☕~ALDENA 11

1.9K 114 7
                                    

Tepat di hari menjelang perpisahan kelas dua belas. Hujan membasahi kota santri sejak di waktu sepertiga malam tadi. Hawa yang paling enak jika digunakan untuk tidur dibandingkan berangkat ke sekolah. Sama seperti yang dilakukan oleh Aldena, Aya, dan beberapa kawan komplek lainnya.

"Aya. Gimana nih? Berangkat nggak? Mager parah aku" ucap Aldena sembari menguap dan meregangkan otot-ototnya selepas ketiduran setelah sholat shubuh tadi.

"Lah? Udah bangun ini si ndoro. Jodoh belum dating loh padahal" saut Aya asal bicara.

Aldena merengut, lalu melempar guling ke arahnya. "Gelut teross!! Gelut! Bet! Bet! Bet! Jangan kelamaan dah!" seru Zara mengompori suasana yang mulai gaduh.

"Tau ini. Udah sanah mandi! Cepetan! Nggak tau aja, Cuma tinggal kita berempat aja yang belum berangkat" Aya nyolot.

"Yaudah sih, biasa aja. Lagian juga sekarang kan agendanya cuman geladi bersih. Kita mah santuy. Lagian masih hujan juga. Males mandi, dingin sis" ucap Aldena yang sudah siap untuk mengambil posisi tidur.

Secepat kilat, Mirna mengambil bantal itu untuk mencegah Aldena tidur lagi "Oalah, Syana... Syana. Nih ya, si Aya itu udah bolak balik kesini entah udah berapa kali nih sampe lantai jadi rata, glowing, shimmering, splendid gara-gara dilewatin Aya terus. Tapi kamunya tidur terus. Padahal tadi juga sempet nggak hujan tau" Jelas mirna sambil menyiapkan sarapannya.

Aldena melongo mendengar Mirna dengan antusias, lalu beberapa kali ia mengerjapkan matanya tak percaya. "Ututututuk.... Ayaku, sayangku, my baby honeyku, berbi hidupku. Kamu soswit deh" ucap Aldena seperti anak kecil lalu mendekat dan memeluk Aya dengan sangat erat.

Ekspresi Aya seperti bergidik ngilu, merasa aneh dengan perlakuan Aldena. Walau ini bukan pertamakalinya Aldena bersikap seperti itu padanya, pun sebaliknya.

"Jadi, fiks nih kita berangkat? Nggak mau nunggu terang dulu gitu?" Tanya Aldena dengan ekspresi memelas seperti kucing.

"Yaiyalah. Nanti kalo hari ini nggak berangkat, rugi kamu. Berangkat ya, besok hari terakhir kamu bertemu dia" lirih Aya.

Raut Aldena berubah. Ia panik dan khawatir kalau sampai Mirna dan Zara mendengar, lalu mencari tau siapa yang dimaksud oleh Aya. Untungnya mereka cuek atau memang beneran tidak mendengar apa yang Aya katakana.

Aldena menghembuskan nafas lega. "Tap.. tapi.... Aku nggak mau hujan-hujanan" ucap Aldena.

"Halah. Kaya manusia waterproof aja kamu. Anti air gitu" ucap Mirna

Aya melototi Aldena. Lalu Aldena memanyunkan bibirnya. "Aku takut nanti kalo basah kena hujan"

"Daripada basah kena oli. Hayo? Milih mana?" ucap Zara

"Plis. Ini Syana kumat nih. Lagian kenapa si? Kamu ada masalah apa sama hujan? Coba bicarain baik-baik" Jawab Mirna

"A-Ak... Aku... Eng... Aku takut nanti kalo kena air bisa-bisa akh berubah jadi mermaid, beb. Itu sebabnya aku nunda mandi dan nggak mau sampai jena hujan" ucap Aldena sok imut dengan mengerdipkan mata ala-ala mata genit.

"ASTAGHFIRULLOHAL'ADZIM" seru mereka bertiga menepuk jidat lalu melempar apa yang ada di dekat mereka.

"DUH GUSTI, KULO NYUWUN NGAPURO SAK KATAHE DUSO RENCANG KULO. KHUSUSON ILA JAZADI FATIMAH SYANIN ALDENA" ucap Aya sambil mengacak-acak rambutnya karena kesal dengan Aldena.

****

H A E D A R P O V

"Mau gimana kedepannya?" tanya Syahar pada Haedar.

Di ruang kelas 12 IPA 4, Mereka berdua tengah memperbincangkan rencana kedepannya tentang hubungan mereka. Sebelum datangnya hari esok di puncak acara, karena tidak mungkin mereka sempat pembicarakan hal tersebut.

Cuma Santri BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang