Bab 16

72 9 0
                                    

       Sore-sore kalau duduk saja tanpa minum kopi, makan getuk ubi di tambah bergosib sedikit kurang mantap pikir Anto yang sore itu lagi duduk di depan rumah Rusdi. Ia berapa kali melirik ke temannya tapi.....! berapa menit di tunggu, Rusdi kok cuek bebek saja, mau bilang agak malu juga ni pikir Anto, mulai terlihat di raut mukanya kesal.

      Kalau gini ngapain pula aku nongkrong di sini pikirnya, enakan aku ke warung Bang Ujang tapiiii.....ah' keluar suara keluhannya, tanpaknya ia baru ingat kalau lagi buntu tambah kesal ia.

      Rusdi menoleh ke temannya, ia tersenyum aku tahu kok kamu kesal karena tak ada kopi, sorry kopinya habis jelasnya dan mak belum pulang dari pasar, jadi aku belum bisa katakan apa kita bisa minum atau tidak katanya lagi. Anto mendengan kata Rusdi jadi terdiam.

      Sekarang bagaimana..? Apa Kodir jadi ke sini tanya Anto pada Rusdi. Entahlah..aku juga tidak tahu, kita lihat saja nanti sahutnya. Mungkin bosan atau tak ada lagi bahan obrolan jadi mereka sama-sama malas bicara, masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri.

       Tak berapa saat..nah' itu Kodir celetuk Rusdi, mereka memperhatikan Kodir berjalan, apa yang di bawaknya..? tanya Anto. Rusdi tak menjawab pertanyaan Anto, ia lebh memperhatikan apa isi bungkusan yang ada di tangan Kodir.

       Sorry ya teman aku agak terlambat datang, tanpa di tanya Kodir menjelaskan dengan napas sedikit ngos-ngosan, ia duduk di samping Anto. Apa yang kau bawak Dir tanya Anto, ia mau mengambil bungkusan di tangan Kodir.

       Nih' aku bawak gula, kopi dan ubal-ubal jelasnya. Gila..' pintar juga kau Dir seru Anto senang. Kalau mau bilang pintar bilang aja, ngak usah pakai gila kali balas Kodir merasa sebal.

       Aku sengaja membawa karena yakin kopi di rumah Rusdi selalu habis katanya cuek. Ya.. kalau mau bawa, bawa aja, tapi dak perlu juga pakai ngomongi gitu balas Rusdi sambil membawa kopi gula ke dapur. Tanpaknya semua jadi lebih sensitif.

       Lalu apa rencana kita tanya Kodir, mereka duduk kursi lebar yang sengaja di buat Rusdi, di atasnya ada pohon besar jadi pas mereka bertiga terlindungi dari panas. Tempat Rusdi sengaja di pilih karena posisi rumahnya paling sudut dan dengan tetangga agak berjarak jadi bila mereka bicara, ada orang yang kepo cepat ketahuan.

       Kalian tahu kata Rusdi mulai bercerita, yang aku bilang pada kalian tempo hari benar, kalau hantu Rani sering muncul tapi belum ada yang bicara terus terang karena takut orang tuanya mendengar. Ya...pasti mereka akan marah, makannya masih bersifat rahasia takut di katakan menyebar fitnah jelas Kodir.

       Semangat sekali ia cerita walau mulutnya masih penuh ubal-ubal. Sedangkan Anto dan Rusdi pikiran mereka terpokus pada cerita Kodir jadi tidak memperhatikan sebagian ada yang terbang keluar dari mulut Kodir.

DIA YANG KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang