Napas teratur menerpa tengkuk lehernya, lilitan tangan diperutnya yang memeluk kendur, aroma khas yang terasa menyegarkan.
Hinata tidak yakin sekarang jam berapa, tapi jika melihat dari balik ventilasi udara yang nampak merah, mungkin masih sekitar jam setengah enam sore.
Hal gilanya adalah, Hinata tidur sejak pagi seperti mayat.Membalikkan tubuhnya dengan hati-hati, dimana Uchiha Sasuke nampak lelap tidur sambil memeluknya.
Hinata merengut, jantungnya kembali berdetak melihat kedekatan mereka, tapi dengan sedikit simulasi dalam kepalanya, detakan itu mulai berangsur reda.
Tidak tau sejak kapan lelaki itu ada diranjangnya, tidur bersamanya.
Hinata tidak bisa memikirkan hal itu.Saat Hinata berusaha melepaskan diri, Sasuke membuka mata dan dengan wajah sayu itu tersenyum kearahnya.
"Maafkan aku, Hime." Katanya dengan wajah polos.
Hinata berkedip dua kali, sedikitnya merasa heran dan tidak yakin dengan apa yang harus dimaafkan.
Ia memang sempat jengkel dengan Sasuke, tapi tidak sampai masuk dalam tahap marah.
Meskipun harus diakui, Hinata sedikit patah hati kemarin malam, tapi sekarang sudah tidak."Aku tidak tau apa salah Nii-san, kenapa minta maaf ?"
Sasuke tersenyum miring ketika mendapati wajah bingung Hinata.
Bukannya menjawab, lelaki itu malah mengusap wajah Hinata dengan lembut, mencium kening adiknya singkat, sebelum bangun dari tidurnya."Mandilah Hime, nii-san akan siapkan makanan untukmu."
Dengan itu, Sasuke bangun dan beranjak keluar dari kamar Hinata dengan wajah lega.
Meninggalkan adiknya dengan wajah sumringah, senyumnya mengembang, melompat dari ranjang dan mengambil baju ganti di lemari, melompat ringan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri yang sejak kemarin malam belum tersentuh sedikitpun air.Duduk manis dimeja makan, menunggu Sasuke yang sedang membuatkan sesuatu yang bisa disebut sebagai makan malam.
Hinata mengunyah potongan buah apel itu satu persatu, sambil memperhatikan kakaknya yang sedang memainkan spatulla diatas wajan, memasukkan sedikit salt and paper dan selesai.Hanya sepiring aglio olio pasta yang terlihat sederhana dan tidak menggugah selera.
Tapi Hinata tetap tersenyum, menghargai usaha kakaknya yang tidak terlalu buruk.
Berpikir, setidaknya itu masih bisa disebut makanan manusia."Makanlah," Sasuke duduk dengan wajah riang, sementara Hinata hanya meneguk ludah dengan paksa.
Anak Smp sepertinya jelas memiliki selera sendiri untuk sebuah makanan, tapi jika mengingat bahwa makanan itu adalah hasil kerja keras kakaknya, Hinata tidak akan tega memberikan kritikan.Menandaskan sepiring apelnya, Hinata menyingkirkan piring kosong itu dan mengambil garpunya.
"Nii-san yakin ini bisa dimakan ?"
Keluar juga pertanyaan menohok itu.
Hei, tolong jangan salahkan Hinata jika dirinya harus skeptis seperti ini.
Sasuke tidak pernah memasak dalam seumur hidupnya, dan biasanya hanya akan merecokinya saat Hinata sedang belajar memasak bersama ibunya."Apa kau meragukanku, Hime ?"
Kening Sasuke nampak berkerut saat melihat wajah meringis Hinata, tapi lelaki itu terlihat tidak marah.
Hanya seperti malu, atau entahlah namanya."Well, nii-san belum pernah memasak selama ini. Jadi yah, gomene jika aku meragukan nii-san."
Meski mengatakan begitu, Hinata tetap mengambil garpunya dan mulai mengambil sejumput pasta di piringnya.
Ia yakin jika pasta itu tidak akan membunuhnya, jadi Hinata tidak ragu untuk mengunyah dan menelannya dengan cepat.
Membiarkan lidahnya mengecap rasa yang terlalu asam dari air lemon yang ditambahkan Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To Memories
FanfictionNgga tau ini bisa disebut sekuel atau enggak. tapi ini masih ada hubungannya dengan ROSEMARY.