16. Inferiority Complex

756 175 148
                                    

Hee Sae mengambil ponselnya dari dalam tas, bermaksud menghubungi Junmyeon bahwa ia akan sedikit lebih lama kembali ke apartemen. Bisa gawat kalau Junmyeon curiga. Maka dari itulah Hee Sae berpamitan lebih dulu sebagai bentuk antisipasi. Tanpa Hee Sae tahu bahwa Junmyeon juga sedang berkeliaran di luar sana.

"Apa kau tidak membawa apapun?"

Pertanyaan Nyonya Byun menginterupsi Hee Sae. Membuatnya dengan cekatan memasukan ponselnya kembali ke dalam tas.

"Maaf Eomma, aku tadi buru-buru datang ke sini hingga lupa membawa oleh-oleh," sesal Hee Sae menunjukkan senyum kecut. Bisa datang kemari saja dengan lancar sentosa ia sudah bersyukur. Boro-boro berpikir membeli sesuatu untuk mertuanya.

"Lain kali kalau ke rumah orang tua bawalah sesuatu sebagai buah tangan. Itu termasuk dalam sopan santun," sindir Nyonya Byun tanpa menatap ke arah Hee Sae. Sementara Hee Sae kembali mengulas senyum masam sambil berpura sibuk memasukkan kimchi ke dalam wadah yang baru saja Nyonya Byun sodorkan padanya.

"Dulu Taeri setiap datang ke sini tidak pernah lupa membawa oleh-oleh. Dia bahkan hafal makanan kesukaanku dan ayahnya Baekhyun," ujar Nyonya Byun setengah menyindir.

Deg!

Hee Sae menghela napas panjang diam-diam. Ia memejamkan kedua kelopak matanya yang mulai bergetar. Berusaha menormalkan kewarasannya meski pergerakan tangannya sempat terhenti saat ibu mertuanya menyebut nama Kim Taeri.

Ini bukan kali yang pertama Nyonya Byun membicarakan Taeri saat ibu mertua dan menantu itu tengah bersama. Namun kali ini tentu sensasinya jauh berbeda ketika kenyataan sudah tak lagi sama. Hee Sae tak bisa lagi bersikap masa bodoh seperti yang sudah-sudah.

Tak mendapat respon apapun dari sang menantu, Nyonya Byun kembali melempar pertanyaan. "Bagaimana apakah bulan ini kau sudah telat?"

"Belum Eomma."

Hee Sae menggeleng getir. Bagaimana mau telat, berduel di atas ranjang bersama suaminya saja sudah tidak pernah.

Nyonya Byun kembali menunjukkan raut kecewa. "Anak teman Eomma saja baru menikah bulan lalu dan ia sekarang sudah hamil. Kenapa kalian yang sudah tiga tahun menikah belum juga diberi anak? Eomma sudah tidak sabar menggendong cucu."

Tuan Byun berdehem keras dari arah ruang tengah. Memberi kode agar istrinya berhenti terus-terusan menyudutkan Hee Sae yang sudah kentara tidak nyaman dengan arah perbincangan mereka. Tentu saja Nyonya Byun pura-pura tidak peka dan terus saja mencerocos.

"Ngomong-ngomong Taeri katanya sekarang di terima di rumah sakit swasta yang lumayan elit di Seoul setelah menyelesaikan pendidikan spesialisnya. Pasti orang tuanya bangga sekali pada anaknya, alangkah beruntungnya suami Kim Taeri kelak. Pasti mertuanya juga sangat senang memamerkannya."

Prang!

Tak sengaja tangan Hee Sae tergelincir hingga menjatuhkan sebaskom kimchi hingga berceceran di lantai. Ia kehilangan fokusnya hingga tak sengaja berbuat ceroboh. Nyonya Byun yang berdiri tak jauh di sampingnya sampai berjengit kaget sebelum melotot syok menatap kimchi buatannya kini terbuang sia-sia.

Hee Sae buru-buru berjongkok, kedua tangannya terlihat bergerak acak. Berniat membersihkan remahan kimchi tersebut tapi malah semakin membuatnya berantakan.

"Apa yang kau lakukan Hee?"

"Ma-maaf... Eomma... hiks hiks...."

Nyonya Byun yang sebelumnya sudah bersiap mengomel kini malah melongo. Mendengar tangis tertahan yang jelas bersumber dari menantunya. Punggung Hee Sae terlihat bergetar menahan isakan sementara ia tetap berjongkok dengan menundukkan kepala. Sengaja menyembunyikan perasaannya yang kacau.

𝐈𝐧𝐟𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫𝐢𝐭𝐲 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐱 [Sudah Terbit]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang