Tujuhbelas

1K 108 14
                                    

Aroma ketegangan yang pekat memenuhi udara, Hinata hanya terdiam dengan pandangan kaku, menatap heran sekaligus terkejut pada seorang senpai yang kini berada dihadapannya, dengan sebuah bunga dan sekotak coklat yang harganya cukup dan bisa sangat mahal.

Pagi tenangnya berubah menjadi sangat tidak nyaman, ketika senpai yang entah siapa namanya itu, menghampirinya dan menyatakan cinta padanya.
Sakura yang berada disampingnya, tak kalah heboh melihat pemandangan yang menurutnya penuh romansa itu.
Tapi bagi Hinata, ini lebih terasa seperti kutukan.

"Gomene, senpai. Kurasa, aku tidak bisa menerimamu sebagai pacarku." Hinata dengan ekspresi sekaku papan tulis, berbicara dengan suara sehalus mungkin.

"Tapi, kenapa ?"

Itulah yang membuat Hinata hampir tidak tau harus menjawab apa, mengigit bibir dalam dengan gemas, kecemasan itu meningkat.

"Karena dia sudah punya pacar."

Suara tidak asing yang menerobos masuk dalam situasi yang tidak menguntungkan untuk Hinata, Sasori dengan wajah khasnya, mendekat dan langsung merangkul bahu Hinata dengan akrab.
Seolah mendeklarasikan tentang sesuatu yang barusaja dikatakannya.
Dibelakangnya, Naruto yang datang bersama Sasori, hanya melongo dengan wajah cengo, mulutnya terbuka tanpa suara.
Sementara Hinata sendiri, hanya bisa menahan napas tanpa sadar.

"Apa ? Kalian pacaran ?"

Senpai itu tidak kalah terkejut, sebelum mendengus dan membanting kotak coklat ditangannya, membuang bunganya ke tempat sampah terdekat.

"Apa-apaan, murid baru sudah berani pacaran." Gumamnya dengan wajah malu yang sedikit memerah, berjalan menjauh darisana dengan omelan yang tidak bisa ditangkap oleh telinga manusia.

Sasori melepaskan tangannya dari bahu Hinata, menatap gadis itu yang kini menampilkan wajah pucatnya, tersenyum lembut dengan wajah puas.
Sasori tidak mengatakan apapun setelahnya, hanya tersenyum samar sambil menepuk pelan kepala Hinata, melenggang keluar darisana, dengan diikuti berbagai tatapan dengan banyak makna.
Meninggalkan banyak pihak dalam sindrom kebodohan yang sangat jelas kentara.

"Apa yang dikatakan anak itu ? Kalian pacaran ?"

Sakura tersadar, menepuk bahu Hinata untuk menyadarkannya.
Menghela napas, mengusap wajahnya yang keruh dengan kedua telapak tangan dan duduk dibangkunya.
Tubuhnya mendadak lemas, pikirannya kacau.

Ini gila, pikirnya.

Masih tidak bisa mengerti, kenapa Sasori mengatakan hal itu.
Tapi yang pasti, jantungnya yang berdegup kencang adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Hinata bangkit dari tempatnya, ia butuh air dingin untuk membuat otaknya tetap dalam kondisi sadar, tidak ikut terbakar dalam kondisi yang membara.
Sakura yang terkejut, reflek mengikuti kemana perginya Hinata.
Menyusul Hinata yang keluar kelas dengan kondisi terbakar.

Naruto yang kelewat cengo, hanya bisa terdiam dengan pandangan tolol.
Otaknya masih belum bisa mencerna dengan situasi rumit yang terjadi didepan matanya.
Mengusap rambutnya sampai berantakan, lelaki itu melemparkan tasnya dan duduk dibangkunya.

"Aku tidak mengerti," gumamnya. Sebelum mengambil ponselnya dan mulai memainkan game favoritnya.

Sasori sendiri hanya seperti orang linglung dikelasnya, berpikir keras mengenai apa yang dilakukannya tadi.
Itu hanya gerakan spontanitas yang membuatnya masuk dalam pikiran yang sangat tidak jelas.
Bagaimana ia harus menjelaskan ?
Yang pasti, Sasori hanya tidak suka jika lelaki lain mencoba mengambil Hinata.
Itu seperti perasaan yang sangat obsesif untuk ukuran bocah remaja tanggung sepertinya.

*

Kabar itu menyebar begitu cepat, membuat heboh banyak orang.
Terutama untuk anggota Sasori Fanclub, dimana hal itu terjadi setelah lelaki sialan itu mengatakan secara tidak langsung, jika dirinya pacaran dengan Hinata.
Belum lagi dengan mulut-mulut liar yang meriuhkan situasi, membuatnya semakin panas.

Back To MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang