EMPAT PULUH EMPAT

171 12 3
                                    

Jadi, apakah ini sudah berakhir?

OoO

Disinilah gue, dengan meja petak berukuran besar yang menjadi penghalang antara Mama, Opa, Jep, Dio dan gue. Mereka duduk sejajar sedangkan gue diseberang mereka.

Gue tetap santay meskipun tatapan menghunus itu tepat dihadapan gue. Tatapan yang sudah lama sekali gak gue lihat.

"Lebih baik kamu pindah saja dan ikut sama Mama Papa. Mama gak nyangka kamu bisa se liar ini."

Gue tersenyum sinis, " Ma, Khyra gak bermaksud seperti itu tapi mau gimana lagi? Cinta gak bisa ditahan. Bayangin aja kalau Mama diposisi Khyra."

Mama gue tetap tenang, aura mengintimidasinya makin terpancar membuat bulu kuduk gue sedikit meremang.

"Kamu mau Mama memberikan Qhoirron untukmu? Mama sangat bisa melakukannya, bahkan hanya dengan sekejap mata. Tapi dimana aku akan membawa mukaku Khyra! Saat aku harus menjatuhkan harga diriku untuk memintanya memilihmu! Khyra, apa kamu tahu kesalahan apa saja yang sudah kamu perbuat!?"

Gue diam, mencoba meminta pertolongan lewat Opa, tapi saat tatapan gue beralih menatap mata Opa dia tidak mencerminkan apapun. Gue cuma merasa bahwa Opa kecewa sama gue.

"Jadi, kamu mau apa sekarang?" ucap Mama tenang. Ekspresinya melunak.

Gue sendiri gak ngerti, gue gak mungkin biarin nyokap gue menyembah Papa Qhoirron untuk memberikan anaknya ke gue. Gue gak akan pernah membiarkan itu terjadi.

"JAWAB AKU KHYRA!"

Gue terlonjak kaget, gue menatap mata Mama dengan berani lalu menjawab, "Ma, Khyra gak tau, Ma! Khyra gak tau apa yang Khyra mau! Khyra memang menyukai Qhoirron tapi--tapi Khyra masih punya batas Ma. Khyra juga tau dia bakal tunangan besok."

"Batas apa huh!? Batas sampai ingin kawin lari!? Astaga Khyra mau dibawa kemana muka Mama, nakkkkk!?"

Mama memijat pangkal hidungnya, gue tau dia benar-benar pusing sampai memilih jadwal penerbangan tercepat cuma buat ketemu gue dan meninggalkan semua pekerjaannya disana.

"Ma ini gak seperti yang Mama pikir. Qhoirron tiba-tiba menarik Khyra, membawa masuk kemobilnya dan melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, hp Khyra bahkan di pecahinnya, Ma. Khyra gak tau, Ma. Khyra gak tau apa yang Khyra mau."

Gue membenturkan kepala kemeja, berusaha menghilangkan pening yang tiba-tiba masuk kekepala gue. Ini menyakitkan tapi gue harus kuat.

Mama berdiri, suara decitan kursi yang bertabrakan dengan marmer itu bersuara sangat nyaring.

"Besok datanglah ke acara Qhoirron, Mama ingin lihat seberapa kuat kalian berdua bisa bertahan dalam kemunafikan."

Kemunafikan.

Begitu saja, setelah itu Mama pergi, meninggalkan gue bersama mereka yang saat ini menghela nafas lega. Seolah baru saja selamat dari terkaman binatang buas.

"Lo kenapa juga mau ikut Qhoirron tadi pagi?" Jep mengatakan itu setelah dia menyisir rambutnya kebelakang.

"Lo kan tau gue gak mau tapi dia yang narik gue." bela gue.

"Lo kayak amoeba, membelah diri mulu!" celetuk Dio.

"Eh curut diem ya! Gue gibeng juga lo entar!" Ucap gue dengan garang.

"Ah, Opa lelah sekali. Opa kekamar duluan ya?"

Gue bersama Dio dan Jep mengangguk, sebenarnya gue mau menahan Opa untuk tetap disini dan mendengarkan penjelasan gue, tapi melihat wajahnya yang memang terlihat lelah akhirnya gue membiarkan dia pergi.

GUE STMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang