3

1.9K 223 22
                                    

Seokjin itu sebenarnya sangat simpel. Iya bisa mendapatkan rasa kebahagiaan hanya dari hal-hal kecil yang ia alami. Contohnya, ia dapat bermain game di pagi hari, lalu kembali melanjutkan sedikit tugasnya, tidur siang lalu saat ini dirinya tengah duduk di taman dengan eskrim rasa cokelat pada tangan kirinya juga Namjoon di sebelah kirinya.

Sengaja memilih taman karena memang cuacanya sedang menghipnotis mereka untuk berada di luar rumah.

Namjoon yang sibuk dengan laptop dan tugas, Seokjin yang sibuk dengan es krim.

Seokjin tak ambil pusing jika ia harus berdiam diri lama. Selama Namjoon menyandingkan banyak makanan, ia akan diam. Kata Namjoon, Namjoon hanya perlu Seokjin berada di sisinya, menemani Namjoon mengerjakan tugas, menulis lirik lagu , membuat lagu atau apapun, katanya, Seokjin itu bagaikan pusat energi Namjoon.

Seokjin hanya mengangguk. Mungkin maksudnya, karena Seokjin banyak makan, Seokjin memiliki energi yang besar, mungkin dengan kekuatan telepati, energi itu bisa tertransfer ke tubuh Namjoon.

"5 menit lagi babe. Setelah itu aku dapat menciummu sepuasnya." ucap Namjoon tanpa mengalihkan mata dari laptop yang jelas membuat Seokjin mengernyit bingung.

"Apa-apaan? Jangan jadikan aku pelampiasan rasa frustasimu."

"Ey tidak. Kan kau itu sumber energiku. Energi ku sudah terkuras karena tugas, dan aku ingin mengisi daya ulang energi ku. Caranya ya dengan menciummu. Oke tiga menit lagi." Seokjin diam. Mau membantah saja percuma. Jadi ia diam sembari kembali menyibukkan diri pada eskrim.

Fokusnya tertuju pada sepasang mungkin suami istri, mereka sudah berumur terlihat dari tubuh mereka yang sudah kurus dan rambut memutih. Oh tapi bukan fisik yang menjadi perhatian Seokjin. Tapi tentang mereka berdua, yang duduk tanpa jarak, tangan saling terpaut, mereka hanya diam, tanpa sepatah kata apapun, hanya saling menyenderkan kepala. Namun justru itu yang membuat Seokjin tenang. Seokjin merasa ikut hanyut pada perasaan kedua insan tersebut.

"Namjoon." panggil Seokjin masih dengan memerhatikan dua kakek nenek di sebelah sana. "Menurutmu, definisi kebahagiaan itu seperti apa?" baru Seokjin menoleh ke arah Namjoon, ia sudah di serang sebuah ciuman dadakan berlanjut pada lumatan kecil yang membuat Seokjin pun tak dapat menolak ciuman Namjoon.

Setelah rasanya cukup, Namjoon dengan sedikit enggan melepas pagutannya, jemarinya membersihkan sedikit lelehan Saliva di tepi bibir Seokjin. "Kebahagiaan hm?"

Seokjin tak menyangka Namjoon ternyata mendengar pertanyaannya. Ia mengangguk lirih lalu menatap eskrim nya yang meleleh mengenai jemarinya.

"Menurutku.." Namjoon menjeda kalimatnya menarik tangan Seokjin, lalu merogoh tas milik Seokjin. Pria itu jelas membawa tisu kemanapun karena Seokjin yang suka makan menjadikan pria itu harus sedia tisu "apapun dapat menjadi alasan kebahagiaan. Seperti tadi contohnya." tangannya telaten membersihkan jemari Seokjin sementara eskrim nya sudah berpindah ke tangan kanan Seokjin. "Menciummu adalah salah satu bentuk kebahagiaanku."

"Lalu defisini kebahagiaan menurutmu?"

"Apapun, apapun yang dapat membuat dadaku tergelitik dan membuatku dapat bernafas dengan nyaman. Aku merasa aku cukup bahagia."

Seokjin menarik sudut bibirnya. Mendekatkan eskrim di depan Namjoon yang sudah selesai membersihkan jemarinya.

"Kau itu.. Menurutku penuh teka-teki Namjoon. Membuatku rasanya ingin selalu mengorek apapun tentangmu. Termasuk lesung pipimu. Itu sebuah teka teki untukku." Namjoon terkekeh lalu ikut menjilat eskrim Seokjin.

"Kalau begitu teruslah mencoba menguak teka teki ku Jinnie. Aku akan selalu disini, membukakan celah demi celah agar kau dapat menguak diriku." Seokjin tersenyum begitu manis lalu mengangguk.

°SECRET°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang