Tigapuluhdelapan

128 11 3
                                    

Aku hanya butuh memantapkan hati untuk melepasmu sepenuhnya.

OoO

Vote guys dan koment because bakalan ada klimaks setelah ini! Happy reading ♥

Semuanya sudah jelas, gue dan dia ga mungkin bisa bersama.

Ini yang Qhoirron sebut ikut berlari bersama dia? Ini maksudnya? Berlari disaat sudah sejauh ini? Semuanya udah telak Qhoirron dan ga bisa diubah.

U're not my destiny.

Gue membuka saku jeans gue dan mengambil foto yang sempat dikasih Qhoirron ke-gue.

Tatapan gue beku, dinginnya angin malam dibalkon kamar gue udah mulai ga berasa sama sekali.

Bagaimana dia tersenyum di robekan foto sebelah kanan dan gue yang memiringkan kepala gue ke bahunya dirobekan foto sebelah kiri. Foto itu di tempel sempurna layaknya kami memang benar-benar sedang tertawa bersama dan saling bersandar.

Gue sadar, sekarang gue memang sudah keterlaluan menunjukan bentuk penolakan gue terhadap dia padahal gue hanya menentang isi hati gue sendiri.

Gue pura-pura kuat disaat gue sendiri sadar bahwa gue ga kuat.

Berhari-hari gue selalu menepiskan isi fikiran gue tentang dia, mencoba dengan sekuat tenaga buat lupain dia dan mati-matian berusaha untuk amnesia tentang dia hingga sekarang gue sadar dia belum sepenuhnya hilang.

Gue dipaksa melepaskan disaat gue bahkan belum siap.

Gue berpura-pura kuat, tega, hahahihi padahal gue ancur, gue lemah dan gue ga ada arti apa-apa.

Qhoirron, maafin gue.

Dan.. Pecah! Air mata gue tumpah tanpa bisa gue cegah. Gue menunduk dan menutup wajah gue, mencoba menahan air mata yang lolos secara tiba-tiba.

Gue menggeleng, terus berusaha membuang Qhoirron difikiran gue, tapi yang gue dapat justru air mata makin deras yang jatuh tanpa ampun.

Tok tok tok.

Gue menghapus air mata gue kasar saat mendengar ketukan dipintu kamar gue. Dengan cepat gue berlari untuk membuka pintu itu dan senyuman gue mengembang saat menyadari bahwa itu Opa.

Tatapannya yang terluka membuat dada gue sakit sekali seperti dihantam sesuatu yang keras secara membabi buta.

"Boleh Opa masuk, Khyra?."

Gue mengangguk dan mempersilahkan Opa masuk. Gue lihat ditangan Opa ada sesuatu kertas putih yang terlipat.

Setelah kami duduk disofa kamar, Opa meletakkan sebuah kertas itu keatas meja dan menatap gue sekilas.

Helaan nafas Opa terdengar, lalu dengan yakin dia berkata " Opa sebenarnya bisa saja memberikan Qhoirron padamu, tapi Khyra Opa tidak mengizinkanmu bersamanya. Terlalu banyak drama yang kalian mainkan, Opa sudah bosan."

Jantung gue berdetak kencang, gue bukan cewek bodoh yang ga ngerti ucapan Opa. Gue tau ini artinya Opa tau semuanya.

"Opa mempunyai satu permintaan." ucapnya sendu.

Gue mengangguk, "Apa Opa? Bilang ke Khyra."

"Buka kertasnya, nanti kamu akan menemukan jawaban."

Gue mengambil kertas yang dibilang Opa, gue membuka lipatannya, sebuah surat? Gue mengernyitkan mata saat sadar nama yang tertera disurat itu terlihat ga asing dimata gue.

GUE STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang