12. Inferiority Complex

1.7K 293 239
                                    

Baekhyun dan Hee Sae kini duduk bersandingan di balik meja makan apartemen Hee Sae. Otot syaraf tubuh mereka menegang dibarengi wajah yang memucat. Menelan ludah pun kesulitan.

Di hadapan mereka, Junmyeon nampak begitu emosi dengan tatapan penuh intimidasi terutama ke arah Baekhyun. Atsmosfer kian mencekam. Bergerak barang seinchi pun Baekhyun tak berani. Tatapan Junmyeon seolah berhasil menelanjanginya, bagai seorang hakim yang mengadili seorang tersangka. Junmyeon siap menelan Baekhyun bulat-bulat.

Sementara Hee Sae ingin berkata sesuatu untuk meredakan suasana. Namun urung ia lakukan saat Junmyeon mencegah dengan mengangkat sebelah tangannya. Memberi isyarat agar Hee Sae diam.

"Katakan padaku apa yang terjadi?"

"Kakak ipar―"

"Berhenti memanggilku demikian!" Intonasi Junmyeon tiba-tiba meninggi. Hingga Hee Sae terperangah saking syoknya. Kakak lelakinya jarang sekali marah sampai seperti ini.

Baekhyun mencelos hatinya. Ia menunduk dalam sebagai bentuk penyesalan yang tak terhingga.

"Aku minta maaf atas semua yang terjadi. Ini semua salahku," ujar Baekhyun melemah. Ia berusaha keras memberanikan diri untuk beradu pandang dengan Junmyeon. Untuk saat ini, Baekhyun tidak boleh bersikap pengecut. "Hee Sae sama sekali tidak bersalah. Aku―"

Baekhyun menjeda, pasokan oksigen di rongga dadanya mendadak menipis begitu bibirnya hendak melontarkan, "―aku yang meminta Hee Sae untuk berpisah. Aku yang berniat menceraikannya."

"Byun Baekhyun!"

Junmyeon sontak berdiri. Ia sudah nyaris melayangkan kepalan tangannya ke paras cantik Baekhyun andai Hee Sae tidak sigap mencekal lengan Junmyeon.

"Oppa! Jangan, aku mohon," cegah Hee Sae panik. Ia menggelengkan kepalanya pelan dengan bibir bergetar menahan tangis. "Jangan melukainya. Ia masih suamiku,oppa...."

Tenggorokan Baekhyun tercekat mendengar pembelaan Hee Sae untuknya. Perempuan itu masih saja memihaknya di saat Baekhyun bahkan pantas mendapat lebih dari sekedar bogeman Junmyeon. Baik Baekhyun maupun Junmyeon, menatap Hee Sae tak percaya. Lantas Junmyeon menurunkan tangannya, menggunakannya untuk mengusap wajahnya secara kasar. Ia menghela nafas panjang kesekian kali untuk beberapa detik demi meredam emosi. Nyaris saja ia kelepasan saking murkanya. Meski demikian Junmyeon sadar, kekerasan takkan menyelesaikan segalanya.

"Apa alasanmu menceraikan adikku?"

Junmyeon kembali duduk. Ia mengatur nafasnya hingga intonasinya kembali normal. Hee Sae menatap Baekhyun penuh permohonan. Berharap Baekhyun tak berbicara apapun yang menyulut kembali emosi sang kakak. Sebagai istri, Hee Sae masih ingin menutupi aib rumah tangganya. Namun tidak bagi Baekhyun. Baginya, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan diri bahwa ialah yang paling bersalah dalam hal ini.

"Aku tidak bisa membahagiakannya lagi, karena―"

Baekhyun mengalihkan pandangannya. Kedua kelerengnya bergulir ke kanan dengan gerakan mengerjap berulang kali. Ia tampak begitu gelisah. Baekhyun mengusap tengkuknya dengan kepala terus menunduk. Menghindar bersitatap langsung dengan Junmyeon sebisa mungkin.

"Aku memiliki wanita lain," ujar Baekhyun akhirnya.

Junmyeon terhenyak. Tak percaya dengan pengakuan Baekhyun yang baginya sangat tidak masuk akal. Refleks Junmyeon meraih segelas air putih di sebelah tangannya kemudian menyiramkannya langsung ke muka Baekhyun. Hingga tidak hanya surai dan parasnya, kemeja yang Baekhyun kenakan ikut basah kuyup karenanya. Junmyeon membanting gelas kaca tersebut seusai memastikannya isinya telah kosong. Hingga menimbulkan bunyi nyaring antara meja dan bokong gelas yang bergesek secara berlebih.

𝐈𝐧𝐟𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫𝐢𝐭𝐲 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐱 [Sudah Terbit]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang