20 -Rest In Peace

1.9K 234 58
                                    

"Darren! Udah jam sembilan, jam dua belas kan kamu mau ketemu si pembunuh, bangun" teriak Hana bising. Dia tidak tau tadi malam aku tidak bisa tidur karena ucapannya.

"Iya iyaa" ucapku lalu bangkit dari posisi tidur sambil mengumpulkan tenagaku

"Ayoo, kamu harus siap-siap!" Ucapnya sambil berteriak disaluran telinga kananku

Aku kemudian bangkit dari posisi tidurku untuk bersiap-siap.

***


Sudah jam sebelas, tapi aku masih tidak melihat tanda-tanda keberadaan Yuta dengan polisi-polisi penyidik lainnya.




1.48pm

Aku masih tidak melihat mereka semua. Kemana mereka?

Tepat jam dua lebih lima, mereka datang. Tapi dengan wajah yang tidak bisa kutebak. Polisi-polisi penyidik hanya diam mematung saat melihatku, lalu mereka pergi. Hanya tinggal Yuta yang ada didepanku saat ini

Tak lama Yuta mendekatiku, seraya berbisik "Grace mati"

Hanya dua kata, tapi itu membuatku menghentikan indra penciumanku. Aku kesulitan bernafas, dadaku sesak, dan penglihatanku buram. Oh no, jangan sekarang

Aku dengan reflek memeluk Yuta erat, sangat erat. Tak lama, dia membalas pelukanku, aku tau Yuta pasti mengerti perasaanku sekarang. Aku kecewa. Aku butuh seseorang memelukku seraya berkata "kamu nggak sendiri, ada aku"

Tapi sayangnya, Yuta hanya membalas pelukanku sambil menenangkanku tanpa berkata sepatah katapun










'Kenapa Grace bisa mati?' Hanya pertanyaan itu yang terus terngiang dikepalaku.

"Yuta.." panggilku setelah tangisanku mereda, dan aku melepaskan pelukanku darinya.

Tanpa kuduga, Yuta mengusap kedua pipiku lembut, kemudian tersenyum padaku, tanpa membalas perkataanku

"Kenapa Grace mati?" tanyaku padanya dengan muka sembab dan mataku yang kembali memerah

Lagi-lagi Yuta hanya tersenyum sambil masih memegang kedua pipiku. Tangan kanannya berpindah keatas kepalaku kemudan membelai rambutku pelan.

Tak lama tangan kirinya yang masih memegang pipiku ini berpindah ke punggungku lalu mengusapnya kemudian mendorong tubuhku agar mendekat padanya.

Dia mendekap tubuhku

Akibat perlakuannya, aku kembali menangis. Ya, aku menangis lagi.

Cukup lama aku menangis, akhirnya aku meredakan tangisanku. Bahkan mungkin baju yang Yuta gunakan sudah sangat basah karenaku. Aku malu dengannya

"Udah?" tanyanya lembut sembari menatapku dalam

Aku menganggukan kepalaku tanpa menatapnya. Aku memilih untuk menundukkan kepalaku

"Hei, lihat sini" panggilnya kemudian menarik daguku agar menatapnya. Mau tak mau, aku harus menatapnya. "Grace bunuh diri" ucapnya lagi saat kami sudah saling tatap.

Aku membuka mataku bulat-bulat, "kenapa dia bunuh diri?" tanyaku dengan tenggorokan yang terasa tercekat

"Gue gak tau pastinya, tapi dia titip surat buat lo, dia mati kira-kira sekitar jam tiga dini hari. Atau sekitar sebelas jam yang lalu" ucapnya sembari melihat arlojinya

"Nggak ada yang tau?" tanyaku penasaran. Bagaimana tidak? Polisi bahkan menjaganya ketat di dalam rumah, mana mungkin mereka tidak tau ada seseroang yang bunuh diri?

Fate | Winwin✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang