WITR || CHAPTER 4

1.3K 306 116
                                    

•Wound In The Rain•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wound In The Rain

[4] Tentang Rasa.

"Karena, yang ada di sekitarmu akan selalu menjadi alasan untuk tetap bertahan."

-Wound in the Rain-

.

Rain membuka matanya perlahan seraya memegang kepalanya yang sedikit pusing, bau obat-obatan yang khas menyeruak ke indera penciumannya. Ia mendudukkan tubuhnya lalu mengedarkan pandangan, Rain mengernyit saat menyadari dirinya sedang berada di ruang UKS-ia tahu betul tempat ini.

Ruang UKS-tempat ternyaman untuk melarikan diri dari pelajaran yang sangat membuat kepala pusing kepayang, berlebihan memang-namun itu kenyataannya. Setuju?

"Lo pingsan."

Suara berat itu menyadarkan Rain dari lamunannya. Rain menoleh ke arah pintu dan mendapati Angkasa muncul dengan nampan berisi sepiring makanan dan air minum di tangannya.

"Nih, makan!" titah Angkasa sambil menaruh nampan tersebut ke nakas di samping brankar Rain.

Rain hanya melirik nampan tersebut tanpa berniat menyentuhnya. "Ngapain lo di sini?" tanya Rain tanpa melihat ke arah Angkasa.

Angkasa menarik kursi mendekat ke samping brankar, lalu mendaratkan bokongnya di kursi itu. "Lo pingsan pas di hukum, gue yang bawa lu ke sini." Angkasa menjawab pertanyaan Rain tanpa melihat gadis itu.

Rain hanya mengangguk lalu bersiap turun dari atas brankar. Sebelum menginjakkan kakinya ke lantai, tangan Rain langsung saja ditarik oleh Angkasa membuat ia mengurungkan niatnya. Rain mendengkus lalu menoleh ke arah pemuda itu.

"Lepas!" pinta Rain sambil menarik tangannya dari genggaman Angkasa.

"Makan!" titah Angkasa tanpa menghiraukan permintaan Rain.

Rain memutar bola matanya malas. "Gue kenyang!"

"Makan!" datar Angkasa lagi-membuat Rain melotot garang kearahnya.

"Enggak! Gue enggak lapar!"

"Lo pingsan karena enggak sarapan! Terus lo bilang lo enggak lapar!?"

Rain terkekeh. "Jangan peduli sama gue! Jangan sok kenal, gue-" Rain mengarahkan jari telunjuknya ke dirinya sendiri. "Enggak kenal lo!" bentak Rain juga dengan penekanan sembari menunjuk Angkasa.

Rain memang seperti itu, maklum, hingga membuat suasana di antara mereka sangat dingin.

Angkasa mengangkat bahunya acuh. "Lo enggak kenal gue? Nih, kenalin gue Angkasa cowok terganteng se-Samudra." Ia tersenyum remeh. "Dan semua orang mengakui itu." Angkasa mengulurkan tangannya sambil menaikkan alisnya beberapa kali.

Wound in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang