8. Inferiority Complex

1.8K 363 256
                                    

Sebelumnya kumau bilang,
feel free spam komen utk menuhin fast update but jgn out of rules. Ga adil buat mereka yang betulan niat mau spam. 🙂
So plis, Jangan cuma copast komen lanjut2, atau itung2 1,2,3 dst krn pasti kuhapus.
Mending vote aja udah, itu lebih baik kok dr pd siders. Beneran. Aku gamarah, cuma mau pesen :
Lets be supportive readers. ❤️

150 votes for next chapter😒

🐤🐤🐤

Bukannya niat Hee Sae untuk mengacuhkan Baekhyun. Hanya saja pikirannya tengah terlalu lelah menuntut untuk diistirahatkan. Andai Hee Sae adalah tokoh kartun, pasti kepalanya sudah di ilustrasikan
bagai panci yang berisi air panas―mendidih dan mengepul.

Tidur adalah solusi satu-satunya bagi
manusia untuk beristirahat dari aktifitas apapun termasuk berpikir. Yah, meski kadang beban pikiran buah kesibukan di dunia terbawa sampai ke alam mimpi.

Setelah berbaik hati memberikan selimutnya pada Baekhyun sebagai pengganti alas di atas lantai, Hee Sae langsung tertidur pulas. Sementara Baekhyun masih terjaga. Baginya, terlalu sayang waktu yang bisa ia lewatkan berdua dengan istrinya berlalu begitu saja.

Seperti sekarang, ia tengah bertopang dagu, bersimpuh di sebelah ranjang
sembari memandangi Hee Sae yang begitu lelap.

“Kau terlihat lelah sekali,” komentar Baekhyun masih memandang lekat istrinya. Hee Sae sama sekali tak
terusik. Buktinya terdengar dengkuran halus dari bibir mungil perempuan itu tak lama setelahnya.

Baekhyun terkekeh mendengarnya. Bila biasanya seorang istri akan mengomel karena suaminya gemar mengorok dan membuat berisik, Baekhyun justru sebaliknya. Gilanya, Baekhyun malah menganggap dengkuran Hee Sae bagai  lullaby yang mengantarkan tidurnya. Sinting memang. Tapi kalau tidak sinting bukan cinta namanya.

“Ingin menyentuhmu saja sekarang aku takut,” keluh Baekhyun.

Padahal dulu saat mereka masih
harmonis, Baekhyun seringkali usil tiba-tiba menjepit ujung hidung Hee Sae saat ia tengah mendengkur. Sontak nafas Hee Sae gelagapan dan langsung memukuli Baekhyun yang justru tertawa puas.

Baekhyun menghela nafas berat. Tak mengira semua hal kecil itu akan sangat ia rindukan sekarang di saat semua terancam pudar. Membuatnya mengutuk dirinya sendiri atas apa yang terjadi dengan rumah tangganya.

“Hee-ya, apa kau hidup dengan baik selama tinggal berpisah denganku?”

Tentu saja Hee Sae hanya menjawab dengan dengkuran.

“Hee-ya. Chagiya.”

Baekhyun tidak tahan untuk tidak mendaratkan sebuah kecupan ringan di kening istrinya. Membuat Hee Sae menggeliat hingga menyisakan sedikit space di sebelahnya. Pikiran random Baekhyun tergoda untuk ikut berbaring di sana.

“Bukankah tidak apa-apa aku tidur di sini asal aku bangun lebih dulu?”

Baekhyun bertanya pada dirinya sendiri, lalu juga jawab oleh anggukannya sendiri.

Lagi pula malam ini Bucheon sangat
dingin. Baekhyun tak mau sakit karena masuk  gara-gara tertidur di lantai. Lagi pula, ia bukan Mongreyong yang bisa berbaring di sembarang tempat karena memilik bulu tebal yang menghangatkan.

🐤🐤🐤

Baekhyun baru saja keluar dari kamar mandi saat dilihatnya Hee Sae tengah gelisah sembari meremas
hanbok yang melekat di tubuhnya. Baekhyun tersenyum gemas melihat Hee Sae begitu serius berpikir. Meski ia tahu persis apa yang menjadi dasar keresahan Hee Sae saat ini.

𝐈𝐧𝐟𝐞𝐫𝐢𝐨𝐫𝐢𝐭𝐲 𝐂𝐨𝐦𝐩𝐥𝐞𝐱 [Sudah Terbit]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang