☕~ALDENA 12

2.7K 129 46
                                    

A L D E N A   P O V

"Pelan jalannya. Kaya lagi buru-buru aja. Nggak buru-buru aja tetep jalanya cepet kaya preman" ucap Mirna.

"Iya itu anak. Nggak ada anggun-anggunya sama sekali. Pantes jomblonya awet" julid Zara

"Kok kalian pada jomblo shaming sih? Dikiranya ak—" ucap Aldena terpotong, tiba-tiba ia memelankan langkahnya sambil matanya antusias melihat seseorang yang melintas di depannya.

"Loh kok? Kegiatannya udah selesai apa gimana?" tanya Aldena pada sosok pria tampan di depannya. Pria itu menghentikan langkahnya lalu menengok arah sumber suara.

"Hehe... belum sih. Iya aku ada acara haflah di rumah. Lah kamu sendiri? Baru berangkat apa gimana de?" tanya Haedar keheranan melihat Aldena berada di luar sekolah dengan tas yang masih berada di gendongannya.

Ia langsung nyengir kuda "Eng... Iya hehe. Oh berarti Mas Haedar pulang ke Purwokerto nih?" tanya Aldena.

"Iya"

"Oh gitu, yaudah monggoh. Hati-hati mas" ucap Aldena. Haedar mengangguk kecil lalu meninggalkan Aldena dan teman-temannya yang masih setia menunggunya.

****

Mereka berempat memasuki gerbang sekolah. Dan disitu tentu ada Alwi,Faqih, dan Hasan. Tanpa mempedulikan mereka, Aldena dan teman-temannya segera menuju kelas.

"Syana. Kamu tuh Kaka adean sama mas Haedar?" tiba-tiba Mirna menanyakan hal itu hingga membuat Aldena terkejut. Pun dengan Aya.

"Heh! Enggak lah. Dih. Bisa-bisanya tanya kaya gitu" ucap Aldena berusaha menutupi kegugupannya.

"Kog bisa seorang Haedar ramah sama cewe lain sih? Wah kamu beruntung Syan" ucap Mirna.

Aldena tersenyum canggung dan segera mengalihkan pembicaraan "Eh, tadi dia mau ngapain sih? Kok pulang duluan?" tanya Zara penasaran.

"Iya katanya sih ada acara haflah di rumahnya" jawab Aldena santai.

Aya yang merasa aneh, ia langsung mengernyitkan dahinya. "Eh? Haflah?" tanya Aya. Aldena mengangguk.

"Loh.. loh... bentar... bentar... Haflah kan ya? Loh?! Hah?! Masa iya sih?!" ucap Aya berfikir keras dengan memastikan dugaannya.

"Ya emang kenapa sih? Kamu mau dateng?" tanya Zara.

"Nggak gitu. Gini nih, kalo dia pulang karena haflah di rumahnya, apakah itu berarti mas Haedar adalah seorang gus?" ucap Aya melirik arah Aldena, Zara, dan Mirna.

Aldena yang tidak 'ngeh dengan yang Haedar ucapkan, lalu mendengar ucapan Aya yang juga masuk akal, Aldena langsung tersedak air minumnya hingga batuk beberapa kali.

"Haduh. Ninine bengek" ledek Mirna. "Loh kamu emang nggak tau kalo dia emang gus kok. Yaelah. Adikku nyantri di pondoknya mas Haedar. Abahnya itu Kyai Ali Musthofa. Beliau kyai masyhur disana karena beliau dikenal keilmuan alqur'an sama fiqhnya luar biasa, pun beliau juga dikenal sebagai kyai yang kharismatik. Dah pokoknya Subhanallah beliau Kyai Ali" lanjut Mirna.

"Sumpah?!" tanya Aya tak percaya. Mirna mengangguk dan menceritakan bahwa orang tuanya tidak bisa menjenguknya hari ini karena harus menghormati haflah di pondok pesantren Al Mubarokah tempat adiknya nyantri.

Aldena mematung menatap Mirna dengan tatapan kosong, dan nampak berpikir. Ia menelan ludahnya tak percaya. Bagaimana bisa ia menyukai seseorang yang bahkan tak pernah ia sangka sebelumnya bahwa ternyata Haedar adalah putra seorang Kyai. Begitu merasa tidak tahu diri Aldena berani-beraninya ia menaruh rasa pada seorang gus. Saat ini juga ia bingung. Haruskah ia menyudahi rasa ini, atau membiarkan rasa ini seiring berjalannya waktu yang entah rasa ini akan menghilang atau bertambah. Yang jelas nyali Aldena langsung menciut. Ia minder dan amat sangat merasa tidak pantas untuknya. Mau tidak mau, jelas Aldena mencoba berusaha untuk menghilangkan rasa ini, sebelum dia menjadi bahan gosip karena merusak hubungan orang. Bagi Aldena, Haedar terlalu MasyaAllah untuk Aldena yang Astaghfirulloh.

Cuma Santri BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang