☕~ALDENA 6

2.5K 148 3
                                    

H A E D A R P O V

Beberapa hari menjelang hari kelulusannya, Haedar tengah menyiapkan apa yang diperlukan dimasa mendatang. Seperti dimana ia akan melanjutkan perguruan tinggi, dan lain-lainnya.

Tiba-tiba ia teringat sebuah buku diary milik Aldena yang ia terima dari teman-teman Aldena. Mereka bilang bahwa Haedar harus menulis sesuatu, entah itu pesan atau apapun itu. Dan yang terpenting adalah jangan sampai Aldena mengetahui bahwa bukunya sekarang ada di Haedar.

Haedar menyaut buku diary minimalis milik Aldena. Ia baca lembar perlembar dengan seksama, ia mencerna dan memaknai baik-baik makna tersirat beberapa puisi yang Aldena tulis.

Ada seutas puisi yang benar-benar membuatnya penasaran, siapa yang menjadi subjek keromantisannya pada puisinya yang bertuliskan ;

Kucoba merangkai aksara
Namun buntu dan bisu

Kucoba mengungkap rasa
Namun lidahku kelu enggan mengaku

Kucoba menafsirkan tatap mata
Namun khawatir keliru

Kucoba mendekap semua asa
Namun yang kutemui hanyalah rindu

Lantas, bagaimana denganmu tuan?

- Aldena -

"Kenapa aku jadi penasaran sih sama ini bocah. Aduh. Nggak. Nggak. Nggak boleh. Inget.. Aku udah ada Syahar. Bahaya kalo sampe Alwi tau" lirihnya lalu melanjutkan baca.

Alwi adalah sahabat dari Haedar, Hasan, Faqih, dan Arya. Pun yang Haedar tau, Alwi sudah amat sangat lama menyukai sosok Aldena. Namun, Aldena tidak pernah sekali pun menggubrisnya.

Beberapa saat kemudian, ia tuntas membaca buku Aldena. Lantas, apa yang harus Haedar tulis? Ia tidak yakin akan menulis sesuatu di buku milik Aldena.

Pikirannya bercabang. Disisi lain, jika ia menulis sesuatu di bukunya, khawatir akan membuatnya seakan-akan memberi harapan untuk Aldena. Tapi jika tidak, hatinya tetap memaksakannya untuk menulis walau sekedar dagelan atau lelucon.

"ARRGGH!" geram Haedar.

Akhirnya Haedar memutuskan untuk mengambil pulpen. Entah apapun yang nantinya akan ia tulis di buku Aldena. Ia berniat untuk mengembalikannya pada hari ini juga pada Aldena, di sekolah.

"Dar. Mau ke sekolah nggak hari ini?" tanya Faqih yang tiba-tiba memasuki kamar Haedar.

"Iya, aku juga ada perlu" jawab Haedar.

"Yaudah kalo gitu, aku mau mandi, nyuci"

"Los!!" ucap haedar.

****
ALDENA POV

"Aya. Kamu beneran nggak tau buku diary aku dimana? Ish. Sungguh ya, aneh banget kaya gini nggak ada buku itu. Aku takut ada orang lain yang ngebaca" ucap Aldena lesu dengan melihat ke langit-langit kelas, ia nampak putus asa.

"Ya nggak tau, lah. Kamu terakhir naruh dimana? Jangan-jangan ketinggalan di laci sekolah pas itu" jawab Aya sambil mengunyah makanan.

"Ih. Enggak. Sebelum hilang tu, aku seharian bener-bener sama sekali belum ngeluarin dari tas. Aku kira ketinggalan di kamar. Tapi nggak ada. Aku juga udah tanya sama anak kamar aku, mereka ngga ada yang tau. Ck! Embuhlah" Aldena kesal dan membanting pelan bukunya.

"Itu siapa yah, belakang. Jangan ngobrol terus" ucap guru Fiqih. Beliau juga terkenal akan galaknya.

Aldena menghela napas panjang, lalu menopang dagunya dengan tangan kirinya lalu badannya menyender tembok. Tentu dengan raut muka yang kusut.

Cuma Santri BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang