☕~ALDENA 3

3.5K 182 5
                                    

Terselesaikan lagi kewajiban Aldena untuk memimpin ratiban. Gerogi, satu kata yang mewakili asa Aldena. Karena ini untuk pertamakalinya seorang santri bar-bar seperti aldena memimpin ratiban bagi para seluruh santri putri. Maka tak heran jika selesai kegiatan tersebut yang tak menunggu lama dilanjutkan sholat 'isya berjama'ah, Aldena banyak dicandai oleh beberapa anak kompleknya maupun anak komplek lain.

"Maasya Allah... Minggir, minggir. Kasih jalan untuk ibu nyai Syanin" pekik Salma yang berlagak seolah-olah tengah memberi pengawalan seperti layaknya polisi.

"Hey! Siap-siap! Ibu nyai Fatimah Syanin rawuh, gais!" Teriak Aya diiringi tawa lepas.

"Thola'al badru 'alaina mintsani yaatilwada' wajaba syukru 'alaina mada'alillahida'..." dengan kompak, seluruh warga komplek menyambut kedatangan Aldena dengan menyanyikan lagu thola'al badru.

Pipi Aldena memerah salah tingkah, antara ingin marah karena malu, dan senang karena teman-temannya bisa seantusias ini. Ya walaupun secara tidak langsung, hal ini merupakan cara mereka mengapresiasi perubahan baik yang belum pernah dilakukan oleh Aldena sebelumnya. Alias mewakili kata "TUMBEN" banget.

"hih! hih! hih! Ish! Lagi pada ngapain si? Biar apa si? Jangan kaya gini lah. Ngga pantes tau" ucap Aldena yang berusaha menutupi salah tingkahnya.

"Karena kita semua, sayang sama Syanin. Uuunnchh. Iyakan temen-temen" ucap aya dengan nada alay bin lebay.

"Hahahaha kalian ini. Ya ya ya makasih, eh tapi secara nggak langsung kalian ini pada ngenyek aku loh. Seolah-olah kaya nggak pernah rajin aja"

"EMANG!" jawab seluruh warga komplek kompak. Tawa pecah seketika.

"huuuu dasar kalian. Jago dan gercep banget kalo urusan ngejek" ucap Aldena sedikit terkekeh.

"Nggak, Syan bukan gitu. Ya harapannya si semoga kamu bisa istiqomah, nggak dilakuin cuman pas ta'ziran" jelas Fitri.

Sambil berjalan menuju ke dalam kamar dengan santai Aldena menjawab. "eh gaboleh berharap sama manusia. Ntar kalo nggak sesuai sama ekspetasi, ambyar loh" walau aslinya dalam batin Aldena jelas mengaminkan paling serius.

"Wah kalo itu sih emang dasarnya kamu yang bucin" saut Nana.

"Dasar bucin... Bucin" pekik Salma.

"MAKANYA MOVE ON" seru Aya.

Satu persatu meninggalkan kerumunan sejenak tadi.

Selesai melepas mukena, entah angin datang dari mana yang tiba-tiba membuat ngantuk. Diambilnya sebuah bantal, lalu Aldena merebahkan tubuhnya di sudut kamar. Seperdetik kemudian, Aldena berada di alam mimpi.

"San---" belum genap menyebut nama Aldena, ekspresi memaklumi hal yang sudah biasa, diiringi helaan napas berat dari Aya.
"Haduh, dasar kebo! Pelor! Muka bantal. Tidur terus!" lirih Aya gemas sambil mengambil boneka yang ada di tumpukan bantal.

"Assalamu'alaikum. Loh Aya. Si Aldenanya man--" Maira memasuki kamar Aldena. "Allahu Akbar! Bocah kog ya" Maira terheran karena Aldena yang tidur lebih awal.

"Udah biasa, Ra. Jangan heran" ucap Aya cengengesan, sambil mendaratkan boneka yang dipegangnya siap mendarat di muka Aldena.

Debugh!

Suara erangan lirih disertai gelatan ngulet Aldena. Perlahan membuka mata, dilihatnya Aya yang berkacak pinggang sambil melotot di depannya.

"AYA!!! Sialan" kesal Aldena dengan melempar balik boneka itu ke Aya.

Maira dan Aya menertawakan Aldena.

"Maira, tumben? Trus kamu juga Aya, pada mau kemana sih? Rapih amat" tanya Aldena.

Cuma Santri BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang