Sembilan

1.1K 130 8
                                    

Langit biru yang perlahan menjadi merah, menemani Hinata yang terpekur seorang diri disatu tempat yang sedikit jauh dari rumah.
Memainkan sedotan plastik digelasnya, matanya mengawasi dengan teliti beberapa mahasiswa yang berjalan disekitaran tempat itu.

Jika bukan karena Sasuke yang memintanya menunggu disana, Hinata pasti sudah dirumah dan menikmati sorenya yang nyaman.
Tapi lelaki itu memintanya datang dan menunggu disini, Hinata yang penasaran akhirnya menurut dan datang.
Tapi, sudah hampir 25 menit dirinya disana, duduk seorang diri seperti orang bodoh.

Ponsel Sasuke tidak aktif, dan itu membuat Hinata semakin jengkel dalam usaha menunggunya.
Hinata sudah hampir beranjak darisana, karena limit yang bisa diberikan Hinata hanya 30 menit.
Tapi lelaki itu sama sekali belum kelihatan batang hidungnya.

"Oh, Hinata."

Menghentikan langkahnya, Hinata menoleh dan mendapati lelaki berambut maroon yang nampak tersenyum ramah padanya, meski senyum itu sangat tipis dan super irit.

"Gaara-nii."

Namanya Sabaku Gaara, teman kuliah Sasuke yang juga sering datang kerumah.
Meski tidak mau mengakui, Sasuke dan Gaara adalah sahabat sejak lama.
Mungkin, sejak senior high. Jika tidak salah.
Lelaki itu masih terlihat seperti anak kuliahan pada umumnya, dengan celana jeans rebel, kaos hitam dan jaket kulit mengkilap.

"Ada apa kesini ?"

"Ahh, aku menunggu Sasuke-nii."

"Sasuke ? Dia katanya mau pergi dengan Shion hari ini."

Hinata menghela napas, memejamkam mata sambil meremas ponsel ditangannya hingga terasa panas.
Rasanya Hinata ingin meledak sekarang, memaki bahkan menyumpahi kakak sialan yang sudah membuatnya menunggu sekian lamanya seperti orang bodoh.

Menormalkan emosinya yang nyaris keluar, Hinata mengambil napas sebanyak mungkin, ketika merasakan kepalanya yang mulai pusing.
Membuka mata dengan perlahan untuk menghalau air mata yang nyaris keluar.

"Benarkah ? Kalau begitu, aku pergi dulu Gaara-nii."

Hinata berojigi dengan sopan.
Meskipun marah, Hinata tidak kehilangan norma sopan santun yang diajarkan keluarganya.
Terlebih, Sabaku Gaara lebih dewasa darinya.

"Tunggu Hinata, biar nii-san antar."

"Tidak usah Gaara-nii, terimakasih."

Hinata berjalan dengan lunglai, meninggalkan Gaara yang memandang punggung gadis itu menghilang dibalik pintu.
Menggeleng dengan heran, entah apalagi yang akan terjadi pada kakak adik itu.
Gaara mengenal Hinata sejak lama, dan menganggap bahwa gadis itu sangat manis dan baik.
Hanya Sasuke saja yang terlalu brengsek, hingga membuat gadis sebaik Hinata bisa mencak-mencak, bahkan mengumpat.

"Sasuke, kau akan dibunuh adikmu kali ini." Gumamnya dengan seringai konyol, sebelum melanjutkan kembali kegiatannya.

*

Hinata tidak langsung pulang kerumah, ia sudah memberitahu ibunya bahwa akan menginap diapartemen Itachi, lagipula ia masih libur sekolah, dan hanya akan datang saat tes.
Dan ibunya yang masih ada di Korea, mengijinkannya untuk menginap diapartemen kakaknya.

Hinata masih sangat jengkel dan marah karena ulah Sasuke.
Bertekad untuk memusuhi kakaknya sendiri, tidak peduli apapun yang terjadi.
Lagipula, ada Uchiha Itachi yang akan selalu mendukungnya.
Bahkan Hinata yakin, jika kakak sulungnya itu akan membelanya, daripada adik kandungnya.

Tarik napas, buang. Tarik napas, buang.
Hinata menenangkan dirinya sendiri, menjaga agar emosinya tidak terus berlanjut.
Kepalanya sudah cukup sakit, dan Hinata tidak mau semakin sakit karena emosi yang tak kunjung teratasi.
Yang ada, itu hanya akan membuatnya naik darah.
Untuk kali ini, ia bersumpah akan memberi pelajaran pada Sasuke, tidak akan membiarkannya lolos begitu saja.

Back To MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang