Tigapuluh

730 41 7
                                    

I don't know how about my feelings

OoO

"Oke, gue rasa latihan kita cukup sampai disini. Besok kita latihan lagi, right." Teriak gue dari atas kursi tempat gue duduk. Semua anak kelas gue mengangguk dan mulai bubar sedikit demi sedikit hingga yang tersisa cuma gue sama Deva.

Hari ini gue mengkoordinir anak kelas gue yang lagi latihan buat persiapan pensi. Pensi akhir tahun  sekaligus perpisahan kelas 12 tinggal seminggu lagi. Yang artinya anggota kami bakal berkurang satu. Jepri Danuarta. Kok rasanya agak berat gitu ya? Eh? Lo pernah ga sih ngerasa waktu ini singkat banget bahkan saking singkatnya lo gak bisa nyiapin dan memberikan apa-apa buat orang yang bakal pergi itu. Seolah waktu itu mencemooh lo sambil bilang, "Mereka gak pantes deket sama lo." Dan yang lo lakuin cuma diam lalu menerima keadaan.

Kadang hidup dibumi memang selucu ini.

"Eh, Al, gue duluan ya. Dio udah nunggu gue didepan."

Tuh kan, gue suka sedih kalo udah kayak gini. gue gak suka sendirian, gue juga gak suka kesepian. Pokoknya gue gak suka. 

Deva yang pada saat itu duduk disamping gue, langsung berdiri sambil menatap polsel-nya yang nyala.

"Oh, yaudah. Hati-hati Dev entar lo lupa jalan pulang, hehe."

Deva melirik gue sekilas lalu menatap ponselnya lagi. "Iya hehehe. Lo gimana? Gapapa kan gue tinggal?"

Gue pengen banget teriak depan muka deva dengan kalimat :
JANGAN DEV, ENTAR GUE BAKAL KENAPA-NAPA KALO LO TINGGAL.
Tapi itu gak mungki gue lakuin. gue masih waras dan guejuga gak mau merusak dan ngerepotin Deva yang lagi masa PDKT sama Dio. 

Akhirnya gue cuma bisa mengangguk sambil tersenyum sebagai jawaban diiringi Deva yang mulai berjalan menjauh meninggalkan gue yang duduk dibangku taman STM yang gue sayangi ini. Sendirian, gue sendirian.

Mungkin karena terlalu asik diam dan berkelana dikhayalan, gak kerasa hari udah senja. Fikiran gue berkelana pada masa ketika papanya Qhoirron bahas masalah perjodohan sialan itu.

"Qhoirron sudah dijodohkan, Khyra."

Sialan! 

Gue berteriak tanpa sengaja. Sampai hari ini gue belum tau siapa cewek yang bakalan dijodohkan sama Qhoirron. Apakah cewek itu lebih cantik dibanding gue? Atau sebaliknya, apa cewek itu lebih pinter melebihi gue?.

Aah!
Rasanya kenapa menyesakkan sekali? Hati gue rasanya kayak ditimpa batu berton-ton saking sesaknya.

Diperujung senja tiba-tiba sebuah suara terdengar lantang meneriakkan nama gue.

"Al!"

Teriakkan itu membuat gue menoleh kebelakang dan menemukan sosok Qhoirron yang lagi berdiri kayak patung yunani. Dia berjalan mendekat, suara langkah kakinya yang terbalut sepatu FILA itu terdengar makin dekat. hingga gue merasakan sebuah pergerakan dikursi samping gue, menandakan bahwa ada seseorang yang sedang mendudukinya. Dan itu adalah Qhoirron.

Qhoirron duduk disamping gue, gak ada percakapan diantara kami berdua, semua seolah bungkam. Bahkan gue merasa kok senja lama banget ilangnya. Waktu seolah disetting sedemikian rupa. Hingga dari sebelah sana terdengar helaan nafas.

"Gak kerasa ya? Udah satu tahun."

Gue pengen banget jawab dengan kalimat, "Iya, gak kerasa juga bahwa udah selama itu gue ngejar lo" tapi gue masih punya urat malu buat bilang kayak gitu. Hingga pada akhirnya cuma kalimat "Iya, waktu terlalu cepat" yang keluar dari mulut gue.

Dengan gerakan mngejutkan, Qhoirron mendudukan dirinya dibawah kaki gue dengan lututnya sebagai tumpuan, sambil berucap pelan:

"I don't know how about my feeling's, may I ask you one question?"

Badan gue membatu dengan mengejutkan dipadukan dengan jantung gue yang berpacu melebihi batasannya. mata gue berkedip berkali-kali merasakan bahwa jarak gue dan Qhoirron terbilang sangat dekat. Ini salah, tapi gue menyukainya. Gue menyukai semua kesalahan ini. Salahkah?.

Gue cuma bisa mengangguk sambil tersenyum untuk merespond ucapan Qhoirron. enggak, gue bukan gak ngerti bahasa inggris tapi gue gak bisa berkata kata lagi kalo deket sama Qhoirron kayak gini.

Melihat respond gue yang kayak gitu, Qhoirron langsung bertanya dengan pertanyaan yang sama sekali gak pernah terlintas difikiran gue. Are you kidding me?.

"Do you love me?"

Keadaan mendadak hening, semua seolah dihentikan. Waktu seolah diperlambat. Tolong gue, gue gak bisa ditempatin pada kondisi seperti ini.

Gue mencoba menatap matanya. Mata coklat yang selalu membuat jantung gue berdegub dengan hebatnya, membuat semua fikiran gue teralihkan dengan bayangan dia. Semua seolah tentang dia, dia dan dia.

"Right?" Tanyanya seolah memperjelas.

Qhoirron, andai lo tahu jujur dengan perasaan sendiri bagi cewek gak semudah lo nanya "Do you love me?" Kayak yang lo ucapin tadi.

Gue tersenyum kearah Qhoirron, mencoba memberi jawaban lewat senyuman itu. Tapi kayaknya gue terlalu fokus sampe gak bisa mengerti dengan arti senyuman gue. Akhirnya gue menjelaskan.

"Qhoirron? Apa lo tau hal yang paling gue coba untuk lupakan tapi gue gak mampu?"

Qhoirron diam. Gue menghela nafas untuk yang kesekian kalinya dan melanjutkan ucapan gue.

"Yaitu mencoba untuk membuang semua perasaan cinta gue buat lo, karna gue ngerasa makin kesini..... makin rasa gue gak ada artinya buat lo. Gak ada artinya Qhoirron!."

Qhoirron diam. Dia menundukkan kepalanya dan gue memanfaatkan itu buat ngeluarin apa yang selama ini gue pendam sendiri.

"Qhoirron.." Dia menatap tepat dimata gue lalu menunduk lagi"I don't know too how about my feeling's. May I ask you one question?"

Gue melihat badan Qhoirron seperti tersengat listrik beribu-ribu volt dalam 0,1 detik, yang membuat badannya mendadak bergerak secara mengejutkan. Qhoirron mendongak, menghela nafasnya lalu menggeleng.

"Al, gue-"

"Do you love me?"


ooo

Find me on ig guys: dian_ptr.i

Gue harap kita bisa berteman :) 
Salam manis dari gue

DAN

Salam anak STM 😎

TBC


GUE STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang