanginya. Kata cinta itu untuk Kim Seokjin. Min Yoongi tahu itu. Lalu apa yang ia harus lakukan?

Ia terlanjur mencintai Namjoon.

Butuh waktu panjang baginya untuk melupakan Hoseok. Butuh waktu panjang baginya untuk memendam semua rasa sakitnya pada Hoseok. Dan ia bertemu Namjoon, lelaki berlesung pipi, tinggi, memiliki tangan yang lembut dan selalu tersenyum untuknya. Kala Namjoon memberikannya sekotak cokelat untuk pertama kali, Yoongi dapat tersenyum karena lelaki lain dalam sebuah artian khusus. Seolah ada ribuan kupu berteberangan di perutnya. Kala itu ia belum melupakan Hoseok, namun Namjoon sudah dapat menggeser rasa sakitnya.

Duri-duri yang sempat Namjoon kubur justru kembali tumbuh oleh Namjoon, Yoongi menyadari bahwa dirinya memang di takdirkan untuk merasakan sakit, bahwa ia di takdirkan untuk selalu menjadi yang kedua, bahwa ia di takdirkan tak pernah menjadi prioritas, dan ia di takdirkan untuk selalu menderita.

Yoongi tersenyum kecut. Inilah hidupnya.

Ketika ia pergi dari lubang lara yang ia tinggalkan, justru ia menggali lubang baru dengan sukarela. Hah, begitu konyol hidupnya. Ia jadi berfikir, antara Namjoon dan Hoseok memang dari awal tak ada yang mencintainya, hanya Yoongi, hanya Yoongi yang berdiri dan mengharap cinta dari mereka. Menggelikkan.

Namun ia tak bisa meninggalkan Namjoon. Tidak semudah ia meninggalkan Hoseok dulu. Tidak. Ia tak mau menggali lubang lain, itu melelahkan dan menyakitkan dalam waktu bersamaan. Rasanya ia ingin berada dalam lubang yang ia buat karena Namjoon, mengubur dirinya sendiri di dalam lubang itu rapat-rapat. Cukup, ia tak mau kembali mempercayakan hatinya pada orang lain selain Namjoon.

Tapi, pelukan Hoseok masih sehangat dulu. Ia jujur dengan perasaannya, ia masih begitu hafal bagaimana ia berada dalam Hoseok, sedikit berbeda, bahu Hosoek kini lebih lebar seolah lebih dapat melindunginya dari dingin. Wangi Hoseok lebih kuat tidak semanis dulu. Ia membuka luka lain yang pernah ia tutup.

Yoongi menghela nafas, kalimat Hoseok masih terngiang dalam otaknya dan bagaimana ia menampar Hoseok. Untuk kedua kalinya ia menampar Hoseok. Yoongi tak mengerti perasaannya.

Ia ingin Namjoon, namun ia tak mau menyakiti Seokjin. Ia tahu bagaimana rasanya berada diposisi Seokjin, diposisi dimana dirimu merasa seolah hidupmu hanya berpusat pada kekasihmu dan kau juga merasa sebaliknya, merasa bahwa kekasihmu menjadikan dirimu pusat dunianya, menjadikan dirimu prioritas dan membuatmu melambung bahwa yang kau tahu, kaulah sebab ia tersenyum begitu lebar hari itu. Tetapi tanpa kau tahu, kau hanyalah dunia ketika ia lelah dengan dunia yang lain, ia tak menjadikan dirimu pusat dunia, kau hanya sebagian dari ladang hijaunya, sekuat tenaga ia akan membuatmu terus tumbuh agar ternak-ternaknya dapat makan dengan kenyang, sebuah perumpaan dimana kau menjadi alasan senyumnya yang lain, ketika kau asri, ternaknya dapat makan, ia akan bahagia, kau bahagia karena kau terus dirawat, ternak lainnya bahagia karena ia mendapat makan, dan ia bahagia karena ia melakukan semua yang ia inginkan dengan baik. Kau bukan alasan utamanya tersenyum, sebuah inti dari hidup Yoongi.

°SECRET°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang