Hujan deras. Petir menyambar, kilatan guntur yang bergemuruh keras dibalik tembok kamarnya.
Uchiha Hinata menangis karena ketakutan, dengan wajah basah yang masih beruarai air mata, langkah kecil tanpa alas kaki itu keluar dari kamarnya, berlari menuju kamar kakaknya.
Boneka kucing terpeluk erat didepan dadanya, tangisannya tak kunjung reda.
Hinata benci petir, ia takut.Membuka pintu kamar kakaknya dengan perlahan, Hinata dengan wajah menangisnya mendekat kearah ranjang Sasuke, dimana anak lelaki itu tertidur pulas.
"Sasu-nii," suara kecilnya mampu membangungkan Sasuke.
Dengan wajah masih mengantuk, bocah itu membuka mata dan mendapati Hinata disana dengan wajah basah."Kesini," Sasuke menggeser tubuhnya, menepuk sisi ranjang yang kosong untuk Hinata.
Naik keranjang itu dengan suara isakan lirih, meringkuk disana dengan Sasuke yang memeluknya erat, menepuk pelan punggungnya agar adik kecilnya bisa tidur pulas.
"Tidurlah, Hime."
Mantra ajaib yang mampu membuat Hinata menghentikan tangisannya, mengusap wajahnya yang basah dengan baju piyama kakaknya, bersembunyi didada Sasuke, menghindari suara petir yang sesekali masih terdengar sambarannya.
Mikoto barusaja berlari ke kamar Hinata yang ada dilantai atas, ia tau anak kecilnya sangat takut dengan petir.
Dengan ditemani Fugaku, Mikoto bermaksud membawa agar Hinata tidur dikamarnya.
Pintu kamar Hinata terbuka, membuat sepasang suami istri itu sedikit terheran melihatnya."Coba lihat dikamar Sasuke." Ide yang sangat bagus dari Uchiha Fugaku.
Membuka pintu kamar Sasuke dengan hati-hati, helaan napas lega meluncur dari bibir Mikoto.
Melihat adegan manis yang membuatnya tersenyum, rasanya menyegarkan matanya.
Hinata tidur dipelukan kakaknya, terlihat nyenyak dan tidak terusik.
Dengan perlahan, Mikoto kembali menutup pintu itu dengan lirih."Anata, bagaimana jika suatu saat nanti, sesuatu terjadi diantara mereka ?"
Pertanyaan yang sama sekali tidak jelas maksudnya.
Bisa ada kesimpulan ganda atas pertanyaan itu, entah itu mengenai hal baik atau hal buruk.
Tapi Fugaku sangat paham, jika istrinya itu menanyakan sesuatu tentang Sasuke dan Hinata.
Melihat bagaimana dekatnya mereka selama ini, perlahan mulai ada pikiran lain dalam kepala Mikoto mengenai semua itu."Tidak masalah. Biarkan saja." Fugaku mengusap bahu istrinya, menampilkan senyumnya yang lembut, sebelum mereka berjalan menjauh darisana.
*
Sudah hampir dua bulan, sejak Mikoto datang ke panti dan membawa Hinata pulang ke rumah.
Hinata mulai masuk taman kanak-lanak, meskipun usianya belum genap untuk masuk kesana, Hinata bertekad.
Tidak mau kalah dengan kedua kakaknya.Seragam sailor lucu berwarna merah muda dengan pita putih yang manis.
Rambut panjangnya diikat dua, dengan hiasan jepitan rambut merah muda berbentuk bunga sakura.
Mikoto memang senang sekali membelikan pernak pernik lucu untuk anaknya, jumlahnya bahkan sudah tak terhitung lagi.
Kamar Hinata dipenuhi oleh berbagai macam boneka, beragam ukuran.
Juga barbie princess yang dibelikan oleh Izumi dari paris.
Barbie limited edition dengan harga yang tidak main-main.Itachi tersenyum lebar, menciumi pipi gembil Hinata, hingga membuat anak itu marah-marah karena ulah kakaknya.
Pagi yang selalu menyenangkan, dimana Itachi dan segala tingkahnya, mengusili Hinata dan membuat adiknya mencak-mencak.
Bahkan karena ulahnya, Hinata beberapa kali menangis dan Mikoto langsung turun tangan untuk mendisiplinkan anak sulungnya yang kelewat usil pada adik terkecilnya.Jika sudah menangis begitu, biasanya Hinata akan mendekat pada Sasuke, memeluk kakaknya.
Seolah mencari perlindungan dari keusilan kakak sulungnya.
Jika tidak begitu, Hinata pasti akan mengadu pada ayahnya, dengan mimik lucu dan bibir merengut karena kesal.
Anak yang sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Memories
FanfictionNgga tau ini bisa disebut sekuel atau enggak. tapi ini masih ada hubungannya dengan ROSEMARY.