Hidup Mahasiswa

771 42 10
                                    

Hari ini gue mau cerita sesuatu sama kalian, tentang lelucon yang dibuat oleh para petinggi negara hingga membuat para mahasiswa menunjukkan suaranya.

Tahun ini gue resmi jadi mahasiswa, mahasiswa hukum. Awalnya gue berfikir semua ini akan berjalan dengan sulit, semuanya akan berat hingga gue kesulitan memahami materinya. lo tau kenapa? karena gue kemarin lulusan SMK. Tapi semuanya ternyata berjalan ga sesuai ekspektasi gue, semuanya berjalan mulus tanpa kendala sedikitpun. Ternyata ga semengerikan itu.

peraturan hukum yang diperbarui dan direvisi membuat semua orang berteriak lantang pertanda ga setuju dengan apa yang menurut mereka tidak masuk akal. Mereka berteriak lantang "TOLAK RUU!."

Kampus gue kemarin mengadakan demo besar besaran, demo yang membawa gue menemukan artinya kekeluargaan meski kami berbeda almamater.

Almamater yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama.

HIDUP MAHASISWA!.

Kalimat itu tergiang dikepala gue bahkan sampai hari ini. Gue menyaksikan bagaimana seluruh mahasiswa termasuk gue meneteskan air mata karena merasa negara ini mulai hancur pelan-pelan.

Ibu pertiwi sudah diperkosa putranya sendiri!. Gue nangis, gue beneran nangis. Lo bisa bayangin kalo orang tegas kayak gue nangis itu artinya ada sesuatu yang bener-bener fatal udah terjadi.

Gue yang pada saat itu baru masuk kekelas langsung dikagetkan dengan seruan dari seluruh temen gue buat ngajakin demo antar mahasiswa di depan gedung DPR. Gue terkejut ya kan, gue ga bawa persiapan, bahkan masker pun gue ga bawa.

Gue fikir "Ah gaada salahnya, ini gabakalan rusuh kok. Ini Demo bukan Tawuran". Itu pemikiran gue waktu itu.

Akhirnya gue turun sama anak-anak lain yang mayoritasnya cowok semua. Ada cewek tapi cuma sedikit dan gue menjadi salah satunya. Disnaa juga ada kakak DEMA (Dewan Mahasiswa) yang mayoritasnya juga cowok.

Gue sebenernya udah biasa temenan sama mayoritas cowok tapi ini kan masalahnya baru dan gue juga masih junior jadi rasanya agak canggung sedikitlah. Lo tau? Wajah kating gue tuh sangar semua walaupun pada tamvan.

Kita lihat sampai mana kesangaran mereka akan bertahan.

Pas kami udah kumpul semua para Dema mulai nulis nama kami satu persatu dengan alasan "Biar ga hilang." Gue ngakak ya kan, nah pas gue ngakak semua orang pada liattin gue karna posisinya cuma gue sendiri yang ngakak.

Gue malu banget anjer, tapi gue mencoba tenang mana temen gue pada ketawa lagi gaada yang belain gue sama sekali.

"Mau mati lo semua ga belain gue." Batin gue teriak lantang.

"Bagaimana? Udah semua persiapannya Fis?."

Kami semua serentak menoleh kesumber suara dan tersenyum saat mengetahui ternyata itu ibu Rani, dosen yang memiliki posisi penting disini.

"Iya bu, udah semua." Jawab kak hafis. Presiden BEM Stihpada.

Ibu Rani memberikan kami sedikit nasihat seperti "kalau bisa kalian jangan rusuh ya, yang cewek dilindungi, jangan lupa nanti kalian pulangnya bareng ya."

Gue lihat kak Hafis mengangguk dan menjawab dengan kalimat "Siap buk."

"Yasudah, ayo buat lingkaran. Kita berdoa bersama."

Setelah kami berdoa, kami langsung pergi dengan kendaraan masing-masing tapi itu khusus cowok, kalau cewek semuanya naik mobil.

Diperjalanan terus terang aja gue ga ada rasa bakalan nyesel ikut demo ini sekalipun jika nanti nyawa gue taruhannya. Gue tau konsekuensi demo emang kayak gitu.

GUE STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang