Duapuluh

2K 151 32
                                    

Seharusnya tidak ada yang berubah, tapi Hinata pikir dirinya salah.
Saat ia kira semuanya akan baik-baik saja, kenyataan dalam fakta berkata sebaliknya.
Sejak konfrontasinya mencuat beberapa waktu lalu, ketika Hinata mengatakan dirinya berkencan dengan Sasori, hubungannya dengan kedua kakaknya seperti mengalami perbedaan yang sangat besar, terutama dengan Sasuke.

Lelaki itu tidak seperti biasanya, mungkin Hinata terlalu baper atau semacamnya.
Tapi yang jelas, ia merasa jika Sasuke perlahan mulai menjauh darinya.
Bukan hanya karena kesibukan kakaknya setelah lulus kuliah, tapi lebih dari itu, ada yang tidak beres.

Sejak menyelesaikan kuliahnya, Sasuke membeli apartemen sendiri, dan lebih sering tinggal disana daripada dirumah.
Itu seperti mengikuti jejak kakaknya yang juga membeli apartemen sendiri dan tidak tinggal dirumah.
Hinata pasti bisa memaklumi, jika kakaknya sibuk dengan karirnya dalam perusahaan ayahnya, itu tidak masalah.
Tapi nyatanya, seperti ada hal lain yang mengubah Sasuke, membuat lelaki itu menjauh darinya secara perlahan.

Hinata yang terkesan naif, mengabaikan itu awalnya, sebelum menyadarinya dalam dua bulan terakhir ini.
Semuanya terlihat biasa saja, bahkan saat kakaknya pulang kerumah, mereka juga terlihat biasa saja.
Tapi perasaannya tidak bisa dibohongi, bahwa mereka berubah secara perlahan.

Bukan hanya kakaknya, tapi juga dirinya.
Hinata yang mulai sibuk dengan kegiatan sekolahnya, kegiatan luar sekolah dan segala jenis sosialisasinya yang lain.
Sementara Sasuke sibuk dengan karirnya, langkah awalnya belajar menjadi sosok dewasa yang baru.
Jika dibiarkan terus seperti ini, mereka bisa menjadi asing satu sama lain.

Hinata masuk ke perpustakaan, dimana ada ibunya yang sedang duduk tenang disofa empuk yang ada didekat jendela.
Uchiha Mikoto terlihat begitu elegant dan malah, sangat mahal malah.

"Ibu," Hinata dengan wajahnya yang sedikit keruh, mendekat kesana dan duduk dikarpet bulu lembut, meletakkan kepalanya dipangkuan ibunya.

Mikoto selalu tersenyum saat Hinata melakukannya, selalu senang jika gadis kecilnya itu mengeluarkan sisi manisnya seperti ini.

"Oh, sayangku. Kenapa kau bau matahari ?"

Hinata merengut, mengusap lutut ibunya yang tertutup rok panjang.
Hinata tidak senang dengan istilah yang digunakan ibunya.
Bau matahari, memang dirinya sedekil itu ?
Jam pulang sekolah yang terlambat, ditambah dengan ekskulnya yang sedikit lebih lama dari biasanya, karena harus menunggu Shizune sensei.

"Aku pikir, nii-san marah padaku, bu."

Hinata sedikit mendongak untuk melihat wajah ibunya, berkedip dua kali sebelum kembali meletakkan kepalanya dipangkuan ibunya.

Uchiha Mikoto tidak terlalu memahaminya, mengusap kepala anaknya yang kini terlihat sedikit menyedihkan.
Mikoto bukannya tidak menyadarinya, terutama dengan Hinata dan Sasuke.

Bagi seorang ibu yang terlalu peka pada perubahan sekecil apapun pada anaknya, Mikoto tau jika kedua anaknya itu sedang berada dalam konflik batin yang tidak bisa dijelaskan dengan gamblang.
Bahkan sebelum hari ini, dirinya sudah membahas masalah ini dengan suaminya.

"Ibu pikir tidak, sayang. Kalian sama-sama sibuk belakangan ini, kurasa itu masalahnya."

Sebuah kalimat bijak yang terdengar lembut layaknya angin surga.
Membuat Hinata merasa tenang, hanya dengan mendengarkan suara ibunya.
Aroma harum yang menguar dari tubuh ibunya adalah bonus, dimana itu selalu membuatnya nyaman berada dalam pelukan ibunya.

"Benarkah ? Bukan karena Sasuke-nii membenciku ?"

Mikoto tertawa, ketika Hinata mengangkat kepalanya dan membuat ekspresi menyedihkan dengan bibir mencebik itu.
Sangat kekanakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back To MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang