☕~PROLOG

7.3K 341 16
                                    

Aldena asyik sendirian dengan menikmati roti bakar di koridor sekolah sambil menunggu sahabatnya.

Aldena membiarkan ramai siswa dan siswi yang berlalu-lalang didepannya saat jam pulang sekolah. Sesekali dia menyeruput kopi hitam yang menemaninya. Sepermenit kemudian keadaan sekolah menjadi hening, sepi, hanya ada beberapa siswa saja yang masih bertahan di sekolah.

Masih dengan kegiatan yang sama, duduk di tempat yang sama, ia mulai membuka bungkus gery malkist dark chocolate jajanan yang menjadi favorit Aldena.

Dari jauh nampak seseorang berjalan mendekati arah Aldena sambil memperhatikan dia makan jajan. Spontan Aldena menatap balik bola mata itu.

"Oh... jadi kayak gitu, ya... oke oke" ucap pria itu memberhentikan sejenam langkahnya di depan Aldena. Yang Aldena tau, dia hanya kaka kelas. Sudah, tidak lebih.

Hah?! Ngomong sama aku, mas? Batin Aldena dengan mengernyitkan dahinya, lalu menoleh ke kanan dan kirinya. Memastikan bahwa tidak ada orang lagi selain dirinya. Ternyata benar, hanya ada Aldena sendiri. Aldena kembali menatap pria itu dengan tatapan bingung dan menunjuk dirinya "aku?" Tanya Aldena.

"Iya, aku ngomong sama kamu"

"Eh? Iya gimana, mas?" Tanya Aldena masih dengan raut kebingungan.

"Itu, kamu kayak gitu. Makan sendiri, nggak bagi-bagi, nggak nawarin" jelasnya.

Skak! Aldena mati kutu. Antara malu dan bingung, pastinya. Karena sebelumnya, Aldena tidak tahu menahu siapa pria itu, kecuali Haedar Dzaki, namanya. Dan yang Aldena tahu, dia adalah teman dekat Gus Hasan. Putra Kyai pondoknya.

Ragu-ragu Aldena menjulurkan jajan yang tengah ia santap tadi. "Oh, eh? Ini? Nih nih" Tawar Aldena dengan senyum canggung.

Dia terkekeh "engga-engga. Makasih. Tadi cuman bercanda. Udah monggoh lanjutin aja makannya" katanya sambil melangkah dan perlahan meninggalkan Aldena.

Andaikan ilmu fisika yang Aldena pelajari bisa digunakan untuk membuat alat pengukur kebingungan, mungkin dia saat ini adalah orang yang paling bingung sedunia.

Bagaimana bisa? Haedar, seseorang yang dikenal senior paling kocak jika bersama teman-temannya, namun dingin jika berada diantara orang baru. dia bisa bersikap seolah-olah sudah lama saling kenal dengan Aldena.

"Ciieeee Syana! Lah mas Haedar kog tumben banget. Hayooo, kalian habis ngobrolin apa?" tanya Aya. Sahabat Aldena sejak masuk pesantren.

"Nggatau. Loh emang ini jalur buat ke parkiran, kan? Lagian juga aku nggak ngobrolin apa-apa, kok" ucap Aldena sinis.

"Fatimah Syanin Aldena. Atau Syana. Atau Dena, atau Ima, atau Fatim, atau Sya---"

"Sya-ya lelah. Ayo kita langsung pulang" potong Aldena.

Aya menatap mata Aldena dengan ekspresi jail, dengan senyum khasnya yang membuat siapapun yang melihat Aya saat ini, pasti ingin menaboknya.

Aldena melotot dan mengacungkan jarinya yang membentuk sentilan tepat di depan muka Aya.

"Sya. Kalo emang tadi kamu nggak abis ngobrolin apa-apa sama mas Haedar, terus kenapa kamu mendadak jadi sensi kek gini? kamu salting? ohh jangan-jangan, kamu mulai jatuh cinta nih sama si ono" ledek Aya.

"ENGGAK!! DIEM BISA NGGAK?" pekik Aldena kesal.

"Aaaciee cieee, Sya, Sya. Kayaknya ada bau-bau habis lulus langsung nikah, nih" ucap Aya tak henti hentinya membuat Aldena salah tingkah.

"ALLAHU ROBBI.... AYAAAAAA!!!!" Teriak Aldena yang mendadak memberhentikan langkahnya.

"HAH? APAH? ALLAHUMMA RABI?? AAAAAMIIIIN" ucap Aya sambil berlari menjauh dari Aldena, sebelum dia terkena jitakan maut khas Aldena.

Karena Aldena sama sekali tak bergeming, akhirnya Aya memutuskan untuk berjalan kembali ke Aldena.

Aldena masih mematung. Bukan karena ucapan Aya. Melainkan, ia melihat sosok pria yang setiap kali melihatnya membuat Aldena berpaling muka. Seketika, Aldena langsung menarik Aya agar segera pergi dari tempat yang mendadak angker.

"Eeh, ada dia. Na, Syana. Dia ngeliatin kamu, tuh. Kayak ada yang pengin dia sampein. Samperin, gih"

"SSSTTTT. Cepet jalannya." tegas Aldena lirih.

"Injih.. Injih.. ibu nyai"

"Awwww" erang Aya yang tangannya diremas kuat-kuat oleh Aldena.

****

Prolog!
KALO KALIAN SUKA? JUST NEXT ON READING, TEMEN-TEMEN😊

BAKAL JADI NOVEL PALING MBAPERIN DENGAN GENRE SANTRI! DAN BERLATAR BELAKANG PESANTREN. INSYAALLAH.

IQRO' READERS! :

ASLINYA AKU MASIH AGAK TAKUT, KALO NGEBUAT CERITA BERLATAR BELAKANG PESANTREN. KARENA ILMU AGAMAKU YANG MASIH DANGKAL.

BERHUBUNG BANYAK REKOMENDASIIN, SARAN DARI TEMEN-TEMEN MAUPUN READERS YANG PADA NGE-DM, SO AKU BAKAL USAHAIN. DAN AKU BAWA MODAL NIAT, DAN YAKIN.

JADI TEMEN-TEMEN, KALO ADA KESALAHAN, ATAU SEGALA BENTUK KEKURANGAN, ITU KARENA FAKTOR "SEPENGETAHUANKU" DAN DILUAR "SEPENGETAHUANKU" DAN KALIAN BOLEH BANGET BUAT MENYANGGAH, KOK.

BIAR KITA BISA BELAJAR BARENG DARI MATERI DALAM SEBUAH CERITA. SETUJU?

Cuma Santri BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang