Bab 10

85 10 0
                                    

      Ketika shalat maghrib selesai Wowor hanya berdiam saja dalam kamar, ia malas nonton apalagi nanti ayahnya mau kedatangan tamu, ah' lebih baik aku selesaikan saja tugas kuliahku pikirnya. Sudah berapa hari ini ia tidak kontekkan lagi sama temannya, sejak kejadian Daniel tertidur di dekat pohon mereka hubungan mereka agak terhenti, tapi mereka berempat kompak tidak menceritakan kejadian pada Daniel.

       Malam itu ia menyibukkan diri dengan mengerjakan tugas-tugas dari dosennya, sekitar setengah jam Wowor menghentikan pekerjaannya, ehmm rasanya aku mendengar ayah bicara dengan seseorang, mungkin tamu ayah sudah datang katanya dalam hati.

      Tugas di ketik pakai laptop jadi tidak butuh waktu lama akhirnya selesai juga, cepat ia bereskan semua lalu ia membawa cangkir minumnya dan keluar kamar. Ketika ia melewati ruang tamu Wowor melihat ayahnya mengantar tamunya, Wowor hanya bisa melihat punggungnya saja sedangkan wajah laki-laki itu menghadap ke pintu.

       Ketika terdengar suara mobil Wowor mendekati pintu depan, ia mengintip sedikit, sekarang ia dapat melihat jelas wajah tamu ayahnya 'ehmm' kurang menarik katanya dalam hati lalu ia melihat kesebelah laki-laki itu,  lah' kata ayah tamunya satu orang tapi ada perempuan di sebelahnya..! mungkin laki-laki itu membawa istrinya.

       Wowor memperhatikann wajah perempuan itu 'terlalu dingin dan rambutnya tidak bermode ujarnya lagi dalam hati. Karena tidak menarik perhatiannya Wowor berputar balik menuju dapur.

      Wor' sudah makan tegur pak Abas pada anaknya saat mereka bertemu di pintu dapur. Wowor yang di tanya ayahnya spontan menjawab 'sudah yah', kalau nunggu ayah kelamaan bisa-bisa nanti Wowor pingsan celetuknya seenaknya saja.

     Ah' tidak sampai tiga jam pakai acara mau pingsan segala jawab ayahnya sambil tersenyum melihat anaknya. Sekarang sudah makan.! Apa jatah nasi bungkus ayah kau makan juga balas pak Abas seenaknya.

      Rencananya sih maunya begitu tapi karena di hati ada rasa kemanusiaan maka di urungkan sahut Wowor dengan wajah sok serius, mendengar itu gaya kau kata pak Abas sambil tangannya mengibas rambut anaknya yang seperti jambul ayam.

       Waktu ia masuk ke dapur yang ternyata di ikuti oleh Wowor. Yah' ibu pulangnya kapan.? Tanya Wowor yang duduk di depan ayahnya yang mulai membuka jatah nasi bungkusnya. Mungkin besok pagi jawab ayahnya, yah' tadi katanya teman ayah datang sendiri tapi waktu Wowor lihat ia bawak istrinya tanya Wowor.

      Ayahnya yang baru memakan satu suap jadi berhenti, istri dari mana.? Tanyanya balik....yaa istrinya, masa ayah tidak lihat sahut Wowor bingung, tapi ayahnya lebih bingung. Wor' mungkin kau salah lihat kali, karena lapar bisa jadi melihat pohon bergoyang-goyang di kira wanita sedang menari sahut ayahnya sambil meneruskan makannya.

      Kalau ayah tidak percaya ya sudah tapi tidak juga harus mengasih alasan terlalu gitu, mata Wowor masih bisa melihat jelas balasnya sambil meninggalkan ayahnya. Pak Abas senyum saja memdengar kata Wowor.
       Mau menikmati nasi bungkus, tiba-tiba ia kepikiran apa di katakan anaknya.untuk sesaat ia merasakn bulu kuduknya merinding, ah' gara- gara mendengarkan kata Wowor jadi tidak enak perasaanku pikir pak Abas, ia melanjutkan makannya.. ia berusaha untuk cuek saja.

DIA YANG KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang