☕~ALDENA 1

5.4K 274 32
                                    

Terik matahari semakin memamerkan hawa panasnya.

"Ha-ha-ha" ucap aya dengan tatapan kosong seperti sedang mengingat ingat sesuatu.

"Apasi Ya? Nggak jelas banget"

"Ah kamu! Kan jadi lupa lagi. Tadi itu aku mau nyanyiin lagu apa gitu yang lagi viral di tiktok loh" jelas Aya

"Ha? Apasi? Nggatau lah. Nggak jelas banget kamu. Bodoamat" jawab Aldena.

Lima menit perjalanan dari sekolah menuju pondok pesantren. Tapi, semua tidak akan lelah, karena suatu yang melelahkan, jika dikerjakan dengan niat lillahi ta'ala, itulah yang dinamakan lelah menjadi lillah.

Kembali ke tempat menimba ilmu akhirat. kurang pantas rasanya jika sebuah pondok pesantren di ibaratkan dengan istilah "penjara suci" karena pada dasarnya, pesantren bukanlah tempat yang mengerikan, membuat boring dengan suasana yang monoton.

Mungkin akan lebih indah jika istilah pesantren dibuat dengan sebutan "serambi surga". Kenapa? karena di dalam dunia pesantren, ketika kita benar-benar berniat untuk mengabdi di jalan Allah, semua bisa didapatkan jutaan kenikmatan yang tidak bisa dinikmati oleh orang awam, dan tidak bisa dibeli oleh saudagar terkaya sekalipun. Salah satunya adalah nikmat barokah dari para murobbi sang kyai, dan para guru lainnya.

Semua itu hampir berbanding balik dari Aldena. Aldena masih belum disadarkan oleh seberapa indahnya sebuah keberkahan. Maka dari itu, sikapnya yang sampai saat ini belum berubah seratus persen sejak belum masuk pesantren.

"Syana. Tadi kamu nggak ikut jama'ah ya?" tanya Fitri. Sesuai namanya, dia merupakan santri putri yang begitu ta'at dengan aturan pesantren. Selalu memantau sekecil apapun pelanggaran yang dilakukan oleh warga komplek.

Tapi dengan sikapnya yang seperti itu, menjadikannya tidak disukai oleh kebanyakan warga komplek al-mar'ah.

"Iya." jawab Syana malas, dan tetap sibuk menaruh bukunya kedalam lemari. Dia sudah paham betul, bahwa nantinya dia akan mendapat panggilan khusus.

Fitri menghela nafas. "Seperti biasa, ya. Tunggu giliran" ucap Fitri meninggalkan Aldena.

"Hm. Iya ya"

"Kenapa kamu? Nggak jama'ah lagi?" tanya Salma. Bisa disebut, sebagai sesama santri 'mbeling' pun partner ghibah abadi

"Ya gitu. Biasa"

"Yaelaaah. Nggak usah murung, kali. Kayak nggak biasanya kamu dapet panggilan sayang. Lagian, kamu aneh. Udah tau kamu sekamar sama si panci bocor. Teteeep aja nggak berubah. Hahahaha" ejek Salma.

"Aku nggak murung karena itu. Tapi aku cape banget. Kalo itu sih, aku udah kebal. Jadi, biasa aja---"

"Karena udah terbiasa. Hahaha" pekik Aya yang tiba-tiba masuk ke kamar Aldena.

"Wa'alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh, yaa ukhtinaa" sorak anak kamar Aldena. Aya mematung, menahan malu. Dilanjutkan tawa menjijikan khasnya.

"Ngapain? Dateng-dateng, langsung nyamber. Cuci muka dulu, sana. Muka kamu udah persis kaya kuah rica-rica gitu, ih" cibir Aldena, sambil menaruh pakaiannya.

"Hahahaha. Huuuuuu, Aya kebiasaan deh" ucap Salma.

Aya memanyunkan bibirnya dengan menghentakkan kaki, lalu meninggalkan kamar Aldena.

"Eh, kamu tau nggak? Kaka kelas kamu yang namanya siapa itu sih, yang katanya sih temennya Gus Hasan. Kamu kenal nggak?" Tanya Salma.

"Banyak, kali. Yang mana?"

"Kayanya sih, dia tu cuek banget, jarang liat dia ngobrol sama cewe, tapi dia juga lagi deket sama cewe. Anak pondok Al Kasroh. Dia juga kaka kelasmu"

"Widih!! Tau banget sih, bukkkk??" Seru Aldena terpelonjak keheranan.

"Ehehehe, iya. Soalnya dia lagi rame digosipin di komplek sebelah, tuh. Katanya sih, dia kadang jadi vokalis hadroh. Udah gitu, cakep lagi. Waah nggak kebayang dong"

"Terus? Kamu langsung percaya aja gitu sama modal 'katanya' dan kamu dengan sangat PD-nya ceritain ke orang-orang?" tanya Aldena.

"Aku kan cuman nanya ke kamu. Tinggal jawab kenal apa, enggak aja gitu kok" sungut Salma.

"Jangankan cuman kenal. Udah mau jadian malah. Eh salah. Nikah, deng"

Lagi-lagi suara speaker masjidil aqsa berkearifan lokal satu ini mulai berkumandang. Dengan wajah yang masih mengucurkan tetes air, menjadikannya mirip seratus lima puluh derajat dengan ikan buntal.

"Brisik aja, lo karet boxer! Nyautin terus"

"Heh! Mending ya, aku anti atau nggak pake modal 'katanya' tapi fakta" seru Aya dengan bangga.

"Terus, kamu nyindir aku? Hah? Sini sekalian ngomongnya di depan tungkak kaki aku, biar gampang nendangnya" seru Salma tak kalah sengit.

"Udah! Udah! Udah! Karet boxer, bisul onta. Udahh!!" Sambil tertawa, Aldena berusaha melerai keduanya. "Ini ngapain pada rebutan tungkak kaki?"

Ucapan Aldena berhasil membuat Aya dan Salma sadar dengan posisi mereka. Aya menahan kaki Salma, dan Salma menyingkirkan tangan Aya yang menahan tungkaknya beraksi.

Mereka berdua saling menatap sengit. Aldena terus memperhatikan mereka berdua dengan sorot mata menyelidik. Seperdetik kemudian.

"Panggilan, Ukhtina Fatimah Syanin Aldena, komplek al-mar'ah, ditunggu kehadirannya di kantor pusat sekretariat sekarang juga, dengan berpakaian rapih"

Asal readers tau gimana perasaan Aldena saat ini ketika mendengar suara speker dari pusat informasi berkumandang, dan mengucapkan kalimat tadi. Tentu gemetar, keringat dingin bercucuran, susah menelan ludah, susah berjalan, dan parahnya lagi bikin perut mules.

Terjadinya hal seperti itu kalau dalam pesantren lalu kalian melanggar peraturan hingga ketahuan oleh pengurus pondok. Kalian akan mendapat panggilan sayang seperti itu.

Salma dan Aya yang tadinya bertatapan sengit. Sedikit2 mulai menyemburkan suara tawa kencang yang di luncurkan untuk Aldena.

"semangat! Semangat calon bu nyai" teriak Aya yang disusuli oleh tawa Salma

"Wayaeh... Wayaeeh" ledek Salma

"Waktunya terdakwa melakukan persidangan" lanjut Aya

Aldena melotot dan mengepalkan tangannya didepan wajah mereka dari kejauhan sambil melangkah menuju sekretariat.

****

BERSAMBUNG...

Sholawatin terus, ukhti, akhi.
Biar nambah berkah kalian baca novel ini, yay!

ADA YANG TAU? ALDENA MAU DI APAIN SI?

BUAT KALIAN YANG PERNAH MONDOK, ATAU LAGI MONDOK. PERNAH NGGAK KALIAN DAPET PANGGILAN SAYANG DARI MBAK/KANG/MAS PENGURUS?

KALO PERNAH, GARA-GARA KASUS APA, TUH?

Cuma Santri BiasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang