3. Inferiority Complex

1.7K 334 176
                                    

Hari ini Kris memutuskan untuk membuka lembaran baru hidupnya dengan pindah tempat tinggal. Apartemen yang lama terlalu banyak meninggalkan kenangan juga menyimpan luka, membuat Kris berpotensi besar menjadi kandidat gagal move on tereksis tahun ini. Untuk itulah ia butuh lingkungan yang baru. Menyegarkan otak kembali sungguh suatu keharusan.

Tidak muluk-muluk yang ia cari, begitu mendengar ada salah satu apartemen yang disewakan tak jauh dari kantornya, Kris langsung mengiyakan. Meski apartemen yang sekarang jauh lebih sempit dari miliknya yang dulu, itu tidak masalah. Toh sebagai bujangan ia hanya tinggal sendirian.

Setelah kurir selesai mengangkat beberapa box berisi barangnya masuk ke apartemen, Kris berniat segera mengabari ke dua orang tuanya. Sebagai anak yang baik, ia ingin memberi kabar bahwa hari ini ia selesai pindahan. Kris memang mempunyai kebiasaan selalu mengabarkan segala sesuatunya pada orang tua. Lagi pula tidak ada lagi seseorang yang perlu ia kabari selain orang tuanya sekarang.

"Aish! Ponselku low bat!" gerutu Kris menyadari warna merah pada simbol daya ponselnya. Terlalu malas untuk membongkar isi kardusnya mencari charger, Kris pun memiliki ide lain. Sepertinya ia harus mengetuk pintu unit di seberang miliknya. Selain untuk meminjam charger, Kris rasa awal yang bagus bila ia langsung bersosialisasi dengan tetangga baru. Bagaimanapun juga dia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dengan yang lain. Sudah cukup Kris mengurung diri sendirian akhir-akhir ini.

🍃🍃🍃

Mendengar bel apartemennya berbunyi membuat Hee Sae sedikit senewen. Pasalnya ia baru saja memasang sheet mask di wajahnya. Merasa sayang kalau langsung di buang, akhirnya Hee Sae memutuskan tetap memakai maskernya. Paling juga Chanyeol, pikirnya enteng. Lagi pula siapa lagi kalau bukan Chanyeol yang sering berkunjung ke apartemennya.

Namun dugaannya meleset, setelah pintu terbuka bukan Chanyeol yang tengah berdiri di ambang pintu. Melainkan lelaki muda bertubuh tinggi tegap bak model dengan garis wajah yang tegas. Tampan tentu bukan fokus Hee Sae, karena menurutnya tetap Baekhyun yang menyandang the most handsome man in the world. Hee Sae hanya bertanya-tanya siapakah lelaki yang nampak asing ini. Ia merasa tak pernah mengenalnya.

"Maaf mengganggu," ujar Kris melihat masker yang masih menempel kuat di wajah Hee Sae. Ia tersenyum seramah mungkin pada penghuni seberang apartemennya ini.

"Ya?" karena keterbatasan gerak akibat masker, hanya itu yang mampu Hee Sae ucap. Dia tak mau wajahnya keriput kalau terlalu banyak bergerak.

"Aku Kris, penghuni baru unit 205."

Kris menunjuk pintu apartemennya sendiri tepat di balik punggungnya. Hee Sae akhirnya memilih melepas sheet masknya juga saat Kris membungkukkan badan memberi salam. Tidak mau dianggap tidak sopan, Ia buru-buru membalas dengan hal serupa.

"Aku Hee Sae. Kau bisa memanggilku Hee saja. Ah, aku baru tahu ada penghuni baru."

"Aku baru pindah sejam yang lalu." Kris memberitahu masih memasang senyum ramahnya.

"Maaf kalau boleh aku meminjam charger ponsel sebentar? Aku belum sempat membongkar isi barang-barangku," pinta Kris sembari mengusap tengkuknya berulang kali. Ia memang tidak pandai berbasa-basi. Jadi ia memilih langsung ke inti. "Aku perlu mengabari orang tuaku."

"Ahh.. ya ya boleh." Tidak masalah pikir Hee Sae. Dia juga tidak sedang memakainya.

Setelah mengucap terima kasih, Kris segera pamit kembali masuk ke apartemennya. Sempat melongok isi di dalamnya yang amburadul, Hee Sae tanpa sadar mengikuti Kris hingga tepat di depan pintu.

𝐈𝐧𝐟𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫𝐢𝐭𝐲 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐱 [Sudah Terbit]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang