43

135 9 2
                                    


Harus vote ya 😍

Kita tidak bisa menentang takdir yang sudah digariskan tuhan untuk kita.

OoO

"Kamar lo disini dan baju lo nanti dianterin sama Bu Idah."

Gue melihat sekeliling kamar yang lebih kecil dibanding kamar gue. Gue mengangguk dan hendak masuk, sebelum Qhoirron menahan tangan gue dan mengucapkan terimakasih.

"Sama-sama."

Lalu gue masuk kedalam kamar dan menghempaskan tubuh gue diatas kasur.

Gue bermonolog sambil menatap plafon kamar ini.

"Borderline? Batas? Apa bisa?."

Gue terdiam cukup lama bersama pikiran-pikiran yang masih gue raba-raba.

Sampai gue rasa cukup, gue butuh istirahat.

Gue baru aja berniat memejamkan mata, tapi tiba-tiba pintu kamar gue dibuka paksa dan Qhoirron menarik gue dengan tergesah.

"Qhoirron, kenapa Ron?. Eh- aduh!."

Gue kerepotan mensejajarkan langkah gue sama langkah dia yang cepat. Gue masih belum menerima, bagaimana mungkin? Kenapa Qhoirron lari-larian gini?.

"Qhoirron? Lo kenapa?."

Setelah kami sampai didepan dan tanpa menjawab ucapan Gue, Qhoirron langsung membuka pintu mobil dan mendorong gue masuk.

Dia menyalakan mesin mobilnya dengan tergesah dan menekan pedal gasnya tanpa ampun.

"Lo mau berjuang sama gue kan? Iya kan?." tanya Qhoirron, ada nada ketakutan didalamnya.

Gue mengerjapkan mata gue, melihat Qhoirron yang takut membuat gue juga ketakutan.

"L-lo-"

"Shit! Jawab aja!." Potongnya terburu-buru.

Gue terperanjat, dan sontak menjawab "Iya."

"Oke gue akan perjuangin ini sampai batas mana Tuhan menentukan." ucapnya nyaris ga bisa didengar.

"Opa lo didukung Jep dan Bokap gue lagi menuju kesini. Kabarnya Nyokap lo juga bakalan pulang dan ambil tiket dadakan buat nyari lo."

Gue menarik nafas susah payah, gue dilema.

"Qhoirron, apa ini engga keterlaluan?." tanya gue pada akhirnya.

Qhoirron sesekali melihat spion sedangkan gue meremas jari gue. Mencoba menghilangkan kegelisahan yang meraja didiri gue.

Gue ga tau kami dimana, tapi yang jelas situasi saat ini udah menjelang maghrib. Hening menyelimuti kami didalam mobil ini.

Qhoirron yang terlalu fokus menatap jalan dan spion bergantian membuat gue berkali-kali membuang nafas secara kasar.

"Qhoir-"

"SIAL! SAMPAI KESINI PUN MASIH MEREKA DAPAT!?."

Gue terperanjat, jantung gue bagai naik keatas tenggorokan. Mendadak gue membulatkan mata gue akibat kecepatan mobil Qhoirron yang makin ga terkontrol.

"Safetybelt, pakai safetybelt lo! Cepetan!." ucapnya tergesah.

Gue langsung menuruti apa yang Qhoirron bilang. Gue bahkan mengucapkan beragam doa didalam hati gue dan berkali kali menarik nafas pelan untuk mengontrol detak jantung gue.

"Qh-Qhoirron, apa ga s-sebaiknya kita stop aja?."

"Kita stop artinya kita kalah. Gue benci kekalahan."

GUE STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang