Seokjin merasa engap. Jadi ia menenggak rakus minuman kaleng berperisai apel itu. Yang benar saja, seharusnya jika mau kuis, Prof. Im memberi tahu dulu pada anak didiknya agar mereka belajar.
Kan Seokjin semalam tidak belajar apapun. Mana bisa ia tadi mengerjakan soalnya?
Kenapa dosen lebih sering jahatnya daripada baik hatinya?
Tidak seperti Yoongi tadi, mau mencontekkan sedikit. Meski sejujurnya anak itu juga kebingungan. Setidaknya Yoongi bisa menulis tidak seperti Seokjin yang hanya memelototi soal tanpa tahu jawaban satu katapun.
Dan menyebalkannya lagi. Yoongi meninggalkannya. Pria mungil itu bilang ia harus menyelesaikan lagu. Tepat setelah kertas terkumpul, Yoongi menggendong tasnya, mengucapkan akan bertemu Seokjin nanti sebelum kuliah kedua mereka.
Masih dengan kaleng minuman di tangannya, Seokjin berjalan menuju taman kampus, berharap ia mendapat sedikit kesegaran otak dan mata.
Mata? Kalau di pikir-pikir iya, karena ia pernah melihat pria itu di taman.
Seokjin memilih bangku di bawah pohon besar, sengaja menghalau silau matahari. Ah benar, seharusnya ia membeli makanan tadi, minumannya saja sudah mau habis, lalu apa yang akan ia lakukan? Hanya duduk diam? Kalau sambil-
Ah benar, saat matanya kembali melihat sosok itu, senyum manis tiba-tiba tercetak di wajah Seokjin.
Pria itu ada di sana lagi. Dengan beberapa lembar kertas, pena, rambutnya yang bergoyang tersapu angin. Dan bersama sahabatnya. Min Yoongi.
Seokjin justru tak merasa aneh, jujur, itu memang suatu kebetulan yang sangat seharusnya memang wajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
°SECRET°
Fanficterkadang kita tak pernah tahu. apakah kita benar memberikan hati dan kepercayaan kita pada orang yang tepat sekalipun hati kita sudah memberikan hampir seluruh rasa kasih dan kepercayaan pada orang lain - bad summary. Namjin and Namgi and Sope