WITR || CHAPTER 12

780 197 176
                                    

•Wound In The Rain•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wound In The Rain

[12] Fakta Si Gadis Hujan.

"Aku selalu jadi pihak yang salah. Aku selalu di pojokkan. Aku hanyalah seseorang yang tak bisa membela diri. Dan kamu, akan selalu jadi seorang yang selalu ku nantikan."

—Wound in the Rain

.

"Siang, kak. Lihat Kak Varo, enggak?"

Pemuda yang ditanya itu lantas menoleh. Ia menunjuk dirinya sendiri, memastikan pertanyaan itu ditujukan untuknya. 

"Iya, kak."

"Alvaro Maldini?"

Gadis berambut sebahu itu mengangguk sekilas. Ia lalu menjawab, "Iya kak."

Pemuda tadi menoleh kanan-kiri, bak mencari sesuatu. Tatkala mendapatkan yang dimaksud, ia pun mengedikkan bahunya. "E—enggak, gue lihat tadi sih ... ta—tapi sekarang enggak tahu kemana." Pemuda itu berucap dengan sedikit gugup, untuk pertama kalinya gadis ini mengajaknya berbicara. 

"Oh gitu, thanks ya, kak."

"Rain!"

Ya, Rain—gadis yang sukses membuat pemuda itu—kakak kelasnya gugup bukan kepalang karena pesona yang ia miliki. Rain berbalik, kembali menatap pemuda tadi.

"Tadi Varo ke arah taman belakang."

Rain tersenyum, sedetik kemudian ia mengayunkan kakinya ke tempat yang dimaksud. Sepenjang koridor, desas-desus tentang dirinya yang kemarin menumpangi mobil Angkasa masih terdengar. Awalnya ia pikir hari ini dirinya sudah tak lagi menjadi bahan pembicaraan, namun sepertinya itu tak terkabul, biarlah lagi pula yang mereka katakan bukanlah hal yang salah dan tak merusak citra Rain juga.

Entah sudah berapa lama ia melamun hingga kini ia sudah menginjak rumput taman belakang sekolahnya. Rain masih menapakkan kakinya mencari keberadaan Varo. Karena taman belakang ini cukup luas, rimbun, dan tentunya sepi karena jauh dari gedung kelas, membuat Rain kesulitan mencari sosok pemuda itu. 

"Kok ayah sama bunda enggak suruh orang buat ngurusin taman ini, ya?"

Rain masih melangkah seraya memperhatikan sekitar.

"Padahal di sini bisa buat sarana olahraga ... atau mereka tunggu Rain yang bergerak dengan OSIS?" gumamnya seorang diri.

Raut wajah Rain menampilkan senyuman tatkala melihat siluet sosok jakung sedang duduk di bangku taman. Rain kenal betul postur tubuh itu, tentu Varo Maldini.

Wound in the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang