Delapanbelas

1K 102 9
                                    

Uchiha Sasuke dengan tampang masamnya, adalah perpaduan yang sama sekali tidak menyenangkan untuk dilihat.
Hinata bahkan merasa malas saat harus berhadapan dengan mode kakaknya yang satu itu.
Perlu diketahui, Sasuke dan merajuk adalah perpaduan yang selalu bisa membuat Hinata berteriak.
Entah itu karena frustasi atau karena tekanan tensi yang tinggi.

Hinata tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa jengkel dengan kakaknya yang satu ini, bagaimana bisa lelaki itu menghadangnya seperti ini.
Baiklah, bagaimana jika kita urutkan apa yang sebenarnya terjadi sore ini.

"Jadi, kenapa Sasori mengantarmu pulang ?" Itu bukan jenis pertanyaan yang diucapkan dengan suara tenang.
Sumpah, itu adalah suara yang sama sekali tidak disukai Hinata.
Jenis suara menuntut yang membuatnya sakit kepala.

"Apa salahnya, dia pacarku."

Pernyataan Hinata berhasil membuat Sasuke diam, mematung dengan tampang bodoh yang sangat jarang ditunjukkan.
Seperti mendapat pukulan telak yang membuatnya mati kutu.
Bersidekap tangan di depan dada, Hinata dengan wajah berani menatap pada kakaknya yang masih mendapat serangan kejut.

"Apa katamu ? Kau pacaran dengannya ?"

Hinata merasa sedikit tersinggung dengan pertanyaan Sasuke, ditambah dengan ekspresi menyebalkan itu.

"Ya. Akasuna Sasori adalah pacarku."
Sebuah deklarasi dalam suara mantap, Hinata hampir melenggang darisana, sebelum Sasuke menahannya, agar tetap disana.

"Tidak boleh. Kau masih terlalu kecil, Hinata. Dan Sasori tidak baik untukmu."

"Lalu menurut nii-san, Shion juga baik untukmu ? Hahh, tidak bisa dipercaya."

Menampilkan senyum miringnya yang penuh ejekan, Hinata dan kesinisan yang sama sekali tidak berubah.
Menyentak tangan Sasuke yang menghentikannya, mulai berjalan menjauh darisana.
Meninggalkan lelaki itu dalam situasi serba salah.

"Hinata, aku belum selesai bicara."

"Aku tidak peduli." Dan bahkan gadis kecil itu sudah mulai sering membantah kakaknya, lihatlah Hinata yang melenggang santai begitu saja.

Mengusap wajahnya dengan perasaan gusar, Sasuke tidak bisa terima jika Hinata pacaran dengan Sasori.
Meski Sasori bukan bajingan, Sasuke masih menganggap bahwa bocah sialan itu tidak pantas untuk adiknya.
Hinatanya yang terlalu baik dan manis, memang tidak cocok bersanding dengan lelaki macam Sasori, yang menurutnya sangat berandal.

Tapi tunggu dulu, sejak kapan mereka dekat dan kenapa tiba-tiba seperti ini ?
Pertanyaan itu jelas mengganggunya, dan Sasuke akan memulai penyelidikannya.
Tidak bisa dibiarkan begitu saja, siapapun yang mencoba mengambil Hinatanya.

Melempar tasnya dengan bibir memberengut, Hinata mengomel dalam bahasa alien yang hanya bisa dimengerti olehnya.
Menyalahkan Sasuke dan memberinya sumpah serapah yang sama sekali tidak baik untuk didengar.

Sebagai gadis dalam masa puber, Hinata sering sekali masuk dalam mode menyusahkan.
Bahkan untuk dirinya sendiri, ia sering mengalami kesusahan dalam mengendalikan pikirannya.
Dimana, hal itu akan berakhir dengan perubahan mood yang sangat dramatis.
Katakanlah, mood swing yang mengkhawatirkan.

Menatap langit-langit kamarnya yang berhias lampu, menghela napas dalam dadanya dengan begitu berat.
Pikirannya terasa kosong saat ini, tidak tau harus seperti apa nantinya.
Ia tidak memikirkan siapapun, tapi sedang memikirkan dirinya sendiri.
Mengkhawatirkan dirinya dan nasib masa depannya yang terlihat begitu buram.

Saat ponselnya berdenting beberapa kali, Hinata mengabaikan situasi rumit dalam kepalanya.
Mulai membuka chat yang sebagian besar menanyakan, apakah ia benar-benar pacaran dengan Sasori ?
Tidak ada alasan untuk menutupinya, meski ia sendiri tidak yakin untuk mengatakannya.

Back To MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang