•Wound In The Rain•
[8] Dalam Dekapan Angkasa.
•
"Jika hari ini kamu masih terbelenggu dalam kesedihan atau kesedihan itu masih menjadi milikmu, tetaplah bersabar, tenang, dan percayalah bahwa suatu saat kau pasti akan baik-baik saja."
—Wound in the Rain—
.
Angkasa tak henti-hentinya mengedarkan pandangan ke segala arah. Dengan berjalan perlahan, seraya mendorong troli belanjaan belum terisi sama sekali.
Seragam sekolah masih melekat di tubuhnya, walau sebenarnya tadi ia sempat pulang. Parahnya, baru saja menginjakkan kaki di rumah, mamahnya langsung meminta tolong untuk membelikan bahan-bahan masakan untuk malam nanti. Jadilah ia tidak mengganti seragam, padahal ini sudah cukup sore.
"Tepung tapioka yang mana sih?" gumamnya menggerutu seraya memperhatikan jajaran rak yang dipenuhi tepung berbagai merek.
Sejujurnya, Angkasa ingin bertanya kepada pengunjung supermarket lain, tapi gengsi yang terlalu besar menahannya. Ia mengambil dua merek tepung yang ada di bagian rak paling atas, lalu mempertimbangkan, setelah yakin dengan pilihannya, ia pun menaruh tepung tersebut ke dalam troli.
Setelah lama berkeliling dan merasa semua pesanan mamahnya sudah cukup, Angkasa pun segera ke kasir untuk membayar semua belanjaannya. Namun, sebelum sampai ke kasir, matanya tak sengaja melihat satu barang berwarna kuning keemasan yang menarik perhatiannya.
Buat pengaman, Angkasa membatin seraya mengambil barang itu dan menggabungkannya dengan barang lainnya di dalam troli. Setelah selesai, ia kembali melanjutkan jalannya ke kasir.
Petugas kasir yang ada di depan Angkasa itu terlihat mengernyit melihat barang-barang yang Angkasa pindahkan ke atas tempat scan barcode, tak biasanya pemuda membeli bahan-bahan makanan yang notabennya biasa dibeli oleh ibu-ibu atau pembantu rumah tangga.
Wanita itu menatap Angkasa dengan memuja. "Udah ganteng, rajin lagi. Jarang ada anak muda jaman sekarang beli belanjaan dapur, suamiable banget!" puji petugas wanita tersebut menggoda—tersenyum genit dengan tangan yang masih sibuk men-scan satu persatu barang belanjaan Angkasa.
Angkasa hanya menggangguk. "Iya, tante," balasnya ogah-ogahan, sejujurnya ia malas merespon perkataan wanita tersebut, namun ia masih menjunjung tinggi kesopanan.
Tapi sama guru enggak ada sopan-sopannya.
Petugas kasir itu memberengut. "Ihhh, aku itu masih muda loh, jangan manggil tante dong, manggil nama aja biar lebih akrab," ujarnya dengan nada yang diimut-imutkan, membuat Angkasa bergidik jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wound in the Rain
Teen FictionRainaryza Rinai Putri Samudra. Seperti namanya, ia selalu dituntut untuk menjadi peneduh bagi orang-orang di sekelilingnya, hujan. Wujudnya nyata, namun berkali-kali dihancurkan. Selalu sumringah layaknya seorang penipu mahir, padahal hatinya sedan...