Epilogue

2.8K 167 8
                                        

"Sudah kubilang aku ingin dahiku terlihat penuh !" Seokjin mengacungkan jari telunjuknya dengan kedua mata menatap penuh dirinya di depan cermin. Wanita yang berada di belakangnya mengerutkan pipi merasa kikuk.

"Kau itu mau menikah. Bukan tampil seperti Jin Bts yang pamer jidat. Kim Seokjin tolong sadar diri !" Seokjin menoleh cepat pada sumber suara. Wajahnya bertambah kecut, mendengar kalimat Yoongi yang menyebalkan.

"Kan yang menikah aku? Bebas dong mau seperti apa. Kau kenapa sewot si?" Balas Seokjin tak kalah ketusnya.

"Astaga Kim Seokjin, jidatmu terlalu mengundang perhatian, astaga ini bukan pentas di panggung. Sudah, buat rambutnya koma saja, tata yang rapi jangan terlalu mencolok." Seokjin mendengus, penata rambutnya kenapa justru lebih menurut terhadap Min Yoongi, padahal dirinyalah yang menikah, padahal dirinyalah yang membayar jasa wanita itu, kenapa justru Min Yoongi yang dipilih?

"Ya sudah aku tak jadi menikah saja!" Sungut Seokjin. Marah.

"Oke, biar kugantikan menikah dengan Namjoon. Kau boleh membantu dapur." Seokjin melotot total bungkam dan membiarkan penata rias bekerja. Min Yoongi kalau ngomong memang enteng sekali ia menjadi sebal.

Mendadani Seokjin memakan waktu yang cukup lama karena pria itu banyak menuntut, Min Yoongi juga sudah pergi dari ruang rias, ia sudah mengatakan pada penata rias untuk tidak terlalu lunak pada Seokjin. Dirinya berdiri di lorong menuju aula tempat Seokjin menikah nanti, sekedar mengecek ponsel berharap ada pesan masuk dari kekasihnya.

Yah, sangat sayang, Park Jimin kekasih Yoongi tak dapat menghadiri pernikahan Namjoon dan Seokjin karena tuntutan pekerjaan. Sudah dua minggu Jimin berada di Jepang dan bahkan tak memiliki waktu sekedar pulang dan datang ke pernikahan. Yoongi memang sedikit sebal, tapi ia tak mau menjadi egois. Tiba-tiba seseorang menghampirinya dan menyuruh Yoongi untuk memanggil Ayah Seokjin dan bersiap menuju aula.

Pernikahan sebentar lagi akan dilaksanakan.

Dan Min Yoongi akan siap berjalan di depan Seokjin, mengantar sahabatnya datang menuju Namjoon, seseorang yang pernah begitu ia cintai.

Hoseokpun sama, berjalan mendampingi Namjoon melihat gugupnya Namjoon menanti Seokjin dan bahkan beberapa kali melirik pada Hoseok sekedar meminta semangat simbolik.

Musik mulai mengalun, pintu besar itu terbuka lebar. Yoongi dan Seokjin berdiri ditempat yang sama, dan berjalan menuju arah yang sama.

Jantung Namjoon seolah dapat berhenti beberapa detik, dua orang itu—dua orang itu, adalah dua orang yang pernah mengisi hatinya. Dua orang yang memberikannya cinta begitu tulus. Dua orang yang memiliki perjalanan panjang penuh duri bersama Namjoon. Dua orang yang kini bahkan masih bersama, dan akan selalu ada untuk Namjoon. Meski akhirnya, Namjoon harus memilih satu diantara dua tersebut.

Kim Seokjin.

Pria manis yang memegang bunga baby birth itulah pilihannya. Pria manis yang begitu sering memiliki rona merah ditelinga ketika malu. Pria periang yang selalu memasak untuk Namjoon. Pria yang akan mengomel ketika Namjoon lupa untuk menjemputnya.

Namjoon sempat berpikir, apakah seharusnya ia menyesal menduakan Seokjin yang begitu polos ? haruskah ia menyesal selama ini menyembunyikan rahasia begitu besar dari Seokjin? Haruskah ia menyesal karena pernah membagi hati?

Namun sisi hati dalam dirinya berkata, tidak, ia tidak menyesal mencintai Yoongi kala itu. Baginya, Yoongi adalah bagian yang penting dalam hidupnya.

"Kau tampan hari ini sayang," Seokjin tersipu malu saat Namjoon menggenggam lembut jemarinya.

Semua tamu undangan berdiri saat Namjoon dan Seokjin saling mengucap janji. Banyak air mata kebahagiaan yang menetes. Banyak desah bahagia dari setiap tamu. Dan Yoongi, ia meremat kuat jas hitam miliknya. Ia harus bahagia juga seperti yang lain.

°SECRET°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang