Baekhyun melangkahkan tungkainya dengan tergesa menuju ke ruang gawat darurat sebuah rumah sakit swasta di Seoul. Setengah jam yang lalu, ia mendapat panggilan bahwa Hee Sae baru saja masuk rumah sakit. Mereka bilang perempuan itu jatuh dari tangga.
Namun entahlah itu betulan serius atau hanya Hee Sae sedang kembali berulah. Ini sudah kesekian kali ia membuat Byun Baekhyun pontang-panting seperti ini. Nyatanya sejengah apapun Baekhyun, ia selalu datang bak alarm siaga tiap kali Hee Sae membuatnya kelabakan.
"Aku keluarga dari pasien bernama Hee Sae." Baekhyun memberitahu kepada perawat jaga di bagian depan. Perawat tersebut tanggap, ia segera membawa Baekhyun menuju brangkar dimana Hee Sae tengah terbaring. Perawat tersebut menjelaskan kondisi Hee Sae sepanjang mereka berjalan beriringan yang hanya di balas senyum kecut Baekhyun.
Baekhyun sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
Hee Sae memang tak pernah berpikir dua kali untuk berusaha meraih perhatian Baekhyun.
Hee Sae nampak di pojokan ruangan, duduk bersila di atas ranjang sambil memainkan ponselnya. Baekhyun bahkan mendengar perempuan itu tengah bersenandung saat berjalan mendekat. Sungguh ia sama sekali tidak nampak selayaknya pasien unit gawat darurat. Pantas saja perawat tadi setengah mengeluh memaksa Baekhyun untuk cepat membawanya pulang.
"Kau―" belum selesai Baekhyun berkata, Hee Sae tersentak hebat saking terkejutnya.
"Ommo!" ia mengelus dadanya sendiri berulangkali dengan ekspresi berlebihan. Ia tidak sadar Baekhyun sudah berada di sampingnya. Hee Sae tak menyangka lelaki Byun tersebut akan datang secepat ini.
"Berhenti membuat ulah. Ayo pulang!" ajak Baekhyun berusaha mengontrol emosinya. Hee Sae hanya sedikit lecet di bagian lutut juga sikunya. Hanya luka ringan yang biasa anak kecil dapatkan saat mereka bermain.
Terlambat untuk pura-pura kesakitan. Baekhyun terlanjur tahu kalau sebenarnya ia memang baik-baik saja. Namun Hee Sae tak ada pilihan lain selain berbuat konyol untuk membuat Baekhyun datang padanya. Semua karena ia terlalu rindu meski lelaki itu jelas-jelas telah menyakitinya.
"Aku tahu kau terganggu karena harus datang ke sini." Hee Sae terdengar sedikit gagap saat mengatakannya. Namun ia terus mencari alibi.
"Saat mereka menanyakan siapa keluargaku yang bisa dihubungi, aku hanya terpikir itu kau," cicit Hee Sae menundukkan wajahnya. Ia kini tak berani memandang Baekhyun meski ia berani bersumpah, justru hal itulah yang sedari tadi ia pikir untuk lakukan.
Baekhyun mendesah jengah. Ia mendaratkan bokongnya di brangkar kosong di belakang tubuhnya sembari mengusap tengkuknya berulangkali. Kenapa berbicara dengan Hee Sae menjadi secanggung ini?
"Tentu saja. Aku masih suamimu."
Di mata negara juga catatan sipil mereka masih sah suami istri meski beberapa bulan terakhir mereka memilih untuk tinggal berpisah. Tepatnya Baekhyun yang meninggalkan Hee Sae terlebih dulu setelah istrinya menolak mentah-mentah untuk di ceraikan. Selain masih cinta, Hee Sae rasa alasan Baekhyun berpisah sungguh konyol. Kini rasa cinta tersebut bercampur dengan benci sejak Baekhyun betulan angkat kaki dari kediaman mereka. Hanya saja, datangnya rindu itu tak bisa ditebak. Gengsi yang membuat Hee Sae akhirnya memilih cara konyol untuk mendapat atensi lelaki yang masih sah suaminya tersebut.
"Ternyata kau masih ingat?" dengus Hee Sae setengah jengkel. Baekhyun tak mau menjawab. Ia memilih bungkam. Berdebat di tempat umum apalagi rumah sakit tentu saja kurang pantas dilakukan. Bila Hee Sae bersifat kekanakan dan cenderung blak-blakan, maka Baekhyun lebih memilih menjadi es yang mencairkan suasana.
"Hee, ayo kita pergi. Kau sama sekali tidak perlu untuk di rawat. Aku antar kau ke apartemenmu," bujuk Baekhyun akhirnya.
"Tapi aku sakit!" tukas Hee Sae cepat.
"Kau tidak sakit."
"Aku sakit Baek, disini." Hee Sae menunjuk dadanya. Dimana setiap detik bagian tersebut selalu berdenyut nyeri mengingat memori manis mereka nyatanya terancam menjadi kenangan. Hingga ia harus terus bersikap bodoh demi meraih perhatian suaminya sendiri yang entah di luar sana sedang berbuat apa. Hee Sae tidak pernah menyangka, usia tiga tahun pernikahan mereka akan di tempa badai tak terduga. Jauh dari apa yang Hee Sae kira, semuanya terlihat baik-baik saja sampai Baekhyun berkata 'ayo kita bercerai' di tengah Hee Sae mengunyah makan malamnya.
"Berhenti bersikap demikian. Aku tidak memaksamu untuk menyetujuinya detik ini juga. Kau memiliki banyak waktu untuk berpikir."
Baekhyun memalingkan wajahnya. Jujur ia tak sanggup menatap kedua manik berembun Hee Sae karena sebenarnya ia masih ada hati.
Hee Sae tertawa garing melihat respon Baekhyun yang baginya hanya di buat-buat. Bagi Hee Sae, alasan Baekhyun mengajaknya berpisah hanyalah karena adanya perempuan lain. Dialah Kim Taeyeon yang Hee Sae tahu mantan kekasih sekalis cinta pertama Baekhyun saat dia masih SMA. Hee Sae tahu sebab Baekhyun sendiri yang bercerita, begitupun sebaliknya. Mereka saling menceritakan masa lalu sebagai bentuk keterbukaan terhadapa pasangan masing-masing. Setidaknya karena hal tersebut, Hee Sae jadi tidak terlalu bodoh untuk mengetahui posisinya terancam perempuan dari masa lalu suaminya.
Tak mau berlarut lama dalam kesedihan. Hee Sae loncat begitu saja dari ranjang, memakai kedua sandal rumahnya berniat bergegas pergi. Setidaknya tujuannya untuk bertemu Baekhyun sudah tercapai. Ia betulan hanya ingin melihat wajah suaminya.
"Mau kemana?" Baekhyun buru-buru mencekal lengan Hee Sae. Perempuan itu memang hobi ngeloyor begitu saja. Seingat Baekhyun dulu Hee Sae tidak begitu. Semenjak mereka sering berdebat dan ia meninggalkannyalah, Hee Sae berubah begini.
"Pulang. Bukankah kau menyuruhku pulang?" Hee Sae balik bertanya dengan nada ketus. Baekhyun hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah istrinya.
"Baiklah aku antar."
"Memang kau tahu dimana apartemenku yang sekarang?" tanya Hee Sae setengah mengejek.
Tentu saja Hee Sae tidak tahu bahwa selama ini Baekhyun tetap mengawasinya. Bagaimana kehidupannya dan di mana Hee Sae tinggal setelah ia memutuskan meninggalkan apartemen yang sebelumnya mereka berdua tempati. Tentu Baekhyun tahu segalanya. Namun ia memilih bungkam dan membiarkan Hee Sae menganggap dirinya sudah tak perduli terhadap Hee Sae.
Baekhyun rasa itu lebih baik.
"Kau bisa menunjukkanku di mana tempatmu tinggal sekarang,"balas Baekhyun terdengar sebiasa mungkin. Hee Sae kembali mendengus kesal. Suami mana coba yang tidak tahu istrinya tinggal dimana? Daebak!
"Lebih baik kau kembali menemui kekasihmu. Dari aroma tubuhmu yang bau parfum wanita, aku berani bertaruh kau tadi sedang bertemu Taeyeon 'kan?"
Sindiran Hee Sae sialnya tepat sasaran. Baekhyun memang tengah bertemu dengan Taeyeon saat pihak rumah sakit menyuruhnya datang. Melihat Baekhyun hanya diam saja membuat hati Hee Sae bertambah getir. Namun ia kembali menutupi kerapuhan hati dengan tingkah 'savage' nya. Ia melepas kasar cekalan tangan Baekhyun di lengannya sembari menunjukkan smirk.
"Bye!"
Hee Sae berjalan berlalu sembari melambaikan sebelah tangannya tanpa menoleh ke arah Baekhyun. Padahal ia sengaja tak lagi menatap Baekhyun di belakangnya karena takut air matanya yang menggenang akan terlihat. Sedangkan Baekhyun hanya mampu menatap punggung Hee Sae yang semakin menjauh. Ia masih diam di tempatnya sebelum menggumam penuh harap.
"Sampai jumpa lagi, istriku."
🍃🍃🍃

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐧𝐟𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫𝐢𝐭𝐲 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐱 [Sudah Terbit]✔️
FanfictionAVAILABLE ON SHOPEE Mulanya, pernikahan mereka baik-baik saja. Hingga omongan orang lain mulai membunuh kepercayaan diri masing-masing. Mei, 2019 Cover by Jc.Graphics